Selasa, 11 September 2012

Menelusuri Asal Kayu Tiang Masjid Kuno Bayan Beleq

Lombok Utara - Menulis tentang keberadaan masjid kuno Bayan Beleq Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara (KLU)  tentu tak akan habis-habisnya, karena semakin ditelusuri sejarahnya kita akan semakin mendapat  ilmu dari para tokoh adat yang tinggal di Kecamatan Bayan. Lalu darimanakah asal kayu tiang sebagai soko guru masjid kuno Bayan Beleq? Berikut hasil wawancara dengan salah seorang tokoh adat Desa Loloan, H. Amir Itrawati yang ditemui di rumah adat desa Loloan, (11/9/12).

Pada awalnya, masjid kuno Bayan Beleq, didirikan pertama kali di kampung Gunung Batua Desa Obel-Obel Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur sebagai tempat beribadah bagi jama’ah setempat. Dan pada saat itu ajaran agama yang dijalankan  belum begitu sempurna atau masih disebut sebagai Islam fatrah yakni hanya mengerjakan ibadah tiga waktu yaitu hanya ibadah sunnah saja, karena belum menerima perintah shalat lima waktu.

Setelah masjid tersebut lama berdiri di Gunung Batua, kemudian beberapa tokoh adat dan pimpinan agama yang berasal dari Bayan yang sudah mengerjakan shalat lima waktu mendatangi beberapa tokoh di Batua meminta ijin untuk mendirikan sebuah masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan, karena mengingat perkembangan Islam khususnya di Bayan waktu itu cukup pesat dan sudah sukup satu muqim.

Oleh tokoh setempat, mereka diberikan sebuah potongan kayu sebagai tiang masjid, dan kayu tersebut dinamakan kayu “Sangka guri”. Kayu itupun kemudian digotong oleh para tokoh dan jama,ah ke sebuah tempat di Dusun Bilok Petung Kecamatan Sembalun. Setelah didirikan ternyata tiang kayu masjid tersebut tidak bisa berdiri tegak, malah condong ke barat.  Kemudian kayu sangka guri itupun kemabli digotong oleh para tokoh agama tersebut dan dibawa ke Dusun Barung Birak (desa Sambik Elen-sekarang).  Namun setelah didirikan ternyata kayu pancang masjid tersebut kembali condong ke sebelah barat.  Dan kayu itupun kembali dibawa ke Desa Senaru.

Kondisi yang samapun terjadi, sehingga kayu itu kembali diangkat oleh tokoh agama dan jama’ah ke desa Salut Kecamatan Kayangan, dan terus digotong ke Batu Gembung, kemudian dipindah kle dusun-dusun yang ada di Kecamatan Bayan sambil melakukan dakwah Islam sampai ke sukadana, tapi kayu tersebut condong kearah timur. Dan kayu dari Batua itu dibawa ke Desa Anyar, tapi arahnya berubah kea rah selatan. Dari Desa Anyar inilah kayu tiang tengah masjid itu dibawa ke sebuah bukit, kemudian didirikan. Dan tenyata kayu itu berdiri tegak ditempat masjid kuno yang terletak di Bayan Beleq sekarang.

Setelah kayu sangka guri sebagai cikal bakal berdirinya masjid kuno Bayan Beleq berdiri tegak, mulailah para jama’ah bergotong royong untuk membangun masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan dan adat. Konon waktu itu pohon bambu di Kecamatan Bayan cukup banyak, sehingga atap dan dindingnyapun dibuat dari bambu hingga saat ini. Dan satu hal yang menjadi catatan, dimana kayu itu didirikan, distulah berdiri sebuah masjid atau musalla, yang sebagiannya masih ditemukan ditempat tersebut.

Dalam penelusuran sejarah, menurut H. Amir Itrawati, bahwa Islam masuk ke Bayan melalui pelabuhan Carik yang terletak di Desa Anyar dan dibawa oleh para keturunan wali songo yaitu Sunan Prapen. Pada awalnya, penyebaran agama Islam dimulai dari Pulau Sumbawa. Dan sepulangnya dari Pulau Sumbawa para penyebar agama Islam ini kemudian mendarat di Pelabuhan Carik dan masuk ke wilayah Bayan.”Dan di Bayan inilah tempat Sunan Prapen cukup lama untuk penyempurnaan ajaran Islam  yang sudah disebarkan oleh para da’i terdahulu”, katanya.

Sedangkan yang iku dalam pembangunan masjid itu terdiri dari para penghulu, kiyai, lebe dan ketip serta modim dan jama;ah setempat.  Bangunan masjid yang berukuran 10 X 10 meter ini memang sebagiannya terbuat dari bamboo, maksudnya agar bangunan masyarakat seperti rumah dan lainnya tidak sama bahan bangunannya dengan masjid.

Disekeliling masjid hingga sekarang ini masih ditemukan makam-makam para pejuang agama Islam, seperti Syeih Nururrasyid Gauz Abdurrazzak yang dikenal dengan nama Muterning Jagat (ulama keliling dunia). Selain itu terdapat pula makam reak, anyar dan makam Sesait serta makam-makam tokoh lainnya.

Dalam melakukan perehaban masjid kuno Bayan Beleq, masing-masing kayu dan bambu yang digunakan berasal dari beberapa tempat, seperti soko guru (tiang bagian tengah-red) harus diambil dari kayu yang ada di Batua. Demikian juga dengan ujuk, bambu dan kayu nangka. “Jadi pengambilan bahan bangunan rehab itu sudah memiliki petugas khusus yang berasal dari beberapa tempat baik yang ada di Kabupaten Lombok Timur ataupun di KLU”, jelasnya. www.rumahalir.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar