Ahmadiyah di Lombok |
VHRmedia, Jakarta- Anggota Front Pembela Islam (FPI) membubarkan pertemuan tahunan Jemaat Ahmadiyah Indonesia wilayah Sulawesi Selatan, Sabtu (29/1) malam. Sebagian penyerang mengenakan atribut polisi seperti jaket berlogo Mabes Polri dan Provost.
Menurut juru bicara Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia Ahmad Mubarik, polisi yang berada di lokasi tidak mencegah penyerangan. Polisi justru ikut membubarkan acara dan mengintimidasi Jemaat Ahmadiyah.
”Tampak jelas ada seorang habib FPI yang mengenakan jaket dengan logo yang yang identik dengan institusi kepolisian,” kata Mubarik di Jakarta, Minggu (30/1).
Pertemuan Jalsah Salanah tersebut digelar di Masjid An Nushrat, Jalan Anuang nomor 112, Makassar, Sulawesi Selatan. Acara dibuka 28 Januari 2011, dihadiri 150 peserta dan sejumlah tokoh lintas agama.
Setelah pembukaan, sekitar 20 orang berjubah FPI berdemo di depan Masjid An Nushrat. Rombongan kembali datang seusai salat Isya dengan tambahan pasukan. Mereka meminta acara itu dibubarkan. ”Beberapa aparat polisi meminta warga Ahmadiyah mengabulkan ultimatum FPI,” ujar Mubarik.
Aksi berlanjut Sabtu (29/1). Massa FPI datang dan memaksa masuk masjid. Sebelumnya, Kapolda Sulsel meminta seluruh jemaat meninggalkan masjid. Polisi menyediakan dua truk untuk evakuasi. Polisi membiarkan FPI merusak tulisan syahadat dan spanduk Ahmadiyah. ”Polisi sama sekali tidak menyentuh FPI,” ujar Mubarik.
Juru bicara Jamaah Ahmadiyah Indonesia, ZA Pontoh mengatakan, pihaknya akan kasus ini ke jalur hukum. ”Langkah hukum tetap jalan,” ujarnya.
Mesjid An Nushrat adalah masjid milik Jemaat Ahmadiyah di Makassar. Mesjid itu berdiri sejak 1970-an. Makassar merupakan basis Ahmadiyah terbesar di wilayah Sulawesi dengan jumlah pengikut mencapai ribuan orang. (E1)
Foto: VHRmedia/Feri Latif
Menurut juru bicara Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia Ahmad Mubarik, polisi yang berada di lokasi tidak mencegah penyerangan. Polisi justru ikut membubarkan acara dan mengintimidasi Jemaat Ahmadiyah.
”Tampak jelas ada seorang habib FPI yang mengenakan jaket dengan logo yang yang identik dengan institusi kepolisian,” kata Mubarik di Jakarta, Minggu (30/1).
Pertemuan Jalsah Salanah tersebut digelar di Masjid An Nushrat, Jalan Anuang nomor 112, Makassar, Sulawesi Selatan. Acara dibuka 28 Januari 2011, dihadiri 150 peserta dan sejumlah tokoh lintas agama.
Setelah pembukaan, sekitar 20 orang berjubah FPI berdemo di depan Masjid An Nushrat. Rombongan kembali datang seusai salat Isya dengan tambahan pasukan. Mereka meminta acara itu dibubarkan. ”Beberapa aparat polisi meminta warga Ahmadiyah mengabulkan ultimatum FPI,” ujar Mubarik.
Aksi berlanjut Sabtu (29/1). Massa FPI datang dan memaksa masuk masjid. Sebelumnya, Kapolda Sulsel meminta seluruh jemaat meninggalkan masjid. Polisi menyediakan dua truk untuk evakuasi. Polisi membiarkan FPI merusak tulisan syahadat dan spanduk Ahmadiyah. ”Polisi sama sekali tidak menyentuh FPI,” ujar Mubarik.
Juru bicara Jamaah Ahmadiyah Indonesia, ZA Pontoh mengatakan, pihaknya akan kasus ini ke jalur hukum. ”Langkah hukum tetap jalan,” ujarnya.
Mesjid An Nushrat adalah masjid milik Jemaat Ahmadiyah di Makassar. Mesjid itu berdiri sejak 1970-an. Makassar merupakan basis Ahmadiyah terbesar di wilayah Sulawesi dengan jumlah pengikut mencapai ribuan orang. (E1)
Foto: VHRmedia/Feri Latif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar