Rabu, 26 Oktober 2011

PUSAT VULKANOLOGI TELITI API DI GUNUNG TAMBORA

ILUSTRASI
Mataram - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi berencana meneliti cahaya api yang muncul di lereng Gunung Tambora, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, untuk memastikan apakah kebakaran hutan atau erupsi lahar panas.

"Saya sudah hubungi DR Hendra dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menanyakan peristiwa itu. Katanya timnya akan melakukan pendakian untuk memastikan apakah cahaya api itu lahar panas atau pohon yang terbakar," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Husnuddin Achsyid di Mataram, Rabu.

Ia mengatakan, pihaknya juga sudah mendapatkan informasi dari sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Dompu, bahwa cahaya seperti kobaran api terlihat dari dinding kaldera kawah Gunung Tambora.

Namun, kata dia, cahaya api itu belum bisa dipastikan apakah kobaran api dari pohon di kawasan hutan yang terbakar atau lahar panas dari dinding kaldera kawah Gunung Tambora yang pernah meletus dahsyat pada 1815.

"PVMBG juga heran. Tidak ada peningkatan desmografinya. Kalau ada semburan lahar panas dari kawah gunung pasti akan disertai gempa. Tapi ini tidak ada gempa," katanya.

Husnuddin mengatakan, PVMBG juga menginformasikan bahwa hasil pencitraan satelit membuktikan bahwa cahaya api yang muncul di dinding kaldera Gunung Tambora bukan lahar panas. Status gunung dengan ketinggian mencapai 2.850 meter di atas permukaan laut (dpl) itu saat ini masih waspada (level II) atau dinyatakan masih aman.

Untuk itu, kata dia, pihaknya meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik jika memperoleh isu menyesatkan tentang meletusnya Gunung Tambora.

"Kami minta warga tidak panik dan tetap waspada. Sekarang status Gunung Tambora sudah berada di level waspada (level II), sebelumnya dinyatakan dalam status siaga (level III) oleh PVMBG," katanya.

Menurut dia, pihaknya sudah siap siaga 24 jam untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Antisipasi yang dilakukan yakni dengan menyusun rencana kontijensi penanggulangan bencana letusan Gunung Tambora.

Penyusunan kontijensi penanganan bencana dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten Dompu dan Bima yang merupakan kabupaten terdekat dengan Gunung Tambora.

"Kami sudah melakukan pertemuan dengan pihak-pihak terkait di dua kabupaten itu. Dalam pertemuan itu dibahas apa yang akan dilakukan, dan siapa berbuat apa, jika seandainya Gunung Tambora meletus. Tapi kita semua berdoa mudah-mudahan itu tidak terjadi," katanya.

Sebelumnya diberitakan, ratusan warga di lereng barat dan kaki Gunung Tambora, Pulau Sumbawa, panik berlarian meninggalkan rumah setelah menduga gunung tersebut meletus, padahal pohon yang terbakar.

Kepala Desa Kadindi A Wahab Ahmad,  yang wilayahnya tidak jauh dari lokasi kebakaran hutan, ketika dihubungi dari Mataram, Selasa malam (25/10), mengatakan, penduduk berlarian sehubungan dengan Gunung Tambora dikira meletus, padahal hutan di lereng gunung api itu terbakar.

"Warga panik dan berlarian karena peristiwa kebakaran hutan itu disangka Gunung Tambora meletus, mengingat sejak beberapa bulan lalu aktivitas gunung api yang masuk wilayah Kabupaten Bima dan Dompu itu meningkat," katanya.(mtrant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar