Rabu, 05 Januari 2011

KH. Abdul Karim Pendiri Ponpes Nurul Bayan

Lombok Utara - KH. Abdul Karim (42) merupakan satu-satunya pelopor pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Bayan di Telaga Bagek Desa Anyar Kecamatan Bayan-Lombok Utara.

Untuk mengawali langkahnya, pada tahun 1992 beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan Madrasah Diniyah. Bangunannya-pun sangat sederhana, beratap daun kelapa, berpagar bedek dengan lantai tanah, beliau mengumpulkan anak-anak untuk dididik agama.

Lambat laun Madrasah Diniyah inipun berkembang menjadi sebuah lembaga modern yang memadukan pendidikan formal dan klasik dengan menggunakan dua bahasa yaitu Inggris dan bahasa Arab.

Kyai muda yang pernah kuliah di Bagdad (Irak) ini, terkenal santun dan ramah, sehingga tidak heran para santri-santriwatinya pun tidak sungkan untuk belajar.

Dari jarak sekitar 200 meter dari pinggir jalan raya Anyar, tampak lokasinya cukup gersang. Tapi begitu memasuki pintu gerbang pondok yang memiliki lokasi 6,5 ha ini seorang wartawan teman penulis terkejut melihat keasrian halaman ponpes ini. "Masya Allah! ternyata tamannya tertata apik dengan tanaman berbagai jenis bunga dan buah-buahan. Tidak saya sangka seperti ini", kata Adam wartawan sebuah media di NTB.

Bukan itu saja, di sebelah barat berdiri sebuah masjid tempat para santri-santriwati beribadah. Sementara disampingnya tampak puluhan kayu jati emas berdiri tegak. "Waktu kami beli tanah ini tahun 1992 harganya cuma Rp. 7500 per are", kata KH. Abdul Karim sambil tersenyum.

Yang mampu kami beli, lanjut Kyai muda yang pernah malang-melintang menjadi ustadz di berbagai ponpes di pulau Jawa ini, hanya 4,5 ha. "Tapi ketika lembaga pendidikan ini dilihat perkembangannya cukup pesat, sehingga lokasinyapun ditambah 2 ha yang dibelikan oleh seorang dermawan yang juga pejabat di NTB", tutur H. Abdul Karim yang pernah bekerja sebagai pembimbing jama'ah haji di Makkah ini.

"Saya sudah berjanji, kalau anak saya besar nanti saya akan masukkan ke pondok ini", timpal Adam sambil heran melihat keindahan tamannya.

Membina pondok dibutuhkan keikhlasan dalam berjuang lebih-lebih mendidik ratusan anak. "Saat ini jumlah santri ponpes Nurul Bayan lebih dari 200 orang dengan 22 tenaga pengajar", ungkap kyai ini.

Santrinya bukan saja berasal dari Lombok Utara, tetapi banyak juga santri yang berasal dari luar wilayah seperti Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat bahkan dari pulau Sumbawa dan Bali. Bahasa yang digunakan para santri adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab, kecuali santri yang baru masuk yang boleh menggunakan bahasa Indonesia dengan cara berbisik-bisik.

Demikian juga dengan kerapian para ustadznya. "Semua ustadz di sini harus mengajar tepat waktu dan berpakaian rapi dan berdasi. Karena para guru adalah sebagai contoh tauladan bagi santrinya", jelasnya.

2 komentar:

  1. Selamat buat pak Kiyai mudah-mudahan perjuangan anda mendapat ridho Alloh SWT, dan menjadi tauladan bagi kita semua.

    BalasHapus
  2. Semoga Nurul Bayan tetap solid dan eksis ditengah badai khidupan ini.

    BalasHapus