Kamis, 24 Juli 2014

KHUTBAH IDUL FITRI TAHUN 2014


Oleh: M. Syairi
لله أكبر (9  مرات)
الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا
لآإله إلا الله و لا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون
لآإله إلا الله وحده صدق وعده و نصر عبده و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده
لآإله إلا الله الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
الحمد لله الذي جعل الإسلام دينا كاملا ومرضيا لإمة سيدنا محمد وبه تكون هذه الأمة خير امة من الامم , كقوله تعالى فى كتابه العزيز:
" كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ"
والصلاة والسلام على سيد المرسلين ، وإمام المتقين وعلى آله وصحبه ، ومن دعا بدعوته ، والتزم بطريقته ، وجعل العقيدة الإسلامية أساسا لفكرته ، والأحكام الشرعية مقياساً لأعماله ، ومصدراً لأحكامه وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِه ومن تبعهم بإحسان.
اَمَّا بَعْدُ,
فياأَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Ilallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Ma’asyiral muslimin, a’azzakumullah,
Pagi ini kita berkumpul di sini, merapatkan jiwa dan raga, menadahkan hati untuk cucuran rahmat Ilahi. Pagi ini kita berkumpul di sini, bertakbir, membesarkan nama Allah, agar terpatri sampai ke relung hati bahwa hanya Allah Yang Maha Besar, selainNya adalah kecil di hadapanNya.
Permasalahan sebesar apapun, menjadi kecil di hadapan keagungan kekuasaanNya. Musuh yang kuat, menjadi lemah di hadapan kekuatanNya yang tiada berbatas. Mari bertakbir dengan jiwa, lisan dan raga kita.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ketika kita bertakbir dengan penuh bahagia di sini, ternyata di tepian dunia yang lain di sana kesedihan masih mencengkram. Takbir yang menggema di Gaza, Palestina, diselingi dentuman bom dan letusan peluru dari tentara zionis Israil.
Setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kita saksikan bayi-bayi  mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid . Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!
Mereka ditemukan tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah  yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Palestina yang mayoritas muslim banyak di bantai oleh orang-orang dari golongan yahudi (israel). Mulai dari para Mujahid, warga sipil dan paling parahnya anak-anak yang tidak tahu apa-apa menjadi korban peperangan.
Wahai Tuhan Yang Meniupkan dan Mencabut Ruh dalam diri Manusia. Hanya dengan izinmu orang-orang yang tidak berdaya bisa mendapatkan kemenangan dan hanya dengan izinmu orang-orang yang kuat bisa di kalahkan. Berikanlah kemenangan kepada para Mujahidin Palestina..
seperti ketika Engkau memberikan kemenangan kepada pasukan Salahuddin saat menghancurkan bala tentara salib.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu  …..Kaum muslimin rahimakumullah,
Ramadhan yang diwajibkan puasa didalamnya  adalah momentum yang sangat efektif untuk mengokohkan keimanan  dan mengembalikan kita kepada fitrah. Ramadhan merupakan bulan yang disiapkan Allah SWT untuk mendidik jiwa-jiwa yang menjauhi-Nya untuk kembali kepada-Nya, mendidik jiwa-jiwa yang berlumur dosa untuk datang memohon ampunan kepada-Nya, mendidik jiwa-jiwa yang lalai dari ibadahnya untuk bersimpuh bersujud dan mengikhlaskan pengabdiannya.  Semoga Ramadhan ini mampu kita buktikan sebagai bulan mengokohkan iman dan ihtisab (mengharap pahala) kita kepada-Nya, sehingga kita semua mendapatkan ampunan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa berpuasa dengan iman dan ihtisab (mengharap pahala hanya dari Allah), akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Melalui momentum Idul fitri ini, marilah kita mengokohkan keimanan dan tauhid kita, yang dengannya kita akan senantiasa terjaga pada fitrah kehambaan kita yang lurus, kita akan dijauhkan dari sikap menghinakan diri kepada makhluk. Dengan kekuatan tauhid, orang yang kaya akan menjaga fitrah dirinya sehingga tidak sombong dan angkuh, dengannya pula orang miskin akan tegar mengarungi ujian hidupnya dan tidak berputus asa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu  …..Kaum muslimin rahimakumullah,
Sebuah pertanyaan sederhana: Sudahkah benar-benar kita menjadi seorang yang penyayang? Menyayangi fuqara, anak yatim, janda-janda miskin dan orang-orang lemah serta tertindas juga mereka yang tertimpa mushibah. Sudahkah bibir kita terbiasa menyampaikan pesan kasih sayang melalui senyum dan perkataan yang baik. Sudahkan tangan kita ringan mengulurkan bantuan dan shadaqah sebelum lidah mereka mengirimkan pesan pertolongan.
Benarkah setelah sebulan kita dilatih untuk sabar dalam menahan diri. Rasa kasih sayang dan pemaaf kita bisa kemudian mengkristal dalam diri kita. Mari kita belajar menjadi pemaaf yang baik dari Yusuf Ash-shiddiq as. Saat saudara-saudaranya yang dulu membuangnya ke dalam sumur setelah sebelumnya sempat berniat untuk membunuhnya, kini berada di hadapannya. Ketika beliau sedang berada dalam kemuliaan yang diberikan Allah. Di hadapan Bapak dan Bibinya serta saudara-saudaranya ia pun menyenandungkan syukur.
« وَقَالَ يَا أَبَتِ هَـذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِن قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بَي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاء بِكُم مِّنَ الْبَدْوِ مِن بَعْدِ أَن نَّزغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي » (يوسف: 100)
”Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dulu. Sesungguhnya Tuhan telah menjadikannya kenyataan. Dan sesunggunya Tuhan telah berbuat baik padaku, ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika membawa kalian dari gurun pasir setelah setan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku”
Sungguh lembut hati dan perasaan Nabi Yusuf. Padahal kesalahan saudaranya sangatlah besar, tapi beliau tak sedikitpun menyimpan rasa dendam, bahkan untuk sekedar menyebut perbuatan jahat itu sekali-kali beliau sangat menghindarinya.
Jamaah shalat  Idul Fitri rahimakumullah
Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa sebagai bentuk ketaatan dan pensucian jiwa kita, kemudian kita mengeluarkan zakat sebagai pensucian dari harta kita untuk berbagi kebahagiaan kepada kaum fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. Atas karunia-Nya jugalah pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan karena telah menggapai limpahan rahmat dan ampunan dari-Nya sesuai dengan usaha yang kita lakukan masing-masing. Allah berfirman:
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
"Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan."  (QS. Al-An'am: 132)
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu  …..Kaum muslimin rahimakumullah,
Ibadah Ramadhan telah kita sempurnakan, mulai dari puasa, shalat tarawih, tilawatil Qur’an, membayar zakat fitrah dan zakat harta, I’tikaf, membaca dzikir dan ma’tsurat, mengeluarkan zakat fitrah  hingga hari ini kita tuntaskan dengan melaksanakan shalat Idul fitri dan kembali kepada fitrah.
Fitrah kehambaan menuntut setiap muslim untuk membuktikan komitmen ibadahnya. Dia dituntut tidak hanya bersungguh-sungguh menunaikan semua ibadah-ibadah fardhu, tapi juga ibadah-ibadah sunnah.  Dengan pembuktian komitmen tersebut, setiap muslim akan mampu mengantarkan dirinya kepada ketakwaan. Al-Qur’an menegaskan bahwa dibalik perintah ibadah puasa tersebut Allah SWT menghendaki agar setiap hamba yang melaksanakannya dapat mengantarkan dirinya ke derajat takwa.
نَيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُو
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Perintah takwa adalah perintah agama yang harus dilanggengkan dalam kehidupan setiap muslim, ia wajib memeliharanya hingga ia berhadapan dengan kematiannya. Apabila seseorang memelihara ibadahnya secara benar dan konsisten, akan terangkat derajat ketaqwaannya, suatu derajat istimewa yang menjadikannya lebih mulia dari hamba-hamba yang lain.
Allahu Akbar 3 kali
Kaum muslimin-muslimat Rahimakumullah

Pada akhir khutbah ini, khotib nukilkan sebuah Surat al-Mâ’ûn yang memerintahkan kepada kita untuk peduli terhadap yatim-piatu dan fakir-miskin di lingkungan sekitar kita. Ibadah puasa yang baru saja usai kita laksanakan juga mengajarkan kita tentang kepedulian sosial. Hal ini menyuruh kepada kita untuk membangun kesalehan sosial.
Hadis-hadis Nabi menggambarkan akan kemulian orang yang memerhatikan yatim-piatu.  Seorang muslim yang hanya mengasihi anak yatim-piatu saja, akan mendapat berbagai keberkahan. Abdullah Bin Abi Aufa berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:
Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim karena kasih sayang, maka Allah mencatat untuknya bagi tiap rambut yang diusap satu kebajikan, dan dihapus satu dosa, dan dinaikkan satu derajat.

Adapun bagi seorang muslim yang mengambil anak yatim-piatu lalu dirawatnya hingga ia mandiri, maka tiada balasannya kecuali surga. Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah saw. bersabda:
Barang siapa yang memelihara seorang anak yatim dari kaum muslimin untuk menjamin makan minumnya sehingga ia cukup sendiri, maka Allah mewajibkan untuknya surga, kecuali jika ia berbuat perbuatan yang tidak diampuni oleh Allah.
Bahkan, memerhatikan yatim-piatu adalah obat bagi hati kita yang keras, hati kita yang sakit. Jika kita terasa jauh dari Allah dan tidak lagi bersemangat akan ibadah kepadaNya, maka ini adalah tanda hati kita akan mati. Obatnya sangat mudah: santuni anak yatim-piatu.
Dengan hati yang bersih penuh harap, dengan kedua telapak tangan kami menengadah kepada MU, kami bermohon ; Jangan Engkau jadikan kami menjadi ummat buih (ghutsa-an ka ghutsa-as-sail), yang dipermainkan serta diperebutkan oleh orang-orang yang tengah kelaparan, seakan memperebutkan sepiring makanan dihadapan mereka.
Allahumma Yaa Ghaffar,
Kami menyadari sudah banyak nikmat MU kepada kami. Namun terkadang kami selalu lupa mensyukurinya. Kami sadar telah banyak kesalahan dan kezaliman kami lakukan, sadar ataupun tidak, tapi kami lalai memohon ampun. Yaa Rahmanu Yaa ‘Aziizu, ampunilah kami semua. Ampunilah kedua orang tua kami. Bimbing kami dan pemimpin bangsa kami selalu beribadah kepada MU, Dan terimalah semua amal ibadah kami. Amiin Ya Rabbal Alamiin.
تقبل الله منا ومنكم وكل عام وأنتم بخير وإلى الله أقرب وعلى طاعته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar