Modus Penipuan Gaya Baru
Lombok Utara - Sajrasih (22) warga Desa sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, ketika ditemui 6/12 di rumahnya tampak sedih memikirkan sepeda motornya yang hilang. Karena dengan sepeda motor Vega ZR-DR 3963 HC yang baru 18 bulan dikredit di dealer inilah digunakan untuk mencari nafkah menurtupi kehidupan keluarganya sebagai tukang ojek.
Menurut Sajrasih, pada akhir November 2011, dia berkenalan dengan seorang yang mengaku bernama Ryan yang ingin membuka konter dan mengontrak sebuah kios di Desa Sukadana. Karena kios yang dikontrak Rp. 800 ribu pertahun itu kondisi bangunannya rusak, sehingga Ryanpun membongkar dan akan merenovasinya.
“Kios yang akan dikontrak sudah dibongkar, dan pemilik serta tukang yang akan mengerjakan bangunan tersebut sudah diberikan uang panjar masing-masing Rp. 100 ribu”, kata Sajrasih.
Bila kios yang akan dijadikan sebagai conter hp itu sudah selesai dibangun, Sajrasih dijanjikan sebagai tukang mengambil barang jualan ke Tanjung dan Cakranegara. “Tentu saya senang, karena saya akan dijadikan sebagai pekerja di conternya, sehingga apapun yang dia minta saya berikan”, ungkapnya.
Setelah semuanya dibongkar, Ryan yang mengaku berasal dari Lombok Tengah itupun pulang dengan alasan mengambil barang dan bahan bangunan di rumahnya. Namun selang beberapa hari setelah pergi, Sajrasih menerima telpon dari Ryan yang minta dirinya dijemput di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat.
“Karena kebetulan hari senin 28/11 itu ada kawan yang ke mataram, sehingga saya ikut dan sama-sama membawa sepeda motor. Benar juga setelah sampai di Gunungsari saya bertemu dengan Ryan dan mengajak saya ke rumah ibunya di Mataram”, tuturnya.
Namun sebelum ke Mataram, Ryan bertanya kepada Sajrasih apakah mereka tau jalur di pusat kota provinsi (Mataram-red). Karuan saja, karena Sajrasih baru pertama kali pergi ke kota menggunakan sepeda motor, tentu tidak tahu jalur yang akan dilaluinya. “Mendengar jawaban itu, Ryan langsung mengganti saya didepan dan mengajak saya ke rumah orang tuanya dan memeriksa bahan bangunan yang akan dibawanya ke Bayan”, jelas Sajrasih.
Setelah berputar-putar mengelilingi kota Mataram dan Cakranegara, Ryanpun menghentikan sepeda motornya disebuah tempat yang belakangan baru diketahui kalau itu sebuah losmen bukan rumah orangtua Ryan.
“Karena saya orang awam, tentu yakin kalau itu adalah rumah Ryan, lebih-lebih sesampainya disana, Ryan langsung memanggil ibu dan memimnta menyediakan pakaian salinan untuk saya, karena pakaian yang saya kenakan habis basah dengan hujan”, kata Sajrasi polos.
Pada saat itu lanjut Sajrasih, dirinya tetap memegang kunci kontak sepeda motornya. Tapi ketika dirinya mengganti pakaian, kunci tersebut dilepas begitu saja diatas meja. Dan tak lama kemudian Ryan permisi untuk membeli nasi di warung dan menggunakan sepeda motor milik Sajrasih.
“Waktu itu sekitar pukul 14.00 wita, dan karena dia mau beli nasi, sehingga sedikitpun saya tidak curiga. Setelah beberapa jam menunggu, ternyata Ryan tak kembali hingga hari ini”, katanya sedih.
“Hari itu, saya tidak menaruh uang disaku celana maupun baju, karena semua uang sebesar Rp. 230.000,- dan hp, saya taruh di jok sepeda motor. Dan setelah lama menunggu saya keluar mencari pengojek dan minta diantar pulang ke Bayan dengan ongkos Rp. 70.000 dan dibayar setelah sampai dirumah”, jelasnya.
Digertak Oknum Petugas Polsek Cakranegara
Karena sepeda motor itu masih dikredit, sehingga keesokan harinya, Sajrasih pergi ke dealer didampingi keluarganya Raden Anggrita untuk melaporkan modus penipuan gaya baru itu. Oleh dealer disarankan untuk melaporkan kejadiannya ke Polsek tempat sepeda motor itu hilang dan diminta untuk mengurus surat kehilangan.
Sayang, di era reformasi sekarang ini, ternyata masih ada petugas kepolisian yang suka menggertak masyarakat awam seperti yang dialami Sajrasih bahkan mengancam akan mengesel korban.
Sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Inilah yang pas bagi Sajrasih yang sudah kehilangan sepeda motor malah mendapat ancaman dari petugas kepolisian sektor Cakranegara, yang seharusnya bersikap manis dan sopan terhadap siapapun, lebih-lebih terhadap korban kehilangan sepeda motor.
“saya hanya datang melaporkan kejadian tersebut dan minta dibuatkan surat kehilangan, eh malah saya digertak macam-macam, bahkan diancam mau di tahan, sehingga saya tidak bisa menjawab apa-apa kecuali ketakutan”, katanya.
Lebih-lebih ketika ia diminta naik disebuah mobil untuk pergi ke Tempat Kejadian Perkara (TKP). Disamping didorong, juga oknum polisi yang berbadan kekar sempat mengeluarkan kata-kata yang kurang wajar. “Saya tau kamu punya dukun di Bayan, suruh dukunmu datang”, kata Sajrasih menirukan ungkapan sang oknum.
“Saya tak habis pikir dan tidak sempat melihat nama sang oknum petugas yang menggertak saya ketika itu, karena jangankan menanyakan namanya, melihat wajahnya saja saya tidak berani”, katanya seraya mengaku pasrah atas kejadian penipuan gaya baru tersebut.
Beberapa warga yang mendengar cerita tersebut mengaku geram, seyogyanya hal itu tidak perlu terjadi, karena korban hanya melaporkan sudah kehilangan sepeda motor dan butuh surat keterangan kehilangan. “Tapi malah aknum petugas sampai menyebut dukun segala, apa hubungannya sepeda motor hilang dengan dukun. Masak di era reformasi seperti sekarang ini masih ada oknum petugas seperti itu dan menggertak orang awam, ini sungguh keterlaluan”, kara R. Dedy Setiawan, SH, salah seorang tokoh muda setempat.
Karenanya, Dedy meminta kepada Kapolres Mataram dan Kapolda NTB, perlu memberikan pembinaan terhadap oknum polisi yang suka menggertak masyarakat awam , karena tak sesuai dengan prikemanusiaan lebih-lebih terhadap korban. “Tugas polisi itu mengayomi dan memberikan rasa aman kepada masyarakat bukan malah menggertak atau mengancam orang masyarakat”, tegasnya.
Sementara beberapa tokoh menilai, tindakan, ancaman dan umpatan yang dilakukan oknum petugas itu sudah diluar batas. Dan seyogyanya kepolisis RI kembali kepada khittoh awalnya yaitu melindungi, mengayomi dan memberikan rasa aman kepada masyarakat, lebih-lebih dengan adanya ungkapan bahwa polisi adalah mita masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar