MATARAM - Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda NTB, H. M. Nur Asikin mengungkapkan, lahan kekeringan NTB untuk tanaman padi dan palawija sudah mencapai 1.319 hektar. Berdasarkan kategori kerusakan lahan itu, mulai ringan dengan luas 370 hektar, sedang 387 hektar, berat 378 hektar dan padi yang terkena puso 204 hektar.
“Itupun tanaman padi yang terkena puso hanya terjadi di pulau Sumbawa dan tanaman padi serta palawija di pulau Lombok hanya rusak ringan, sedang dan berat saja,”kata Asikin.
Ia menjelaskan, terhadap tanaman padi yang terkana puso pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura telah mengusulkan ke Kementerian Pertanian (Kementan) agar tanaman padi yang terkena puso mendapatkan dana bantuan dari APBN sebesar Rp3,7 juta per hektar.
“Kami harap bisa segera diberikan, sebelum musim hujan turun,”ujarnya.
Ia menyebutkan, penggantian lahan padi yang terkena puso itu sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2011 tentang Bantuan Penanggulangan Padi Puso. Dengan dana tersebut diharapkan, para petani akan menanam ulang padi, sehingga pendapatan petani tidak terganggu.
“Kalau dibilang terjadi kekeringan tidak terjadi kekeringan, karena petani hanya salah pola tanam. Pasalnya, petani sudah dilarang menanam padi mengingat debit air yang tidak cukup,”terangnya.
Asikin menerangkan, bagi petani yang mengalami rusak ringan, sedang dan berat akan diupayakan diberikan bantuan dana melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) NTB. Dimana, terdapat anggaran sebesar Rp250 juta dari APBN yang memungkinkan bisa digunakan untuk kebutuhan petani. Bantuan itu akan diberikan melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebesar Rp20-Rp25 juta. Dalam hal ini, BKP kabupaten/kota se-NTB diminta untuk segera mengusulkan Gapoktan yang akan diberikan bantuan.
“Kita berharap kabupaten/kota untuk segera mensosialisasikannya,” harapnya.(im/kb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar