Mataram (Suara NTB) -Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa kesenian yang dilahirkan nenek moyang kita terancam punah. Salah satu penyebabnya karena tidak ada generasi penerus yang mempelajari maupun memainkan atau menampilkan kesenian warisan nenek moyang. Selain regenerasi, kesenian – kesenian itu juga perlu ditampilkan di ruang publik.
Ada beberapa kesenian tradisional yang hampir punah karena jarang sekali ditampilkan. Seperti Cupak Gurantang dari Bayan (naskah teater yang dipentaskan dengan gerak tari), wayang Wong dari Lombok Timur (seperti pementasan teater yang dikolaborasikan dengan gerak tari), pelek (tarian dengan musik), cepung (musik vokal yang dihasilkan dari mulut seperti acapella) dan genggong (sejenis alat musik tiup) dari Gangga, Lombok Utara. Hal tersebut disampaikan oleh seniman H. Abdul Hamid. Menurutnya kesenian-kesenian tersebut sudah sangat jarang kelihatan eksistensinya dan sangat jarang ditampilkan kembali.
Abdul Hamid mengatakan sangat perlu untuk mempelajari kembali kesenian-kesenian tersebut sehingga bisa dikenalkan kepada generasi muda sehingga akan ada regenerasi. Dengan demikian, kesenian-kesenian tersebut tidak akan punah tergerus zaman. Dulu, di setiap kecamatan ada otoritas bidang kesenian yang bertugas untuk mendata kesenian-kesenian di masyarakat yang jarang ditampikan.
Ia menyarankan kepada pihak terkait untuk menggali dan mengambil kesenian tersebut sehingga dapat dipelajari oleh generasi penerus. Dengan kata lain, kesenian – kesenian yang hampir punah itu harus ditampilkan di ruang publik. ”Sekali waktu anak-anak diundang untuk melihat kesenian asli tersebut dengan mendatangkan pelaku kesenian tersebut yang benar-benar aslinya kemudian dipentaskan di depan anak-anak termasuk juga di depan para seniman,” harap seniman ini.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, Drs.Faisal menyatakan akan mengkoordinasikan hal tersebut dengan Taman Budaya yang merupakan laboratorium kebudayaan yang berada di bawah Disbudpar NTB.
”Tentunya kami menerima setiap masukan dan akan kita koordinasikan dengan Taman Budaya sebagai laboratorium kebudayaan. Kita akan bekerja sama dengan Taman Budaya untuk menginventarisir kesenian-kesenian yang hampir punah tersebut setelah itu kita harus tampilkan di depan anak-anak,” jelasnya.
Disamping itu juga akan melakukan koordinasi dengan setiap kabupaten yang memiliki kesenian-kesenian yang masih klasik dan jarang ditampilkan. Rencananya, dalam waktu dekat pihaknya akan berdiskusi dengan para seniman dan Dewan Kesenian Daerah untuk menentukan dan mengarahkan program-program yang akan dilakukan terkait hal ini. Selain itu informasi dari media maupun masyarakat sangat diperlukan terkait masalah ini. (yan) (suarantb)
Ada beberapa kesenian tradisional yang hampir punah karena jarang sekali ditampilkan. Seperti Cupak Gurantang dari Bayan (naskah teater yang dipentaskan dengan gerak tari), wayang Wong dari Lombok Timur (seperti pementasan teater yang dikolaborasikan dengan gerak tari), pelek (tarian dengan musik), cepung (musik vokal yang dihasilkan dari mulut seperti acapella) dan genggong (sejenis alat musik tiup) dari Gangga, Lombok Utara. Hal tersebut disampaikan oleh seniman H. Abdul Hamid. Menurutnya kesenian-kesenian tersebut sudah sangat jarang kelihatan eksistensinya dan sangat jarang ditampilkan kembali.
Abdul Hamid mengatakan sangat perlu untuk mempelajari kembali kesenian-kesenian tersebut sehingga bisa dikenalkan kepada generasi muda sehingga akan ada regenerasi. Dengan demikian, kesenian-kesenian tersebut tidak akan punah tergerus zaman. Dulu, di setiap kecamatan ada otoritas bidang kesenian yang bertugas untuk mendata kesenian-kesenian di masyarakat yang jarang ditampikan.
Ia menyarankan kepada pihak terkait untuk menggali dan mengambil kesenian tersebut sehingga dapat dipelajari oleh generasi penerus. Dengan kata lain, kesenian – kesenian yang hampir punah itu harus ditampilkan di ruang publik. ”Sekali waktu anak-anak diundang untuk melihat kesenian asli tersebut dengan mendatangkan pelaku kesenian tersebut yang benar-benar aslinya kemudian dipentaskan di depan anak-anak termasuk juga di depan para seniman,” harap seniman ini.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, Drs.Faisal menyatakan akan mengkoordinasikan hal tersebut dengan Taman Budaya yang merupakan laboratorium kebudayaan yang berada di bawah Disbudpar NTB.
”Tentunya kami menerima setiap masukan dan akan kita koordinasikan dengan Taman Budaya sebagai laboratorium kebudayaan. Kita akan bekerja sama dengan Taman Budaya untuk menginventarisir kesenian-kesenian yang hampir punah tersebut setelah itu kita harus tampilkan di depan anak-anak,” jelasnya.
Disamping itu juga akan melakukan koordinasi dengan setiap kabupaten yang memiliki kesenian-kesenian yang masih klasik dan jarang ditampilkan. Rencananya, dalam waktu dekat pihaknya akan berdiskusi dengan para seniman dan Dewan Kesenian Daerah untuk menentukan dan mengarahkan program-program yang akan dilakukan terkait hal ini. Selain itu informasi dari media maupun masyarakat sangat diperlukan terkait masalah ini. (yan) (suarantb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar