Selong (Suara NTB)- Puluhan hektar hortikultura di wilayah Subak Lendang Mudung, Desa Bagik Papan, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur (Lotim)diserang hama keong. Hortikultura yang diserang hama ini, seperti kacang panjang, tomat, dan beberapa jenis tanaman lainnya.
“Ini baru pertama kali sepanjang sejarah,” tutur Zulkarnaen petani Subak Lendang Mudung yang ditemui Suara NTB di areal sawahnya. Dituturkan, hama ini mulai muncul sekitar empat bulan yang lalu. Tidak pernah ada selama musim tanam, namun sangat mengherankan pada musim tanam kali ini serangan hama keong membuat petani kelabakan.
Cara merusak tanamannya cukup cepat. Dalam sehari saja, cukup banyak tanaman yang rusak. Bahkan tanaman kacang yang baru tumbuh saja habis dilalap hama ini. Karena tergolong baru, petani masih belum mengetahui jenis obat-obatan yang bisa memusnahkan keong ini.
Ditambahkan, munculnya keong diduga berkaitan dengan cuaca yang dingin. Hujan terus mengguyur tanaman petani, sehingga keong tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Kondisi ini membuat petani kewalahan.
Ada dugan kata Zulkarnaen, munculnya keong setelah petani banyak menggunakan salah satu produk pupuk NPK bersubsidi. Namun dugaan itu masih sebatas praduga petani, karena selama ini memang tidak pernah muncul hama keong sejenis ini.
Hal senada di sampaikan Gufran. Ia menuturkan, munculnya hama ini beberapa bulan terakhir itu memang sempat mengagetkan petani. Saat ini belum ada upaya mengatasi keganasan keong yang warga setempat menyebutknya keong racun. ‘’Masih mejaralela karena kita belum tahu cara mengatasinya,’’ katanya. Cara membunuhnya pun dilakukan petani hanya manual. Hanya saja harus hati-hati, karena cakangnya yang keras bisa melukai.
Gufran menduga, keong-keong ini terbawa air irigasi. Kemunculannya menurut informasi yang didengar hanya pada musim lembab seperti sekarang. “Kalau musim panas tidak ada yang muncul,” terangnya.
Penyuluh Hilang
Peran penyuluh yang sejatinya diharapkan bisa menjadi solusi masalah petani ini tidak kunjung muncul. Menurut pengakuan Gufran dan Zulkarnen, sudah hampir setahun PPL Subak Lendang Mudung ini menghilang. “Nama PPL kita itu Ruspan, terakhir muncul sekitar bulan 11 (November) tahun 2009 silam,” tutur Zulkarnaen.
Menghilangnya penyuluh ini cukup membuat resah para petani ini. Karena banyak sekali hal yang tidak bisa diselesaikan petani. Tidak ada gunanya penyuluh yang dibayar mahal-mahal namun tidak pernah menjalankan tugasnya.
Besar harapan PPL ini bisa turun memantau keadaan petani. Namun harapan petani ini tidak juga terwujud terlebih saat musim hujan seperti sekarang. Para PPL kayaknya malas datang. Berbeda dengan PPL subak lain yang selalu rajin memantau daerah binaannya. (rus)
“Ini baru pertama kali sepanjang sejarah,” tutur Zulkarnaen petani Subak Lendang Mudung yang ditemui Suara NTB di areal sawahnya. Dituturkan, hama ini mulai muncul sekitar empat bulan yang lalu. Tidak pernah ada selama musim tanam, namun sangat mengherankan pada musim tanam kali ini serangan hama keong membuat petani kelabakan.
Cara merusak tanamannya cukup cepat. Dalam sehari saja, cukup banyak tanaman yang rusak. Bahkan tanaman kacang yang baru tumbuh saja habis dilalap hama ini. Karena tergolong baru, petani masih belum mengetahui jenis obat-obatan yang bisa memusnahkan keong ini.
Ditambahkan, munculnya keong diduga berkaitan dengan cuaca yang dingin. Hujan terus mengguyur tanaman petani, sehingga keong tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Kondisi ini membuat petani kewalahan.
Ada dugan kata Zulkarnaen, munculnya keong setelah petani banyak menggunakan salah satu produk pupuk NPK bersubsidi. Namun dugaan itu masih sebatas praduga petani, karena selama ini memang tidak pernah muncul hama keong sejenis ini.
Hal senada di sampaikan Gufran. Ia menuturkan, munculnya hama ini beberapa bulan terakhir itu memang sempat mengagetkan petani. Saat ini belum ada upaya mengatasi keganasan keong yang warga setempat menyebutknya keong racun. ‘’Masih mejaralela karena kita belum tahu cara mengatasinya,’’ katanya. Cara membunuhnya pun dilakukan petani hanya manual. Hanya saja harus hati-hati, karena cakangnya yang keras bisa melukai.
Gufran menduga, keong-keong ini terbawa air irigasi. Kemunculannya menurut informasi yang didengar hanya pada musim lembab seperti sekarang. “Kalau musim panas tidak ada yang muncul,” terangnya.
Penyuluh Hilang
Peran penyuluh yang sejatinya diharapkan bisa menjadi solusi masalah petani ini tidak kunjung muncul. Menurut pengakuan Gufran dan Zulkarnen, sudah hampir setahun PPL Subak Lendang Mudung ini menghilang. “Nama PPL kita itu Ruspan, terakhir muncul sekitar bulan 11 (November) tahun 2009 silam,” tutur Zulkarnaen.
Menghilangnya penyuluh ini cukup membuat resah para petani ini. Karena banyak sekali hal yang tidak bisa diselesaikan petani. Tidak ada gunanya penyuluh yang dibayar mahal-mahal namun tidak pernah menjalankan tugasnya.
Besar harapan PPL ini bisa turun memantau keadaan petani. Namun harapan petani ini tidak juga terwujud terlebih saat musim hujan seperti sekarang. Para PPL kayaknya malas datang. Berbeda dengan PPL subak lain yang selalu rajin memantau daerah binaannya. (rus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar