Minggu, 12 Juni 2011

Batu Tepak Dusun Terbelakang di Bidang Pendidikan dan Kesehatan

Lombok Utara - Batu Tepak merupakan salah satu nama dusun yang terletak di Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Jaraknya dari pusat kota desa tidak terlalu jauh yaitu sekitar 4 kilometer, atau sekitar 15 menit bila menggunakan kendaraan roda dua. Sayang, dusun ini termasuk dusun terbelakang dibidang pendidikan dan kesehatan karena belum tersendtuh sedikitpun oleh pemerintah.
“Setiap kali pertemuan di kantor desa Sukadana, saya kadang-kadang malu kalau sudah berbicara pendidikan dan kesehatan masyarakat, karena warga saya termasuk yang paling terbelakang bila dibandingankan puluhan dusun lainnya yang ada di Desa Sukadana”, kata Niranom, kepala dusun Batu Tepak, ketika ditemui 12/6 di sela-sela kesibukannya bergotong royong bersama warganya.
Khusus di bidang pendidikan, menurut Niranom, diantara 278 jumlah warganya, hanya satu orang yang tamatan SLTA dan satu lagi tamatan SLTP, sementara sisanya sebagian besar tidak tamat SD. Hal ini dikarenakan, selain warganya hidup dalam kondisi ekonomi yang serba kekurangan, juga jauhnya jarak sekolah dari tempat tinggalnya. “Kalau mau masuk SD, anak-anak kami harus berjalan kaki sampai 4 km, sehingga tidak sedikit diantara anak-anak kami putus sekolah ditengah jalan. Demikian juga dengan jarak SLTP dan SLTA hingga puluhan kilo meter. Jadi anak-anak kami tidak mampu berjalan kaki setiap hari ke sekolah bolak-balik”, katanya.
Lalu bagaimana dengan anak-anak usia sekolah? Menjawab pertanyaan tersebut, Niranom mengaku sedih, dan untuk mengatasi persoalan tersebut, dirinya dengan warga telah sepakat untuk mendirikan SD filial secara swadaya. “Mengingat jumlah anak usia sekolah di dusun kami cukup tinggi hingga mencapai 50 orang, maka pada tahun ajaran ini, kami sudah sepakat untuk bergotong royong membangun SD filial secara bersawadaya, yang masing-masing kepala keluarga dikenakan biaya Rp. 10 ribu ditambah dengan 5 buah atap yang terbuat dari daun kelapa”, jelasnya.
Pendirian SD filial ini mendapat dukungan dari SDN 1 Sukadana sebagai sekolah induk, karena menurut warga menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat, sehingga mereka tidak mau lagi meninggalkan generasi penerusnya sebagai generasi yang bodoh dan buta ilmu pengetahun. “Dulu orang-orang tua kami terkenal orang-orang kaya yang memiliki ratusan kerbau dan sapi, namun karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan tidak menyekolahkan anak-anaknya, sehingga kami sebagai generasi penerus yang menangguang akibatnya dan mengalami penederitaan yang luar biasa”, ungkat Niranom didepan puluhan warganya.
Sementara dibidang kesehatan, dusun Batu Tepak yang seratus persen penduduknya sebagai petani dan buruh tani ini juga termasuk paling terbelakang, sehingga tidak heran ibu-ibu hamil du dusun tersebut, seratus persen melahirkan ke dukun beranak. “Semua warga kami melahirkan didukun, karena jarak antar polindes dan puskesmas yang jauh, serta mereka mengaku malu bila melahirkan di bidan. Dan ini tiada lain penyebabnya karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan”, tambah Niranom sedih.
Sebagai kepala dusun, lanjut Niranom, tetap mengarahkan ibu-ibu hamil agar memeriksa kesehatannya di Posyandu walaupun jarak Posyandunya cukup jauh. “Memang sekali sebulan mereka memeriksa kehamilannya ke Posyandu yang ada di desa Sukadana, namun saya juga kasian melihat ibu-ibu ini harus berjalan kaki sampai 3 km, hanya untuk memeriksa kehamilan atau menimbang bayinya. Sementara sudah berkali-kali saya usulkan agar dibangunkan Posyandu di Dusun Batu Tepak, namun tak pernah mendapat respon dari pemerintah”, katanya.
Ketika ditanya apakah ada pejabat pemerintah kecamatan dan daerah pernah berkunjung ke Dusun Batu Tepak? Hampir seratus persen warganya mengaku tak pernah mendapat kunjungan dari pemerintah. “Kami memang kurang mendapat perhatian dari pemerintah, dan selama KLU menjadi daerah otonomi, belum ada satu pejabatpun yang berkunjung ke dusun ini, kecuali ketua DPRD Lombok Utara, Maraidi, S.Ag”, kata puluhan warga setempat.
Sayang, kunjungan ketua DPRD KLU ini belum mampu membawa perubahan bagi dusun ini, kecuali hanya memberi janji. Jadi tidak heran, semua pembangunan dilakukan secara swadaya, termasuk membangun SD Filial yang saat ini memasuki tahap gotong royong.
Minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap dusun ini juga diakui sekertaris Desa sukadana, R. Srigede, S.Sos. “Dusun ini memang termasuk dusun terbelakang, dan sudah berkali-kali kepala dusunnya mengusulkan pembangunan seperti SD Filial dan pembangunan Posyandu, namun tidak pernah mendapat perhatian, hingga kepala dusun bersama warganya berinisiasi membangu SD Filial secara bergotong royong”, kata Srigede.
Persoalan lain juga dihadapoi oleh masyarakatnya di Dusun Batu Tepak adalah belum adanya tempat ibadah seperti masjid atau musalla sebagai tempat mengajar anak-anak mereka mengaji. “Dan melihat minimnya fasilitasnya ini, selayaknya pemerintah daerah memberikan perhatian khusus bagi warga Dusun Batu Tepak”, harap Srigede.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar