LINGKUNGAN Seganteng, Kelurahan Cakranegara Timur, Kota Mataram, adalah salah satu wilayah industri rumahan yang mewariskan usaha kerupuk kulit secara turun temurun. Industri kerupuk berbahan kulit kerbau dan sapi di wilayah ini sudah taka sing lagi.
Adalah H.Hasan Ahmad, salah seorang pengusaha yang sudah menggeluti usaha ini sejak tahun 1974 lalu. Hingga saat ini, usahanya masih tetap eksis. Ditemui di rumahnya. H.Hasan mengaku, usahanya berjalan lancar, walau pun modalnya terbatas. Bahan baku selama ini diperolehnya dari rumah pemotongan hewan yang berada di sekitar wilayah Kota Mataram. Karena terbatas, bahan bak juga didatangkan dari wilayah lainnya di Pulau Lombok dan bahkan di Pulau Sumbawa.
H.Hasan memang cukup fanatik menjaga kualitas kerupuk kulitnya. ‘’Biasanya kulit dari luar kurang berkualitas dari segi rasa,’’ katanya. Karenannya mengambil di luar sering dibatasinya. Selama ini, kerupuk yang hasil produksinya tidak hanya memenuhi pasar local. ‘’Tetapi juga saya harus memenuhi permintaan dari Bali dan Banyuwangi bahkan sampai ke luar negeri yakni Arab Saudi,’’ katanya.
Di singgung soal modal, H.Hasan menegaskan bahwa modal awalnya hanya Rp 50 ribu pada tahun 1974. Seiring perjalanan waktu, usahanya terus berkembang. Tujuh anaknya bias bersokoleh hingga jenjang pendidikan tinggi dan bahkan dua orang diantaranya sudah menjadi PNS. Tidak hanya itu, ia dan istrinya juga bisa berhaji dari usaha kerupuk.
‘’Tidak mudah menjalankan usaha ini tanpa kesiapan modal yang cukup. Kalau ingin cepat maju, paling tidak harus ada modal Rp 100 juta baru bisa bagus,’’ katanya. Karena katanya, harga bahan baku sekarang sudah berlipat. Dulu katanya, dengan modal Rp 1 juta, ia sudah dapat 10 ekor kulit sapi. ‘”Sekarang modal Rp 1 juta, hanya dapt satu sampai dua ekor kulit sapi,’’ sebutnya.
H.Hasan memang tidak berani terlalu berharap kepada pemerintah. Karena selama ini bantuan yang diharapkan untuk tambahan modal hanyalah janji-janji dan harapan-harapan saja. ‘’Proposal sudah dimasukkan, tapi tidak ada kelanjutannya,’’ katanya. Selama ini, harapannya termasuk pengusaha yang sama di wilayah Seganteng hanya bergantung dengan perbankan.
Saat ini, H.Hasan mempekerjakan lima tenaga kerja. Upahnya pun menurutnya sudah lumayan. Setidaknya pegawainya sudah bisa hidup layak dan semunaya katanya, sudah bisa membelu sepeda motor. (bul)
Adalah H.Hasan Ahmad, salah seorang pengusaha yang sudah menggeluti usaha ini sejak tahun 1974 lalu. Hingga saat ini, usahanya masih tetap eksis. Ditemui di rumahnya. H.Hasan mengaku, usahanya berjalan lancar, walau pun modalnya terbatas. Bahan baku selama ini diperolehnya dari rumah pemotongan hewan yang berada di sekitar wilayah Kota Mataram. Karena terbatas, bahan bak juga didatangkan dari wilayah lainnya di Pulau Lombok dan bahkan di Pulau Sumbawa.
H.Hasan memang cukup fanatik menjaga kualitas kerupuk kulitnya. ‘’Biasanya kulit dari luar kurang berkualitas dari segi rasa,’’ katanya. Karenannya mengambil di luar sering dibatasinya. Selama ini, kerupuk yang hasil produksinya tidak hanya memenuhi pasar local. ‘’Tetapi juga saya harus memenuhi permintaan dari Bali dan Banyuwangi bahkan sampai ke luar negeri yakni Arab Saudi,’’ katanya.
Di singgung soal modal, H.Hasan menegaskan bahwa modal awalnya hanya Rp 50 ribu pada tahun 1974. Seiring perjalanan waktu, usahanya terus berkembang. Tujuh anaknya bias bersokoleh hingga jenjang pendidikan tinggi dan bahkan dua orang diantaranya sudah menjadi PNS. Tidak hanya itu, ia dan istrinya juga bisa berhaji dari usaha kerupuk.
‘’Tidak mudah menjalankan usaha ini tanpa kesiapan modal yang cukup. Kalau ingin cepat maju, paling tidak harus ada modal Rp 100 juta baru bisa bagus,’’ katanya. Karena katanya, harga bahan baku sekarang sudah berlipat. Dulu katanya, dengan modal Rp 1 juta, ia sudah dapat 10 ekor kulit sapi. ‘”Sekarang modal Rp 1 juta, hanya dapt satu sampai dua ekor kulit sapi,’’ sebutnya.
H.Hasan memang tidak berani terlalu berharap kepada pemerintah. Karena selama ini bantuan yang diharapkan untuk tambahan modal hanyalah janji-janji dan harapan-harapan saja. ‘’Proposal sudah dimasukkan, tapi tidak ada kelanjutannya,’’ katanya. Selama ini, harapannya termasuk pengusaha yang sama di wilayah Seganteng hanya bergantung dengan perbankan.
Saat ini, H.Hasan mempekerjakan lima tenaga kerja. Upahnya pun menurutnya sudah lumayan. Setidaknya pegawainya sudah bisa hidup layak dan semunaya katanya, sudah bisa membelu sepeda motor. (bul)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar