Tanjung(Suara NTB)
Jembatan yang roboh di Nangka Lombok, desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, hingga kini sangat menganggu arus transportasi masyarakat di tempat itu. Masyaraklat di sana minta kepada pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) memperbaiki jembatan itu guna memperlancar arus transportasi masyarakat.
Keterangan yang diperoleh, Jumat (1/10) kemarin menjelaskan sejak jembatan itu roboh akibat banjir baru-baru ini jalur kendaran dari Dusun Dasan Tereng, Dasan Belaq dan Dusun Teringgong terpaksa dialihkan lewat jalur Dusun Gumantar sejauh 1,5 km. Sebab, jembatan sepanjang 7 meter lebar 4,5 neter itu roboh tak bisa dilalui kendaraan roda empat.
Kades Gumantar, Mahit ,menerangkan dengan robohnya jembatan Nangka Lombok, arus kendaraan roda empat terganggu sehinggga banyak komoditi perkebunan tak bisa diangkut melalui jembatan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat Desa Gumantar pada 2008 itu. Di tiga dusun itu kaya dengan komoditi mete, kelapa, pisang dan bambu yang dijadikan kerajinan meubelair.
‘’Dengan rusaknya jembatan itu, sekitar 356 KK atau 1736 jiwa aksesnya terganggu melalui jembatan itu. Jembatan yang roboh ini sudah kita laporkan ke Dinas PU agar diperbaiki,’’kata Mahit di kantor Desa Gumantar.
Robohnya jembatan itu diduga kuat karena air yang deras mengalir di kali Nangka Lombok, mengingat ada empat air sungai yang mengalir ke kali Nangka Lombok. Selain jembatan, sebuah cekdam yang mengairi lahan sawah seluas 10 ha juga rusak tergerus air bah akibat banjir di kali Nangka Lombok. Sebagai penggantinya, jelas Mahit, Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan KLU akan membangun cekdam yang lokasinya berada di selatan bekas cekdam yang rusak.
Cekdam yang baru nanti mampu mengairi lahan sekitar 300 ha yang ada di Amor-amor. Rencana pengerjaan cekdam secepatnya dilaksanakan, setelah menerima informasi dari Dinas KPPK KLU. Keinginan memperbaiki jembatan yang roboh itu semata-mata untuk memperlancar arus transportasi barang, khususnya komoditi hasil perkebunan di Gumantar. Demikian halnya dengan produksi pisang di desa ini, setiap hari diangkut dengan kendaraan truk ke Mataram, Lombok Tengah (Loteng) dan Bali.
Hasil bambu di desa ini, kata Mahit cukup banyak dijadikan kerajinan meubelair yang dipasarkan di Mataram. Namun, untuk sementara ini di Gumantar memang belum ada sentra kerajinan bambu mengingat masih terbatasnya tenaga perajin. (051)
Keterangan yang diperoleh, Jumat (1/10) kemarin menjelaskan sejak jembatan itu roboh akibat banjir baru-baru ini jalur kendaran dari Dusun Dasan Tereng, Dasan Belaq dan Dusun Teringgong terpaksa dialihkan lewat jalur Dusun Gumantar sejauh 1,5 km. Sebab, jembatan sepanjang 7 meter lebar 4,5 neter itu roboh tak bisa dilalui kendaraan roda empat.
Kades Gumantar, Mahit ,menerangkan dengan robohnya jembatan Nangka Lombok, arus kendaraan roda empat terganggu sehinggga banyak komoditi perkebunan tak bisa diangkut melalui jembatan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat Desa Gumantar pada 2008 itu. Di tiga dusun itu kaya dengan komoditi mete, kelapa, pisang dan bambu yang dijadikan kerajinan meubelair.
‘’Dengan rusaknya jembatan itu, sekitar 356 KK atau 1736 jiwa aksesnya terganggu melalui jembatan itu. Jembatan yang roboh ini sudah kita laporkan ke Dinas PU agar diperbaiki,’’kata Mahit di kantor Desa Gumantar.
Robohnya jembatan itu diduga kuat karena air yang deras mengalir di kali Nangka Lombok, mengingat ada empat air sungai yang mengalir ke kali Nangka Lombok. Selain jembatan, sebuah cekdam yang mengairi lahan sawah seluas 10 ha juga rusak tergerus air bah akibat banjir di kali Nangka Lombok. Sebagai penggantinya, jelas Mahit, Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan KLU akan membangun cekdam yang lokasinya berada di selatan bekas cekdam yang rusak.
Cekdam yang baru nanti mampu mengairi lahan sekitar 300 ha yang ada di Amor-amor. Rencana pengerjaan cekdam secepatnya dilaksanakan, setelah menerima informasi dari Dinas KPPK KLU. Keinginan memperbaiki jembatan yang roboh itu semata-mata untuk memperlancar arus transportasi barang, khususnya komoditi hasil perkebunan di Gumantar. Demikian halnya dengan produksi pisang di desa ini, setiap hari diangkut dengan kendaraan truk ke Mataram, Lombok Tengah (Loteng) dan Bali.
Hasil bambu di desa ini, kata Mahit cukup banyak dijadikan kerajinan meubelair yang dipasarkan di Mataram. Namun, untuk sementara ini di Gumantar memang belum ada sentra kerajinan bambu mengingat masih terbatasnya tenaga perajin. (051)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar