Kalau kita sejenak mau memperhatikan kondisi orang-orang di sekitar kita, maka akan kita dapatkan berbagai macam bentuk prilaku yang nampak pada mereka, ada yang sedang sedih dan menangis, ada juga yang sedang gembira sambil tertawa, ada yang sedang giat bekerja, ada juga yang sebaliknya dan banyak lagi polah tingkah yang lainnya, semua itu merupakan cerminan dari kondisi hati mereka masing-masing.
Mereka yang kondisi hatinya baik dan bersih, tampak ketenangan dalam sikapnya, sebaliknya mereka yang kondisi hatinya sedang tak menentu atau sedang terjangkiti suatu penyakit, maka ia cenderung berprilaku yang tidak baik dan tak ada ketenangan dalam sikapnya, barangkali inilah yang pernah disabdakan oleh Rasulullah e dalam sebuah haditsnya yang berbunyi :
" Sesungguhnya dalam jasad manusia itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik, maka baik pulalah seluruh anggota tubuhnya, dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh jasadnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati " ( Muttafaqun 'Alaihi).
Hati adalah sumber kejujuran bagi pemiliknya, ia tidak akan pernah dusta, meski lidah berucap beribu kali kebohongan tetapi hati akan selalu mengatakan kebenaran pada dirinya. Hati yang bersih bisa mengalahkan sifat yang buruk seperti sifat ego yang ada dalam diri seseorang, ia tidak akan bicara ngelantur dan tanpa pertimbangan sehingga meresahkan orang lain, ucapan atau statemen yang keluar dari hati yang bersih selalu diawali oleh pertimbangan yang matang, sehingga hasilnya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, ia akan lebih mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongannya. Sebaliknya, hati yang kotorlah yang senantiasa dipenuhi oleh ambisi dan hawa nafsu.
Sebagai sebuah karunia yang besar yang diberikan Allah kepada hamba-NYA, maka kita haruslah menggunakannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Sang Penciptanya. Tugas pokok dari hati dan akal yang merupakan kelebihan manusia dari makhluq lainnya adalah untuk memahami ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauni atau yang ada di alam sekitar kita ataupun ayat-ayat yang tertulis dalam Al Qur'an, karena kalau kita tidak pandai-pandai menggunakannya untuk itu, maka posisi kita akan menjadi lebih rendah ( hina ) dari binatang sekalipun, firman Allah I :
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi nereka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergukan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. ( QS. Al A'raaf :179 ).
Pantaskah kita lalai akan perintah Allah setelah kita mendapatkan karunia yang begitu besar dari-NYA, mari kita buka hati kita untuk senantiasa mentadabburi (merenungkan ) ayat-ayat Allah, jangan biarkan hati kita tersumbat, sehingga sulit lagi untuk memahami ayat-ayat-NYA:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci" ( QS. Muhammad :24 ).
Bila hati kita sudah tertutup untuk menerima kebenaran, maka itu merupakan musibah yang sangat besar, ia akan melihat sesuatu bukan lagi atas dasar kebenarannya tetapi ia akan melihatnya atas dasar hawa nafsunya, sehingga fanatisme buta dan sikap berlebihanlah yang muncul, ia tidak akan melihat orang karena kebenarannya, tetapi ia akan melihat kebenaran itu karena orangnya, bila orang yang ia kagumi dan ia idolakan melakukan sebuah kesalahan, maka di matanya itu adalah sebuah kebenaran, ataupun kalau sudah jelas salahnya, maka ia akan berusaha mencari alasan untuk membenarkan orang yang diidolakannya. Inilah bencana besar yang sedang melanda sebagian besar ummat, bila hal tersebut terus berlangsung, maka lama kelamaan hatinya akan mengeras dikarenakan tidak adanya cahaya kebenaran yang menembus ke dalamnya.
Firman Allah I yang artinya:
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yangmeluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 2:74)
Orang yang tidak punya mata ( penglihatan), tetapi hatinya bersih jauh lebih baik di sisi Allah dari pada orang yang diberi penglihatan normal akan tetapi kondisi hatinya buta, bagaimana pula jika kedua-duanya buta ?, dan seperti itulah yang akan terjadi di akhirat kelak, orang yang hatinya buta di dunia, akan dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan buta mata, sebagaimana firman-NYA yang artinya : "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta, Berkatalah ia :"Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat, Allah berfirman :"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu( pula) pada hari inipun kamu dilupakan". (QS. Thohaa :126)
Hati yang telah mengeras tidak akan lagi merasakan getaran-getaran keimanan yang dihantarkan lewat lantunan ayat-ayat Al Qur'an, ia tidak peduli lagi dengan kebesaran dan keagungan Allah dalam ciptaan-NYA, cahaya iman tidak lagi mampu menembus hati yang diselimuti oleh pekatnya noda dan dosa, oleh karena itu sebelum hati kita mengalami kondisi seperti itu, mari kita berupaya untuk senantiasa membersihkan hati kita dari penyakit-penyakitnya seperti : iri, dengki, sombong dan lain sebagainya, kita latih ia agar senantiasa berinteraksi dengan ayat-ayat Allah, sehingga selalu merasa dekat dengan-NYA. Diantara salah satu cara untuk membuat hati kita lembut dan selalu dekat dengan Allah adalah dengan memperbanyak dzikir dan mengingat kematian, karena dengan itu kita akan senantiasa berupaya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian. Allah berfirman yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al Hasyr :18)
Rasulullah e dalam sabdanya mengingatkan kita akan hal tersebut :
" Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan kenikmatan hidup ( Kematian ) karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya dikala sempit kecuali Allah lapangkan hidupnya, dan tidaklah seseorang mengingatnya dikala lapang kecuali ia akan merasa sempit " ( HR. Bukhari )
Kematian adalah sesuatu yang pasti dengan waktu yang tersamar, sehingga siapapun orangnya, kapanpun dan di manapun ia harus selalu siap menghadapinya, hanya dengan hati yang bersihlah kita bisa selamat ketika menghadap Allah yang artinya:
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. As Syu'araa :89)
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman :34)
Imran Rosyadi L.c.
Mereka yang kondisi hatinya baik dan bersih, tampak ketenangan dalam sikapnya, sebaliknya mereka yang kondisi hatinya sedang tak menentu atau sedang terjangkiti suatu penyakit, maka ia cenderung berprilaku yang tidak baik dan tak ada ketenangan dalam sikapnya, barangkali inilah yang pernah disabdakan oleh Rasulullah e dalam sebuah haditsnya yang berbunyi :
" Sesungguhnya dalam jasad manusia itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik, maka baik pulalah seluruh anggota tubuhnya, dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh jasadnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati " ( Muttafaqun 'Alaihi).
Hati adalah sumber kejujuran bagi pemiliknya, ia tidak akan pernah dusta, meski lidah berucap beribu kali kebohongan tetapi hati akan selalu mengatakan kebenaran pada dirinya. Hati yang bersih bisa mengalahkan sifat yang buruk seperti sifat ego yang ada dalam diri seseorang, ia tidak akan bicara ngelantur dan tanpa pertimbangan sehingga meresahkan orang lain, ucapan atau statemen yang keluar dari hati yang bersih selalu diawali oleh pertimbangan yang matang, sehingga hasilnya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, ia akan lebih mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongannya. Sebaliknya, hati yang kotorlah yang senantiasa dipenuhi oleh ambisi dan hawa nafsu.
Sebagai sebuah karunia yang besar yang diberikan Allah kepada hamba-NYA, maka kita haruslah menggunakannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Sang Penciptanya. Tugas pokok dari hati dan akal yang merupakan kelebihan manusia dari makhluq lainnya adalah untuk memahami ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauni atau yang ada di alam sekitar kita ataupun ayat-ayat yang tertulis dalam Al Qur'an, karena kalau kita tidak pandai-pandai menggunakannya untuk itu, maka posisi kita akan menjadi lebih rendah ( hina ) dari binatang sekalipun, firman Allah I :
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi nereka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergukan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. ( QS. Al A'raaf :179 ).
Pantaskah kita lalai akan perintah Allah setelah kita mendapatkan karunia yang begitu besar dari-NYA, mari kita buka hati kita untuk senantiasa mentadabburi (merenungkan ) ayat-ayat Allah, jangan biarkan hati kita tersumbat, sehingga sulit lagi untuk memahami ayat-ayat-NYA:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci" ( QS. Muhammad :24 ).
Bila hati kita sudah tertutup untuk menerima kebenaran, maka itu merupakan musibah yang sangat besar, ia akan melihat sesuatu bukan lagi atas dasar kebenarannya tetapi ia akan melihatnya atas dasar hawa nafsunya, sehingga fanatisme buta dan sikap berlebihanlah yang muncul, ia tidak akan melihat orang karena kebenarannya, tetapi ia akan melihat kebenaran itu karena orangnya, bila orang yang ia kagumi dan ia idolakan melakukan sebuah kesalahan, maka di matanya itu adalah sebuah kebenaran, ataupun kalau sudah jelas salahnya, maka ia akan berusaha mencari alasan untuk membenarkan orang yang diidolakannya. Inilah bencana besar yang sedang melanda sebagian besar ummat, bila hal tersebut terus berlangsung, maka lama kelamaan hatinya akan mengeras dikarenakan tidak adanya cahaya kebenaran yang menembus ke dalamnya.
Firman Allah I yang artinya:
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yangmeluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 2:74)
Orang yang tidak punya mata ( penglihatan), tetapi hatinya bersih jauh lebih baik di sisi Allah dari pada orang yang diberi penglihatan normal akan tetapi kondisi hatinya buta, bagaimana pula jika kedua-duanya buta ?, dan seperti itulah yang akan terjadi di akhirat kelak, orang yang hatinya buta di dunia, akan dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan buta mata, sebagaimana firman-NYA yang artinya : "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta, Berkatalah ia :"Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat, Allah berfirman :"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu( pula) pada hari inipun kamu dilupakan". (QS. Thohaa :126)
Hati yang telah mengeras tidak akan lagi merasakan getaran-getaran keimanan yang dihantarkan lewat lantunan ayat-ayat Al Qur'an, ia tidak peduli lagi dengan kebesaran dan keagungan Allah dalam ciptaan-NYA, cahaya iman tidak lagi mampu menembus hati yang diselimuti oleh pekatnya noda dan dosa, oleh karena itu sebelum hati kita mengalami kondisi seperti itu, mari kita berupaya untuk senantiasa membersihkan hati kita dari penyakit-penyakitnya seperti : iri, dengki, sombong dan lain sebagainya, kita latih ia agar senantiasa berinteraksi dengan ayat-ayat Allah, sehingga selalu merasa dekat dengan-NYA. Diantara salah satu cara untuk membuat hati kita lembut dan selalu dekat dengan Allah adalah dengan memperbanyak dzikir dan mengingat kematian, karena dengan itu kita akan senantiasa berupaya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian. Allah berfirman yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al Hasyr :18)
Rasulullah e dalam sabdanya mengingatkan kita akan hal tersebut :
" Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan kenikmatan hidup ( Kematian ) karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya dikala sempit kecuali Allah lapangkan hidupnya, dan tidaklah seseorang mengingatnya dikala lapang kecuali ia akan merasa sempit " ( HR. Bukhari )
Kematian adalah sesuatu yang pasti dengan waktu yang tersamar, sehingga siapapun orangnya, kapanpun dan di manapun ia harus selalu siap menghadapinya, hanya dengan hati yang bersihlah kita bisa selamat ketika menghadap Allah yang artinya:
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. As Syu'araa :89)
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman :34)
Imran Rosyadi L.c.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar