Lombok Utara - Salah satu terobosan baru yang dilakukan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, untuk meningkatkan kedesiplinan siswa dan guru adalah melalui pendidikan karakter.
“Sekolah boleh jauh dari pusat kota provinsi atau kabupaten, tapi harus mampu bersaing dengan sekolah yang sudah maju. Dan sebagai terobosan baru, SMAN 1 Bayan, sejak satu bulan lalu telah melakukan peningkatan kedisiplinan yang bukan saja ditujukan untuk siswa, tapi juga untuk semua guru dan karyawan melalui pendidikan karakter”, tutur Budi Wicaksono, Spd, salah seorang wakil kepala sekolah, ketika ditemui di ruang kerjanya 26/10.
Yang melatar belakangi pendidikan karakter ini mengingat masih adanya siswa di SMAN 1 Bayan yang kadang-kadang terlambat masuk sekolah. Dan untuk mengaktifkannya, pihak sekolah melakukan pendidikan karakter dengan memamfaatkan waktu sebaik-baiknya, yakni semua siswa yang berjumlah 590 orang dan guru harus masuk jam 07.15 wita.
“Sebelum masuk kelas semua siswa dan guru duduk bersama di halaman sekolah untuk membaca Asma’ul Husna dan dilanjutkan dengan ceramah agama selama 3 menit. Dan pada jam 07.30 siswa sudah siap belajar di dalam kelas”, jelas Budi, guru yang ramah ini.
Lalu bagaimana dengan yang terlambat? Menjawab pertanyaan ini, Budi Wicaksono yang didampingi Rasid Ridha mengakui, bahwa pada pukul 07.15, pintu gerbang sekolah ditutup. “Dan bagi yang terlambat datang entah itu guru atau siswa, maka dia harus berdiri di depan pintu sebagai sanksi sosial. Pintu gerbang baru dibuka kembali, setelah selesai pembacaan Asmaul Husna dan ceramah agama atau tepatnya jam 07.30 wita”, katanya.
Kegiatan pendidikan Karakter, lanjut Rasid, cukup bermamfaat baik bagi guru maupun siswa. Karena yang semula masih ada yang suka datang terlambat dengan berbagai kendala, kini sudah berubah, bahkan ada siswa yang datang sebelum jam 07.00 pagi. “Ini menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan karakter mampu meningkatkan kedisiplinan atau masuk tepat waktu dan perlu dipertahankan, sehingga kedepan, SMAN 1 Bayan bukan saja unggul dalam budaya tapi juga disiplin waktu”, ujar Rasid.
Pendidikan karakter, selain bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan juga sebagai wahana peningkatan iman dan taqwa (imtaq). “Kegiatannya dilakukan setiap hari kecuali hari senin yang diisi dengan upacara bendera, dan ini juga berlaku pada ujian semester. Dan bagi siswa yang barangkali belum rapi pakaiannya, sebelum kegiatan pembacaan Asmaul Husna dapat merapikannya seperti memakai dasi dan sepatu hitam”, tambah Budi Wicaksono.
Tugas seperti ini bukan saja dilakukan oleh para guru, tapi juga oleh para satpam (penjaga). “Alhamdulillah, kami kompak semua untuk memajukan SMAN 1 Bayan. Dan perubahannya cukup drastis, sehingga hampir sudah tidak ada lagi guru ataupun siswa yang terlambat masuk, walaupun hanya hukumannya berupa sanksi sosial”, imbuh Budi.
Hal senada juga diakui oleh Bambang, salah seorang guru di SMAN1 Bayan. Menurutnya, peningkatan disiplin ini sesuai dengan salah satu tujuan dari pendidikan yang disusun oleh Tim Pengembangan Kurikulum, seperti keagamaan, kejujuran dan keteladanan, dan ini juga sesuai dengan petunjuk dari Disjen Peningkatan Mutu kementerian pendidikan dan kebudayaan RI.
“Sekolah boleh jauh dari pusat kota provinsi atau kabupaten, tapi harus mampu bersaing dengan sekolah yang sudah maju. Dan sebagai terobosan baru, SMAN 1 Bayan, sejak satu bulan lalu telah melakukan peningkatan kedisiplinan yang bukan saja ditujukan untuk siswa, tapi juga untuk semua guru dan karyawan melalui pendidikan karakter”, tutur Budi Wicaksono, Spd, salah seorang wakil kepala sekolah, ketika ditemui di ruang kerjanya 26/10.
Yang melatar belakangi pendidikan karakter ini mengingat masih adanya siswa di SMAN 1 Bayan yang kadang-kadang terlambat masuk sekolah. Dan untuk mengaktifkannya, pihak sekolah melakukan pendidikan karakter dengan memamfaatkan waktu sebaik-baiknya, yakni semua siswa yang berjumlah 590 orang dan guru harus masuk jam 07.15 wita.
“Sebelum masuk kelas semua siswa dan guru duduk bersama di halaman sekolah untuk membaca Asma’ul Husna dan dilanjutkan dengan ceramah agama selama 3 menit. Dan pada jam 07.30 siswa sudah siap belajar di dalam kelas”, jelas Budi, guru yang ramah ini.
Lalu bagaimana dengan yang terlambat? Menjawab pertanyaan ini, Budi Wicaksono yang didampingi Rasid Ridha mengakui, bahwa pada pukul 07.15, pintu gerbang sekolah ditutup. “Dan bagi yang terlambat datang entah itu guru atau siswa, maka dia harus berdiri di depan pintu sebagai sanksi sosial. Pintu gerbang baru dibuka kembali, setelah selesai pembacaan Asmaul Husna dan ceramah agama atau tepatnya jam 07.30 wita”, katanya.
Kegiatan pendidikan Karakter, lanjut Rasid, cukup bermamfaat baik bagi guru maupun siswa. Karena yang semula masih ada yang suka datang terlambat dengan berbagai kendala, kini sudah berubah, bahkan ada siswa yang datang sebelum jam 07.00 pagi. “Ini menunjukkan bahwa kegiatan pendidikan karakter mampu meningkatkan kedisiplinan atau masuk tepat waktu dan perlu dipertahankan, sehingga kedepan, SMAN 1 Bayan bukan saja unggul dalam budaya tapi juga disiplin waktu”, ujar Rasid.
Pendidikan karakter, selain bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan juga sebagai wahana peningkatan iman dan taqwa (imtaq). “Kegiatannya dilakukan setiap hari kecuali hari senin yang diisi dengan upacara bendera, dan ini juga berlaku pada ujian semester. Dan bagi siswa yang barangkali belum rapi pakaiannya, sebelum kegiatan pembacaan Asmaul Husna dapat merapikannya seperti memakai dasi dan sepatu hitam”, tambah Budi Wicaksono.
Tugas seperti ini bukan saja dilakukan oleh para guru, tapi juga oleh para satpam (penjaga). “Alhamdulillah, kami kompak semua untuk memajukan SMAN 1 Bayan. Dan perubahannya cukup drastis, sehingga hampir sudah tidak ada lagi guru ataupun siswa yang terlambat masuk, walaupun hanya hukumannya berupa sanksi sosial”, imbuh Budi.
Hal senada juga diakui oleh Bambang, salah seorang guru di SMAN1 Bayan. Menurutnya, peningkatan disiplin ini sesuai dengan salah satu tujuan dari pendidikan yang disusun oleh Tim Pengembangan Kurikulum, seperti keagamaan, kejujuran dan keteladanan, dan ini juga sesuai dengan petunjuk dari Disjen Peningkatan Mutu kementerian pendidikan dan kebudayaan RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar