Rabu, 03 November 2010

Tambora Mengguncang Peradaban Manusia

Oleh : Misrahudin *)

Sumbawa, Suara Komunitas - Kebanyakan dari kita lebih mengenal Gunung Krakatau dengan sejarah letusan kolosalnya, padahal jika dibandingkan dengan sejarah Gunung Tambora (2.850 m dpl), energi letusan yang dikeluarkan sebanyak 4 kali lebih besar dari Gunung Krakatau. Kehebatan dampak letusannya kepada Manusia dan lingkungan, Dunia barat bahkan menjulukinya sebagai Pompeii dari Timur dan digolongkan sebagai Gunung Berapi yang mempunyai kekuatan ledakan super (Supervulcano) yang artinya proses letusan gunung berapi ini memuntahkan isi perutnya lebih dari 1.000 kubik kilometer atau 240 mil kubik.

Gunung Tambora yang saat itu berbentuk stratovulcano, gunung yang berbentuk runcing pada ujungnya sebagaimana penggambaran awam kita tentang sebuah gunung. Meletus pada tahun 1815 dengan kekuatan peringkat ke tujuh menurut Volcanic Explosivity Index, dan termasuk sebagai ukuran letusan gunung berapi terbesar sepanjang sejarah. Penggambaran kehebatan letusan Tambora 1815 bahwa suara ledakannya terdengar hingga di Pulau Sumatera (lebih dari 2.000 km jauhnya). Abu Vulkanik yang keluar dari gunung diamati juga jatuh di Kalimantan, Jawa, Maluku dan Sulawesi. Korban yang tewas setidaknya terhitung sekitar 71.000 jiwa (mungkin catatan yang paling mematikan dalam sejarah letusan), yang langsung tewas karena letusan terhitung berkisar 11.000 - 12.000 jiwa, dan selebihnya tewas karena dampak lanjutan dari letusan gunung mulai dari wabah penyakit, kelaparan karena kegagalan panen dan dampak perubahan iklim global yang disebabkan oleh letusan gunung Tambora.

Ponpeii adalah kota modern pada masa kejayaan kekaisaran Romawi, dekat napoli di wilayah Italia. Pompeii hancur dan benar-benar terkubur karena sekian lama dan panjangnya dampak letusan dari gunung berapi Vesuvius yang terjadi pada 79 M. Runtuhnya gunung tersebut sehingga mengubur Pompeii dibawah 60 kaki dengan abu dan batu apung. Letusan yang berlangsung selama 19 jam dan mengeluarkan sekitar 1 kubik mil (4 kubik kilometer) abu dan batu sehingga juga mengakibatkan kerusakan yang berarti kota tetangganya, Herculaneum. Korban jiwa dari bencana ini diperhitungkan antara 10.000-25.000 jiwa.

Pada masa tersebut, masyarakat Romawi sudah sangat terbiasa dengan getaran-getaran kecil pada buminya. Pada tulisan sejarah yang ditemukan, menjelaskan bahwa "mereka tidak cukup kuatir dengan situasi ini karena cukup sering terjadi di daerahnya". Tujuh belas tahun sebelum letusan Venusius terjadi, Pompeii dan kota terdekat lainnya sudah merasakan gempa tektonik yang cukup kuat yang terjadi pada 5 Februari 92 yang dampaknya juga menyebabkan kerusakan yang cukup luas, khususnya di sekitar daerah teluk Naples.

Setelah bermula dengan gempa kecil pada 20 Agustus 79, mulai sore hari pada 24 Agustus yang secara kebetulan bertepatan dengan festival Vulcanalia - upacara rakyat terkait dengan Dewa Api Romawi, sebuah bencana yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi baru memulai, dan berdampak menghancurkan wilayah Pompeii serta kota disekitarnya.

Catatan sejarah yang ditemukan dalam bentuk dua surat yang ditulis oleh saksi mata Plinius muda, yang menggambarkan secara rinci proses meletusnya gunung dan dampak yang diakibatkan, termasuk juga menceritakan kematian pamannya yang mencoba melakukan evakuasi korban dengan menggunakan kapalnya.

Letusan yang Bersejarah
Sebelum mengalami letusan puncak gunung Tambora mencapai 4.300 m dpl, ketinggian ini berarti gunung tersebut menempati daftar gunung tertinggi di Indonesia pada masanya. Beberapa abad sebelum letusan.

*) Penulis adalah Mahasiswa STIKES Hamzar Lotim, yang dikirim melalui email untuk ditampilkan di Suara Komunitas.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar