Selasa, 13 September 2011

Tambora, Status Siaga Level Tiga

MATARAM - Kepala Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, Ir. Muhammaddin mengungkapkan berdasarkan hasil pengamatan visual dan catatan aktivitas kegempaan Gunung Api Tambora yang berlokasi di Pulau Sumbawa hingga kini masih berstatus siaga level III. Ia menjelaskan, status siaga level III atas Gunung Api Tambora sampai saat ini statusnya belum berubah sejak ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 8 September lalu. 
"Berdasarkan pengamatan petugas gunung api Tambora di Doro Peti, Kecamatan Pekat, Dompu sampai hari ini belum ada peningkatan atau penurunan status Tambora,"kata Muhammadin kepada sejumlah wartawan saat ditemui di ruangannya, Senin (12/9/2011). Ia mengatakan, sejak peningkatan status gunung tertinggi ke dua di NTB itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan Gunung Api Tambora. 
“Status kegiatan gunung Tambora akan diturunkan atau dinaikkan kembali jika terjadi penurunan atau peningkatan aktivitas vulkanik,”ujarnya. 
Lebih jauh, ia menyebutkan peningkatan status Gunung Api Tambora dari Normal menjadi waspada, terhitung dimulai sejak 30 Agustus 2011. Pada 5 September teramati adanya hembusan asap kawah berwarna putih tipis setinggi 10 meter dari bibir kawah. Selain pengamatan visual yang juga dilakukan petugas pengamat Gunung Api Tambora juga melaporkan adanya peningkatan aktivitas kegempaan dalam rentang waktu 30 Agustus sampai 6 September dengan rincian kejadian gempa vulkanik dalam antara 5-15 kali, gempa vulkanik dangkal 1-7 kali, gempa tektonik lokal 1-4 kali, gempa tektonik jauh 2-13 kali. 
Selain itu, adanya gempa "low frekuensi" 1-6 kali disertai gerakan tremor dengan amplitudo antara 0,5-9 milimeter (dominan 1 milimeter) tiap harinya. Kemudian, pada 7 September, terjadi peningkatan yang signifikan pada aktivitas kegempaan terutama gempa vulkanik dalam yang terekam 32 kali kejadian hanya dalam rentang waktu enam jam, dan vulkanik dangkal yang dikhawatirkan akan memicu peningkatan aktivitas vulkanik yang lebih besar. Atas kejadian itu, keesohan harinya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi 
Bencana menaikkan statu Gunung Api Tambora dari Waspada pada level II menjadi Siaga pada level III. Pemantauan visual dan pencatatan aktivitas kegempaan makin ditingkatkan, namun dalam lima hari terakhir ini, tidak terjadi peningkatan sehingga masih tetap berstatus Siaga. Untuk itu, ia menghimbau agar dalam kondisi ini semestinya masyarakat tidak perlu panik secara berlebihan, dan terpancingisu-isu tentang letusan Gunung Tambora. 
Pasalnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) status gunung Tambora belum berubah. Dia menambahkan, seiring peningkatan status gunung Tambora, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana pun sudah membagi Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api Tambora, yakni KRB III pada radius tiga kilometer dari pusat kegempaan, KRB II pada redius lima kilometer dan KRB I pada radius delapan kilometer. Dimana, pada KRB III berpotensi dilanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, serta lontaran batu pijar dan hujan abu lebat. Sedangkan, pada KRB II berpotensi dilanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, serta lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar, dan air dengan keasaman tinggi. 
Pada KRB I berpotensi dilanda lahar, hujan abu dan kemungkinan terkena lontaran batu pijar. Namun, ia memastikan bahwa tidak ada pemukiman penduduk di kawasan rawan bencana itu, baik KRB III, II dan I. Akan tetapi, ia juga mengingatkan masyarakat khusunya yang berada didaerah aliran sungai yang hulunya di kawasan Gunung Api Tambora agar mewaspadai banjir lahar dingin. Kendati, belum ada aliran lahan dingin, tetapi masyarakat di sekitar daerah aliran sungai yang hulunya di tersebut harus sudah mewaspadainya sejak dini. Pasalnya, berdasarkan peta geologi yang diterbitkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2008 terdapat delapan aliran sungai yang berhulu di Gunung Tambora. 
Dari delapan aliran sungai itu, lima diantaranya berada dalam wilayah Kabupaten Dompu dan tiga aliran sungai lainnya dalam wilayah Kabupaten Bima. Aliran sungai itu, antara lain sori (sungai, dalam bahasa Bima/Dompu) Lakumu, sori Amaru/Oirao, sori Na'a dan sori Sumba, Mangga/Tula, dan sori Melanaa. Gunung Api Tambora memiliki tinggi 2.815 meter dari permukaan laut (dpl) yang berlokasi di wilayah Kabupaten Dompu dan Bima, Provinsi NTB. Gunung Api Tambora tercatat dalam sejarah letusan paroksimal pada tahun 1815, yang menyebabkan terkuburnya tiga kerajaan yakni Kerajaan Pekat, Tambora dan Sanggar, dan menelan korban jiwa sekitar 92 ribu orang.(imn) MataramNews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar