Sabtu, 12 Februari 2011

Kelangkaan Pupuk Teratasi, Harga Tetap Tinggi

Bayan, Lombok Utara - Setelah diberitakan di web suarakomunitas.net tentang kelangkaan pupuk kembali terjadi di Kecamatan Bayan, beberapa waktu lalu, kini kelangkaan pupuk itu sudah teratasi, namun harganya masih tetap tinggi ditingkat petani.

Keluhan tentang harga ini diungkapkan oleh salah seorang aktivis Lombok Utara yang sekaligus sebagai petani di Kecamatan Bayan, Nasrudin, Shi. Menurutnya, Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk awal Januari hingga oktober 2010 lalu Rp. 160.000/kwintal. Namun sejak bulan Oktober hingga sekarang terjadi perubahan HET yaitu sekitar 147.000/kwimntal.

“Harga ini baru saya tau setelah mendatangi Dinas Pertanian provinsi NTB. Namun sayang perubahan harga pupuk tersebut belum disosialisasikan di tingkat petani”, kata Nasrudin menyesalkan.

Apa alasan para distributor dan pengecer sehingga terjadi kelangkaan pupuk beberapa waktu lalu? Menjawab pertanyaan tersebut, Nasrudin mengaku heran, alasan para pengusaha karena cuaca yang buruk. Padahal kenyataannya kelangkaan pupuk itu hanya terjadi di Kecamatan Bayan. Sedangkan di Kecamatan Tanjung, Pemenang dan Gangga pupuk tetap ada alias tidak langka.

“Saya kira kelangkaan itu terjadi karena adanya permainan dari pengusaha pupuk yang memonopolinya, sehingga pengecer lainnya tidak bisa berjualan pupuk. Selain itu khususnya di Kabupaten Lombok Utara, para pengusaha pupuk masih menebus di distributor Ilham Tani di Kabupaten Lombok Tengah, padahal di KLU sendiri sudah ada distributor sendiri yaitu Surya Tani”, jelas Nasrudin.

Pada dasarnya, lanjut Nasrudin, kelangkaan pupuk di Kecamatan Bayan tidak akan terjadi, karena penebusannya sesuai dengan RDKK dari para kelompok tani. “Jadi bukan menjadi alasan karena cuaca tidak menentu sehingga pupuk itu langka. Dan total kebutuhan pupuk bagi petani di Kecamatan Bayan adalah 1800 ton”, tegasnya.

Ditegaskan, setelah beberapa petani melakukan silaturrahmi dengan Bupati Lombok Utara beberapa waktu lalu, pendistribusian pupukpun menjadi lancar. “Hanya sekarang tinggal persoalan harga yang tidak menentu yakni mulai dari harga Rp. 160 ribu hingga 200 ribu rupiah per kwintalnya”, imbuh Nasrudin.

Sementara puluhan petani di Kecamatan Bayan, mengaku masalah harga tidak dipersoalkan yang penting pupuk tidak langka. Dan kelangkaan yang terjadi kemarin karena diduga ada permainan dari oknum pengusaha dengan oknum pihak Petugas Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Bayan. “PPL kebanyakan pegawai honorer, dan ada beberapa oknum PPL yang bermain mata dengan pengusaha pupuk”, kata beberapa petani yang enggan dipublikasikan namanya.

Para petani meminta kepada instansi yang berwenang untuk terus melakukan pengawasan kepada para distributor pupuk, termasuk petugas pertanian di lapangan. “PPL memang jarang turun, kecuali ada program. Dan kalau tetap seperti ini lebih baik tidak ada PPL”, timpal beberapa petani lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar