BAYAN-KLU: Belakangan ini harga beberapa bahan makanan pokok seperti beras dan gula terus meroket, namun sayang hingga saat ini pemerintah belum juga melakukan langkah-langkah untuk menstabilkan harga. Di Sambik Elen Kecamatan Bayan, misalnya harga beras sudah mencapai Rp. 7000 per kilogram, sedangkan harga gula 14.000-16.000/kg. “Dan jika harga ini tidak segera disatbilkan oleh pemerintah melalui oprasi pasar (OP) maka dikhawatirkan akan meningkatkan penderitaan masyarakat miskin”, tutur seorang ibu yang enggan dipublikasikan namanya pada PRIMADONA LOMBOK (8/1) kemarin.
Hal ini juga diakui oleh Bukran, ketua Bumdes Desa Sambik Elen. Menurutnya, disamping saat ini sulit mendapat uang, juga harga beberapa bahan makanan pokok terus meroket. Akibatnya banyak para petani mente setempat mengangkat ijon beras, yang pada saat panen mente 5 bulan kedepan harus membayar hutang sampai jutaan rupiah. “Masyarakat di sini (Sambik Elen-red) sudah banyak mengangkat ijon dan berutang beras yang akan dibayar pada musim panen jambu mente mendatang”, kata Bukran yang juga mantan ketua BPD Sambik Elen ini.
Kendati demikian, lanjut Bukran, belum ada masyarakat yang sampai tidak makan, dan berbagai cara yang mereka lakukan untuk memperoleh beras seperti ijon yang sebenarnya juga akan merugikan petani itu sendiri. Di satu sisi petani memiliki kebun mente, tapi disisi lain ketika panen mereka harus membayar hutang. “Kalau tetap seperti ini kapan masyarakat hidup sejahtera”, tegasnya.
“Dan untuk menstabilkan harga dan supaya tidak menjadi beban berat masyarakat miskin untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari sudah saatnya pemerintah mengambil langkah-langkah seperti melakukan Oprasi Pasar (OP). Karena jika tidak di gelar OP, dikhawatirkan akan semakin memberatkan beban masyarakat, dan tentu kedepan akan menambah angka kemiskinan dan pengangguran di tingkat akar rumput”, tambahnya.
Bukran mengatakan, kalau tetap seperti ini kapan kita bisa maju. Karenanya pemerintah KLU perlu mencermati kondisi ini, tentu barangkali dengan cara memberikan pinjaman linak kepada para pedagang kaki lima dan para petani mente, sehingga hasil panennya nanti tidak habis hanya untuk membayar ijon beras.
Sementara di Dusun Teres Genit Desa Bayan, walaupun saat ini semua harga kebutuhan pokok naik, tidak begitu dirasakan oleh masyarakat, karena sebelum lonjakan harga ini terjadi, masyarakat sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. “Alhamdulillah masyarakat kami tidak ada yang sampai tidak makan, karena hasil panen tahun kemarin sudah ditabung untuk menghadapi lonjakan harga ini”, ungkap Kepala Dusun Teres Genit, Sukrati ketika dihubungi via hp kemarin.
“Memang beberapa warga mengaku menyesal menjual hasil panen gabahnya tahun kemarin, karena mereka tidak tahu harga beras akan naik. Namun yang jelas hasil penjualan gabahnya ditabung, sehingga kendati harga beras di Teres Genit sudah mencapai Rp. 6.500/kg, tidak begitu dirasakan oleh warga setempat”, kata Sukrati.
Hal ini juga diakui oleh Bukran, ketua Bumdes Desa Sambik Elen. Menurutnya, disamping saat ini sulit mendapat uang, juga harga beberapa bahan makanan pokok terus meroket. Akibatnya banyak para petani mente setempat mengangkat ijon beras, yang pada saat panen mente 5 bulan kedepan harus membayar hutang sampai jutaan rupiah. “Masyarakat di sini (Sambik Elen-red) sudah banyak mengangkat ijon dan berutang beras yang akan dibayar pada musim panen jambu mente mendatang”, kata Bukran yang juga mantan ketua BPD Sambik Elen ini.
Kendati demikian, lanjut Bukran, belum ada masyarakat yang sampai tidak makan, dan berbagai cara yang mereka lakukan untuk memperoleh beras seperti ijon yang sebenarnya juga akan merugikan petani itu sendiri. Di satu sisi petani memiliki kebun mente, tapi disisi lain ketika panen mereka harus membayar hutang. “Kalau tetap seperti ini kapan masyarakat hidup sejahtera”, tegasnya.
“Dan untuk menstabilkan harga dan supaya tidak menjadi beban berat masyarakat miskin untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari sudah saatnya pemerintah mengambil langkah-langkah seperti melakukan Oprasi Pasar (OP). Karena jika tidak di gelar OP, dikhawatirkan akan semakin memberatkan beban masyarakat, dan tentu kedepan akan menambah angka kemiskinan dan pengangguran di tingkat akar rumput”, tambahnya.
Bukran mengatakan, kalau tetap seperti ini kapan kita bisa maju. Karenanya pemerintah KLU perlu mencermati kondisi ini, tentu barangkali dengan cara memberikan pinjaman linak kepada para pedagang kaki lima dan para petani mente, sehingga hasil panennya nanti tidak habis hanya untuk membayar ijon beras.
Sementara di Dusun Teres Genit Desa Bayan, walaupun saat ini semua harga kebutuhan pokok naik, tidak begitu dirasakan oleh masyarakat, karena sebelum lonjakan harga ini terjadi, masyarakat sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya. “Alhamdulillah masyarakat kami tidak ada yang sampai tidak makan, karena hasil panen tahun kemarin sudah ditabung untuk menghadapi lonjakan harga ini”, ungkap Kepala Dusun Teres Genit, Sukrati ketika dihubungi via hp kemarin.
“Memang beberapa warga mengaku menyesal menjual hasil panen gabahnya tahun kemarin, karena mereka tidak tahu harga beras akan naik. Namun yang jelas hasil penjualan gabahnya ditabung, sehingga kendati harga beras di Teres Genit sudah mencapai Rp. 6.500/kg, tidak begitu dirasakan oleh warga setempat”, kata Sukrati.
Penjualan Toko Dan pergudangan di pasar Induk Beras Lamongan
BalasHapusHubungi 085646500844 Amak
Kantor 0322 315789 Amak