Lombok Utara - Wakil Gubernur provinsi Nusa Tenggara Barat, Drs. H. Badrul Munir, MM, 12/10, kemarin, membuka secera resmi pestival Rinjani II di Desa Senaru Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.
Pestival Rinjani II kali ini dirangkaikan dengan kegiatan sangkep nasional oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) bekerjasama dengan lembaga Santiri dan Samdana. Acara ini, selain dihadiri oleh pengurus AMAN wilayah se Indonesia, juga tampak hadir ketua Bapeda, Kadis Kehutanan, Kadis Pariwisata NTB, serta beberapa dinas SKPD Lombok Utara dan undangan lainnya.
Wakil Gubernur dalam sambutannya, memberikan apresiasi dan dukungan atas terselenggaranya pestival Rinjani II. Menurutnya, pemerintah provinsi saat ini sedang menggalakkan program pembangunan pariwisata yang berbsis pada lingkungan dan kearifan lokal yang secara sederhana disebut konsep pariwisata spiritual.
“Kegiatan ini tidak sema-mata kita melihat prespektif kepariwisataan, tetapi lebih penting dari itu, bahwa pestival Rinjani merupakan bagian dari integral dari proses pembangunan berkelanjutan”, jelasnya.
Dalam rangka pembangunan kepariwisataan yang berdimensi spiritual itu, lanjut wagub, khususnya pada kearifan dan sumber daya lokal , maka salah satu kegiatan utama yang diharapkan dan bisa memayungi kegiatan-kegioatan lainnya, di Lombok dikemas kegiatan pestival Rinjani. Sementara di Gunung Tambora pulau Sumbawa dikenal dengan nama perstival ‘leke’ yang kedepan akan dijadikan sebagai pertival Tambora..
Dan semuanya itu akan dikembangkan menjadi kearifan lokal yang memberi nilai-nilai bagaimana kita memelihara alam. “Semua aktivitas itu menjadi komitmen pemerintah provinsi dan perlu mendapat penganggaran. Dan ini akan dituangkan dalam Keputusan Gubernur dan menjadi even yang tetap, sehingga pada tahun 2011 mendatang, kepala Bapeda melalui Dinas Pariwisata dan dinas terkait lainnya harus menuangkan dalam bentuk program dan penganggaran yang secara nyata ada didalam APBD provinsi NTB”, tegasnya.
Lebih lanjut Badrul Munir menegaskan, bahwa Rinjani adalah sumber penghidupan masyarakat Pulau Lombok. Dan Rinjani tidak berdiri sendiri tapi memiliki hubungan dengan Gunung Agung di Bali dan gunung Tambora di Pulau Sumbawa. “Jadi kerusakan Rinjani akan dirasakan juga oleh masyarakat yang tinggal di Pulau Sumbawa maupun di Pulau Bali”, jelasnya.
Karenanya Badrul Munir, tetap optimis bahwa pestifal Rinajni tidak akan gagal, karena tidak saja menjadi aicon daerah, tapi vestipal Rinjani ini adalah menjadi milik nasional, dan pada akhirnya akan menjadi aicon dunia. “Saya yakin ini tidak akan gagal, karena didukung oleh komunitas adat”, tegasnya.
Sementara salah seorang pengurus AMAN pusat, Kamardi, SH dalam kesempatan tersebut mengatakan persoalan global sekarang ini sudah tidak bisa dihindari seperti perubahan iklim yang begitu dahsyat membawa bencana dimana-mana, namun disisi lain masyarakat adat sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak perubahan iklim ini.
Menyoroti tentang kawasan Rinjani sebagai kawasan taman nasional dan pusat spritual, menurut Kamardi, tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat yang tinggal di Pulau Lombok akan terkena dampak dari pemanasan global dan pemanasan dunia yang merangsek di seluruh penjuru dunia.
Pestival Rinjani II, mengusung visi untuk menguatkan kedaulatan dan kemandirian masyaraat adat di kawasan Rinjani dalam mengelola sumber daya alam terutama dalam merespon perubahan iklim. “Masyarakat adat di Bayan juga telah melakukan miditasi dan adaptasi tentang perubahan iklim, bahklan masyarakat adat desa Karang Bajo telah melakukan pemetaan”, jelasnya.
“Tujuan yang ingin dicapai dalam pestival Rinjani II adalah melakukan sinergi akan gerakan lokal dan global untuk meningkatkan daya guna kemandirian budaya lokal”, imbuhnya.
Ketua PD AMAN Lombok Utara, Husnul Munadi yang dihubungi secara terpisah mengatakan, salah satu tujuan pertemuan dan pestival Rinjani ini, adalah konsolidasi pertemuan Asia Pasifik, kamudian bagaimana merumuskan upaya miditasi dan perubahan masyarakat adat sekaligus pembahasan mekanisme miditasi tata ruang.
“Selain acara tersebut, kita juga akan mengadakan acara sangkep segara (pertemuan membahas kelautan-red) yang leading sektor pelaksananya adalah lembaga nelayan Lombok Utara dan sangkep “paer” untuk mempertajam hasil diskusi sangkep paer pada tahun 2009 lalu, terutama tentang konsep paer dan tata ruang. Namun initi utamanya adalah upaya miditasi dan adaptasi yang paling penting”, tuturnya.
Acara pembukaan Pestival Rinjani II ini diisi dengan kesenian tradisional yaitu gegeruk tandak yang dimainkan oleh para siswa-siswi SMAN I Bayan dan Cupak Gurantang serta dilanjutkan dengan penanaman bibit kayu oleh wakil gubernur NTB di hutan Sinjang Borot Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan.
Wakil Gubernur dalam sambutannya, memberikan apresiasi dan dukungan atas terselenggaranya pestival Rinjani II. Menurutnya, pemerintah provinsi saat ini sedang menggalakkan program pembangunan pariwisata yang berbsis pada lingkungan dan kearifan lokal yang secara sederhana disebut konsep pariwisata spiritual.
“Kegiatan ini tidak sema-mata kita melihat prespektif kepariwisataan, tetapi lebih penting dari itu, bahwa pestival Rinjani merupakan bagian dari integral dari proses pembangunan berkelanjutan”, jelasnya.
Dalam rangka pembangunan kepariwisataan yang berdimensi spiritual itu, lanjut wagub, khususnya pada kearifan dan sumber daya lokal , maka salah satu kegiatan utama yang diharapkan dan bisa memayungi kegiatan-kegioatan lainnya, di Lombok dikemas kegiatan pestival Rinjani. Sementara di Gunung Tambora pulau Sumbawa dikenal dengan nama perstival ‘leke’ yang kedepan akan dijadikan sebagai pertival Tambora..
Dan semuanya itu akan dikembangkan menjadi kearifan lokal yang memberi nilai-nilai bagaimana kita memelihara alam. “Semua aktivitas itu menjadi komitmen pemerintah provinsi dan perlu mendapat penganggaran. Dan ini akan dituangkan dalam Keputusan Gubernur dan menjadi even yang tetap, sehingga pada tahun 2011 mendatang, kepala Bapeda melalui Dinas Pariwisata dan dinas terkait lainnya harus menuangkan dalam bentuk program dan penganggaran yang secara nyata ada didalam APBD provinsi NTB”, tegasnya.
Lebih lanjut Badrul Munir menegaskan, bahwa Rinjani adalah sumber penghidupan masyarakat Pulau Lombok. Dan Rinjani tidak berdiri sendiri tapi memiliki hubungan dengan Gunung Agung di Bali dan gunung Tambora di Pulau Sumbawa. “Jadi kerusakan Rinjani akan dirasakan juga oleh masyarakat yang tinggal di Pulau Sumbawa maupun di Pulau Bali”, jelasnya.
Karenanya Badrul Munir, tetap optimis bahwa pestifal Rinajni tidak akan gagal, karena tidak saja menjadi aicon daerah, tapi vestipal Rinjani ini adalah menjadi milik nasional, dan pada akhirnya akan menjadi aicon dunia. “Saya yakin ini tidak akan gagal, karena didukung oleh komunitas adat”, tegasnya.
Sementara salah seorang pengurus AMAN pusat, Kamardi, SH dalam kesempatan tersebut mengatakan persoalan global sekarang ini sudah tidak bisa dihindari seperti perubahan iklim yang begitu dahsyat membawa bencana dimana-mana, namun disisi lain masyarakat adat sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak perubahan iklim ini.
Menyoroti tentang kawasan Rinjani sebagai kawasan taman nasional dan pusat spritual, menurut Kamardi, tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat yang tinggal di Pulau Lombok akan terkena dampak dari pemanasan global dan pemanasan dunia yang merangsek di seluruh penjuru dunia.
Pestival Rinjani II, mengusung visi untuk menguatkan kedaulatan dan kemandirian masyaraat adat di kawasan Rinjani dalam mengelola sumber daya alam terutama dalam merespon perubahan iklim. “Masyarakat adat di Bayan juga telah melakukan miditasi dan adaptasi tentang perubahan iklim, bahklan masyarakat adat desa Karang Bajo telah melakukan pemetaan”, jelasnya.
“Tujuan yang ingin dicapai dalam pestival Rinjani II adalah melakukan sinergi akan gerakan lokal dan global untuk meningkatkan daya guna kemandirian budaya lokal”, imbuhnya.
Ketua PD AMAN Lombok Utara, Husnul Munadi yang dihubungi secara terpisah mengatakan, salah satu tujuan pertemuan dan pestival Rinjani ini, adalah konsolidasi pertemuan Asia Pasifik, kamudian bagaimana merumuskan upaya miditasi dan perubahan masyarakat adat sekaligus pembahasan mekanisme miditasi tata ruang.
“Selain acara tersebut, kita juga akan mengadakan acara sangkep segara (pertemuan membahas kelautan-red) yang leading sektor pelaksananya adalah lembaga nelayan Lombok Utara dan sangkep “paer” untuk mempertajam hasil diskusi sangkep paer pada tahun 2009 lalu, terutama tentang konsep paer dan tata ruang. Namun initi utamanya adalah upaya miditasi dan adaptasi yang paling penting”, tuturnya.
Acara pembukaan Pestival Rinjani II ini diisi dengan kesenian tradisional yaitu gegeruk tandak yang dimainkan oleh para siswa-siswi SMAN I Bayan dan Cupak Gurantang serta dilanjutkan dengan penanaman bibit kayu oleh wakil gubernur NTB di hutan Sinjang Borot Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar