Lombok Utara - Setiap musim hujan tiba, beberapa ruas jalan raya di Kabupaten Lombok Utara seringkali tertutup pasir dan karang yang tergerus air hujan. Seperti pada bahu jalan di Ketapang dan Beraringan Kecamatan Kayangan. Hal ini dimamfaatkan oleh sebagian warga untuk mengais rezeki.
Bermodalkan pacul dan skop, beberapa warga berusaha membersihkan pasir yang menutupi bahu jalan agar kendaraan yang lewat di jalan ini bisa lancar. Penghasilan para pekerja sukarela ini tergantung belas kasihan para pengguna jalan. “Penghasilan kami tidak menentu, dan itu tergantung dari belas kasihan dari para sopir dan pengendara sepeda motor yang melintas dijalan ini”, tutur Deno sambil menyeka keringatnya yang bercucuran.
Menurut Deno, mencari nafkah untuk menyambung hidup memerlukan kerja keras, dan itu sebagai bentuk tanggungjawab terhadap keluarga. “Walaupun kami sudah bekerja keras secara sukarela seperti ini, soal penghasilan tergantung dari Yang Maha Kuasa. Karena diantara 200 mobil dan sepeda motor yang melintas, belum tentu ada yang memberikan, namun semua itu kami hadapi dengan lapang dada" kata Deno warga Desa Selengen ini.
Mengapa memberishkan timbunan pasir di jalan Desa Kayangan, bukankah di sepanjang jalan Selengen juga banyak tumpukan pasir ? Menjawab pertanyaan ini Deno bersama kawan-kawannya sedikit tersipu malu, seraya mengatakan, bahwa dijalur tersebut sudah ada teman mereka yang mengerjakannya. Dan kami sudah di ijin oleh pemerintah setempat.
Sementara Kepala Dusun Beraringan Desa Kayangan, Syafrudin, ketika dimintai pendapatnya membenarkan hal tersbut. “Memang benar, Deno bersama rekan-rekannya sudah minta ijin untuk membersihkan tumpukan pasir yang menutupi bahu jalan akibat erosi yang terjadi diwilayahnya”, jelasnya.
Hanya yang kita sesalkan, lanjut Syafrudin, kenapa tidak ada warganya yang peduli tentang itu, kok justru warga dari wilayah lain yang peduli. Padahal kalau kita perhatikan, itu banyak mendatangkan keuntungan bagi warganya di Dusun Beraringan. “Jadi, dibutuhkan kesadaran dan kepedulian yang tinggi untuk dapat melihat situasi yang menguntungkan ini”, tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Desa Kayangan Jamaan aspari, ketika ditemui disela-sela kesibukannya menerima peserta KKN Unram di Kantor Camat Kayangan mengatakan, hal itu tidak masalah, siapa saja punya hak untuk bekerja mengais rezeki dimana saja, lebih - lebih ini di jalan raya.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Kayangan yang enggan dipublikasikan namanya mengatakan, pekerjaan seperti mengangkat pasir di badan jalan adalah pekerjaan mulia dan banyak pihak yang diuntungkan. Tapi harus benar-benar ikhlas bekerja. “Pekerjaan yang mestinya bisa tuntas selama 2 hari, ini dikerjakan hingga memakan waktu 4 - 5 hari. Ini kan tidak bekerja ikhlas namanya, ”ujarnya dengan nada kesal.
Kekesalan ini terjadi ketika dirinya beberapa kali melintas di jalan tersebut. Dan pada hari ke tiga keadaan jalan yang dibersihkan tidak jauh berubah dan terkesan lamban serta memakan waktu lama bila dibandingkan dengan volume pekerjaan. “Namun mereka terus melakukan aksinya meminta belas kasihan para sopir dan pengendara sepeda motor, dengan dalih sekedar untuk beli es. Ini kan sebuah alasan yang dibuat-buat”,tambah tokoh paruh baya ini.
”Sebenarnya, kalau niat mereka ikhlas bekerja, tidak perlu pekerjaan diperpanjang waktunya. Ini berarti apa yang telah diperbuat kurang didasari rasa ikhlas, tapi perlu kita berikan penghargaan atas inisiatif mereka,” timpal puluhan pengguna jalan.
Bermodalkan pacul dan skop, beberapa warga berusaha membersihkan pasir yang menutupi bahu jalan agar kendaraan yang lewat di jalan ini bisa lancar. Penghasilan para pekerja sukarela ini tergantung belas kasihan para pengguna jalan. “Penghasilan kami tidak menentu, dan itu tergantung dari belas kasihan dari para sopir dan pengendara sepeda motor yang melintas dijalan ini”, tutur Deno sambil menyeka keringatnya yang bercucuran.
Menurut Deno, mencari nafkah untuk menyambung hidup memerlukan kerja keras, dan itu sebagai bentuk tanggungjawab terhadap keluarga. “Walaupun kami sudah bekerja keras secara sukarela seperti ini, soal penghasilan tergantung dari Yang Maha Kuasa. Karena diantara 200 mobil dan sepeda motor yang melintas, belum tentu ada yang memberikan, namun semua itu kami hadapi dengan lapang dada" kata Deno warga Desa Selengen ini.
Mengapa memberishkan timbunan pasir di jalan Desa Kayangan, bukankah di sepanjang jalan Selengen juga banyak tumpukan pasir ? Menjawab pertanyaan ini Deno bersama kawan-kawannya sedikit tersipu malu, seraya mengatakan, bahwa dijalur tersebut sudah ada teman mereka yang mengerjakannya. Dan kami sudah di ijin oleh pemerintah setempat.
Sementara Kepala Dusun Beraringan Desa Kayangan, Syafrudin, ketika dimintai pendapatnya membenarkan hal tersbut. “Memang benar, Deno bersama rekan-rekannya sudah minta ijin untuk membersihkan tumpukan pasir yang menutupi bahu jalan akibat erosi yang terjadi diwilayahnya”, jelasnya.
Hanya yang kita sesalkan, lanjut Syafrudin, kenapa tidak ada warganya yang peduli tentang itu, kok justru warga dari wilayah lain yang peduli. Padahal kalau kita perhatikan, itu banyak mendatangkan keuntungan bagi warganya di Dusun Beraringan. “Jadi, dibutuhkan kesadaran dan kepedulian yang tinggi untuk dapat melihat situasi yang menguntungkan ini”, tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Desa Kayangan Jamaan aspari, ketika ditemui disela-sela kesibukannya menerima peserta KKN Unram di Kantor Camat Kayangan mengatakan, hal itu tidak masalah, siapa saja punya hak untuk bekerja mengais rezeki dimana saja, lebih - lebih ini di jalan raya.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Kayangan yang enggan dipublikasikan namanya mengatakan, pekerjaan seperti mengangkat pasir di badan jalan adalah pekerjaan mulia dan banyak pihak yang diuntungkan. Tapi harus benar-benar ikhlas bekerja. “Pekerjaan yang mestinya bisa tuntas selama 2 hari, ini dikerjakan hingga memakan waktu 4 - 5 hari. Ini kan tidak bekerja ikhlas namanya, ”ujarnya dengan nada kesal.
Kekesalan ini terjadi ketika dirinya beberapa kali melintas di jalan tersebut. Dan pada hari ke tiga keadaan jalan yang dibersihkan tidak jauh berubah dan terkesan lamban serta memakan waktu lama bila dibandingkan dengan volume pekerjaan. “Namun mereka terus melakukan aksinya meminta belas kasihan para sopir dan pengendara sepeda motor, dengan dalih sekedar untuk beli es. Ini kan sebuah alasan yang dibuat-buat”,tambah tokoh paruh baya ini.
”Sebenarnya, kalau niat mereka ikhlas bekerja, tidak perlu pekerjaan diperpanjang waktunya. Ini berarti apa yang telah diperbuat kurang didasari rasa ikhlas, tapi perlu kita berikan penghargaan atas inisiatif mereka,” timpal puluhan pengguna jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar