LOMBOK UTARA - Puluhan warung warga yang berdiri dipinggir pantai Ketapang Dusun Tampes Desa Selengen Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara rusak terhantam gelombang laut, dan barang dagangannya hanyut terbawa arus ombak lautan yang ganas.
Seperti diketahui, beberapa hari belakangan ini, cuaca cukup ekstrim, karena selain hujan lebat yang turun setiap hari juga angin cukup kencang diserta ombak yang tinggi. Akibatnya, para nelayan yang ada di KLU, harus menambat perahunya, dan warung yang berada di pinggir pantaipun hanyun terseret arus.
“Air laut yang naik ke daratan, tak hanya membuat beberapa pemilik warung kehilangan barang dagangan. Beberapa perahu nelayan yang biasanya bersandar ditepi pantaipun ikut dihantam ombak yang menjadikannya terlempar sampai ke jalan raya yang tak jauh dari bibir pantai Tampes”, ungkap puluhan saksi mata.
Beberapa pemilik warung mengaku, kejadianya pada rabu (14/3) sore, riak-riak gelombang laut sudah terlihat sejak pukul 08.00 pagi. Ketinggian air laut yang mencapai 5 m, mulai meninggi pada siang hari pukul 13.00 wita.
Muliadi, warga Tampes yang juga seorang nelayan bersama warga lainnya hanya bisa menyaksikan ombak yang terus bergolak menghujam beberapa warung warga. "Kondisi seperti ini biasa terjadi disetiap tahunnya. Nelayan sudah tak bisa melaut, harus menunggu sampai cuaca normal," kata Muliadi.
Diakui Muliadi, Pemerintah Dusun dan Desa terkait telah mengajukan pembuatan tanggul di sepanjang bibir pantai. Tetapi rencana pembuatan tanggul permanen tak pernah terealisasi. Pada akhirnya, warga setempat untuk mengantisipasi dampak lebih jauh mengupayakan penahan ombak dengan tanggul seadanya dari karungan pasir.
Sementara Sugeng, warga Tampes yang warungnya diterjang ombak mengakui, hanya bisa menyelamatkan sebagian dari barang dagangannya. Beberapa slop rokok berbagai merk dan snack bungkusan ikut hanyut disapu ombak.
"Kami telat mengangkut barang dagangan. Jadi hampir sebagian barang dagangan ludes digulung ombak," tutur anak Sugeng menimpali dengan raut muka sedih.
Beruntung kata Sugenga, tak ada modal yang dipakai dari hutang dalam usaha membuka warung itu. Saat ditemui kemarin, Sugeng terlihat mengemas barang-barang dagangannya, berikut beberapa botol bensin eceran, kompor, dan perabot warung lainnya.
"Kami belum tahu, kapan akan berjualan ataukah akan berjualan di sini lagi atau tidak. Karena ombak besar seperti ini terjadi tiap tahun," akunya sembari berharap Pemda Provinsi maupun KLU membangunkan tanggul di bibir pantai Tampes.
Angin kencang yang memicu gelombang besar ditambah kondisi cuaca buruk dengan intensitas hujan tinggi, bukan saja merusak puluhan warung, namun juga, membuat puluhan nelayan yang ada di berbagai pesisir lombok utara takut melaut. Bahkan saat ini mereka lebih memilih menambatkan perahu dipantai.
Sementara itu arus pelayanan penyeberangan di pelabuhan Bangsal, Pemenang dari dan menuju tiga gili mulai kemarin kembali diperketat pengawasan termasuk pembatasan jumlah penyeberangan khusus untuk kapal cepat (Fastboat) menuju dan dari pulau Bali oleh pihak Kanpel syahbandar dan Dishubkominfo KLU.
Kepala Bidang Perhubungan Dishubparkominfo KLU, Ahmad Suahidi,S.Sos., kepada media , senin (13/3) mengatakan, cuaca ekstrim yang membawa hembusan angin kencang dari utara laut sejak beberapa hari terakhir cukup mengkhawatirkan aktivitas laut, karena itu pihaknya menghimbau agar sementara ini, para nelayan tidak melaut.
Sementara untuk kegiatan penyeberangan, Menurut Suhaidi, pihaknya masih tetap membiarkan pelayanan ketiga gili dan kapal cepat, dibawah pengawasan ketat hingga adanya pemberitahuan peringatan Bahaya dari BMKG. Terkait cuaca buruk dan angin kencang saat ini, dikatakan Suhaidi, berdasarkan hasil koordinasi dengan BMKG, belum ada peringatan tanda bahaya dan larangan penyeberangan.
Sebab kendati ada potensi terjadi gelombang naik hingga 2,7 meter yang dibarengi hujan lebat dilaut, itu dinyatakan masih dalam tahap normal. Meski demikian tetap didihimbau agar penyeberangan lebih waspada dan tetap menjalin komunikasi dengan otoritas pelabuhan.
Selain musibah tersebut, akibat hujan yang turun disertai angin kencang juga mengakibatkan tumbangnya sebuah pohon beringin yang menimpa rumah penduduk di Dusun Genting Piling Kecamatan Gangga.
“Kejadian itu diperkirakan sekitar jam 1 dini hari, ketika kami tengah asyik tertidur, tiba-tiba dikagetkan dengan suara gemeretak, kami pun terkejut dan berhamburan keluar, untung kami dan sekeluarga terhindar dari hantaman ranting yang menimpa rumah kami”.ungkap Karyadi, korban yang rumahnya tertimpa pohon beringin kepada Corong Rakyat (14/3).
Pohon yang berdiameter lebih dari 2 meter ini menimpa rumah Karyadi yang dihuni 6 orang atau 2 KK. Tekstur rumah yang tertimpa itu memanjang ke samping. Selain kamar tidur, juga ada kios di tengahnya. Namun bagian yang tertimpa hanya satu kamar. Kerusakan terlihat di teras bagian depan, atap rumah ambruk.
Selain rumah karyadi, pohon beringin yang tumbang itu menutupi sebagian badan jalan umum di depan rumah Karyadi. Akibatnya menimbilkan kemacetan bagi pengguna jalan untuk keluar masuk areal Dusun itu. Atas kejadian itu, warga sempat melaporkan ke pihak Koslata KLU dan diteruskan ke operator Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) melalui Handly Talky (HT) atau radio panggil. Kebetulan pada saat kejadian, ada warga dekat dengan lokasi tumbangnya pohon tesebut merupakan anggota Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI).
Anggota BPBD dan Koslata KLU datang ke lokasi dengan membawa 5 gergaji mesin untuk mengevakuasi pohon tumbang. Sementara Karyadi dibantu beberapa warga lain, mengungsikan perabot rumah seperti dipan, kasur, kursi dan alat-alat dapur ke rumah tetangga sebelahnya.
“Saya berharap semoga rumah kami dapat segera diperbaiki, sehingga kami segera pula menempatinya”.harapnya.
Tidak ada satu korbanpun dalam peristiwa tersebut. Warga dihimbau untuk tetap siaga dengan kondisi cuaca yang tidak menentu.
Seperti diketahui, beberapa hari belakangan ini, cuaca cukup ekstrim, karena selain hujan lebat yang turun setiap hari juga angin cukup kencang diserta ombak yang tinggi. Akibatnya, para nelayan yang ada di KLU, harus menambat perahunya, dan warung yang berada di pinggir pantaipun hanyun terseret arus.
“Air laut yang naik ke daratan, tak hanya membuat beberapa pemilik warung kehilangan barang dagangan. Beberapa perahu nelayan yang biasanya bersandar ditepi pantaipun ikut dihantam ombak yang menjadikannya terlempar sampai ke jalan raya yang tak jauh dari bibir pantai Tampes”, ungkap puluhan saksi mata.
Beberapa pemilik warung mengaku, kejadianya pada rabu (14/3) sore, riak-riak gelombang laut sudah terlihat sejak pukul 08.00 pagi. Ketinggian air laut yang mencapai 5 m, mulai meninggi pada siang hari pukul 13.00 wita.
Muliadi, warga Tampes yang juga seorang nelayan bersama warga lainnya hanya bisa menyaksikan ombak yang terus bergolak menghujam beberapa warung warga. "Kondisi seperti ini biasa terjadi disetiap tahunnya. Nelayan sudah tak bisa melaut, harus menunggu sampai cuaca normal," kata Muliadi.
Diakui Muliadi, Pemerintah Dusun dan Desa terkait telah mengajukan pembuatan tanggul di sepanjang bibir pantai. Tetapi rencana pembuatan tanggul permanen tak pernah terealisasi. Pada akhirnya, warga setempat untuk mengantisipasi dampak lebih jauh mengupayakan penahan ombak dengan tanggul seadanya dari karungan pasir.
Sementara Sugeng, warga Tampes yang warungnya diterjang ombak mengakui, hanya bisa menyelamatkan sebagian dari barang dagangannya. Beberapa slop rokok berbagai merk dan snack bungkusan ikut hanyut disapu ombak.
"Kami telat mengangkut barang dagangan. Jadi hampir sebagian barang dagangan ludes digulung ombak," tutur anak Sugeng menimpali dengan raut muka sedih.
Beruntung kata Sugenga, tak ada modal yang dipakai dari hutang dalam usaha membuka warung itu. Saat ditemui kemarin, Sugeng terlihat mengemas barang-barang dagangannya, berikut beberapa botol bensin eceran, kompor, dan perabot warung lainnya.
"Kami belum tahu, kapan akan berjualan ataukah akan berjualan di sini lagi atau tidak. Karena ombak besar seperti ini terjadi tiap tahun," akunya sembari berharap Pemda Provinsi maupun KLU membangunkan tanggul di bibir pantai Tampes.
Angin kencang yang memicu gelombang besar ditambah kondisi cuaca buruk dengan intensitas hujan tinggi, bukan saja merusak puluhan warung, namun juga, membuat puluhan nelayan yang ada di berbagai pesisir lombok utara takut melaut. Bahkan saat ini mereka lebih memilih menambatkan perahu dipantai.
Sementara itu arus pelayanan penyeberangan di pelabuhan Bangsal, Pemenang dari dan menuju tiga gili mulai kemarin kembali diperketat pengawasan termasuk pembatasan jumlah penyeberangan khusus untuk kapal cepat (Fastboat) menuju dan dari pulau Bali oleh pihak Kanpel syahbandar dan Dishubkominfo KLU.
Kepala Bidang Perhubungan Dishubparkominfo KLU, Ahmad Suahidi,S.Sos., kepada media , senin (13/3) mengatakan, cuaca ekstrim yang membawa hembusan angin kencang dari utara laut sejak beberapa hari terakhir cukup mengkhawatirkan aktivitas laut, karena itu pihaknya menghimbau agar sementara ini, para nelayan tidak melaut.
Sementara untuk kegiatan penyeberangan, Menurut Suhaidi, pihaknya masih tetap membiarkan pelayanan ketiga gili dan kapal cepat, dibawah pengawasan ketat hingga adanya pemberitahuan peringatan Bahaya dari BMKG. Terkait cuaca buruk dan angin kencang saat ini, dikatakan Suhaidi, berdasarkan hasil koordinasi dengan BMKG, belum ada peringatan tanda bahaya dan larangan penyeberangan.
Sebab kendati ada potensi terjadi gelombang naik hingga 2,7 meter yang dibarengi hujan lebat dilaut, itu dinyatakan masih dalam tahap normal. Meski demikian tetap didihimbau agar penyeberangan lebih waspada dan tetap menjalin komunikasi dengan otoritas pelabuhan.
Selain musibah tersebut, akibat hujan yang turun disertai angin kencang juga mengakibatkan tumbangnya sebuah pohon beringin yang menimpa rumah penduduk di Dusun Genting Piling Kecamatan Gangga.
“Kejadian itu diperkirakan sekitar jam 1 dini hari, ketika kami tengah asyik tertidur, tiba-tiba dikagetkan dengan suara gemeretak, kami pun terkejut dan berhamburan keluar, untung kami dan sekeluarga terhindar dari hantaman ranting yang menimpa rumah kami”.ungkap Karyadi, korban yang rumahnya tertimpa pohon beringin kepada Corong Rakyat (14/3).
Pohon yang berdiameter lebih dari 2 meter ini menimpa rumah Karyadi yang dihuni 6 orang atau 2 KK. Tekstur rumah yang tertimpa itu memanjang ke samping. Selain kamar tidur, juga ada kios di tengahnya. Namun bagian yang tertimpa hanya satu kamar. Kerusakan terlihat di teras bagian depan, atap rumah ambruk.
Selain rumah karyadi, pohon beringin yang tumbang itu menutupi sebagian badan jalan umum di depan rumah Karyadi. Akibatnya menimbilkan kemacetan bagi pengguna jalan untuk keluar masuk areal Dusun itu. Atas kejadian itu, warga sempat melaporkan ke pihak Koslata KLU dan diteruskan ke operator Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) melalui Handly Talky (HT) atau radio panggil. Kebetulan pada saat kejadian, ada warga dekat dengan lokasi tumbangnya pohon tesebut merupakan anggota Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI).
Anggota BPBD dan Koslata KLU datang ke lokasi dengan membawa 5 gergaji mesin untuk mengevakuasi pohon tumbang. Sementara Karyadi dibantu beberapa warga lain, mengungsikan perabot rumah seperti dipan, kasur, kursi dan alat-alat dapur ke rumah tetangga sebelahnya.
“Saya berharap semoga rumah kami dapat segera diperbaiki, sehingga kami segera pula menempatinya”.harapnya.
Tidak ada satu korbanpun dalam peristiwa tersebut. Warga dihimbau untuk tetap siaga dengan kondisi cuaca yang tidak menentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar