Selasa, 05 Oktober 2010

Jalan Belum di Aspal Butuh Perhatian

Wawancara Khusus: Setelah menulusuri jalan yang terjal dan belum diaspal serta membutuhkan exstra hati-hati bagi setiap pengendara sepeda motor, akhirnya repoter Primadona (M. Syairi) tiba juga di Dasan Pawang Tenun Dusun Batu Jingkiran Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.

Kedatangan Reporter Primadona disambut oleh beberapa tokoh masyarakat, yang salah satunya adalah Raden Mas’ud (55), yang memiliki hektaran kebun kakau atau coklat. Dan pada tahun 2000 lalu, dusun ini pernah mengangkat nama Desa Akar-Akar dengan hasil fanilinya.

Dusun yang dikelilingi dengan kebun warga ini, berada jauh dari pusat kota desa Akar-Akar maupun kota kecamatan Bayan. Sementara jalan yang sempit dan berdebu membuat hasil panen petani harganya menurun.

Berikut wawancara khusus Primadona (P) dengan R. Mas’ud (RM) yang dilakukan di kediamannya 4/10 kemarin.

P : Apa saja hasil unggulan Dusun Pawang Tenun?

RM: Pada tahun 2000 lalu, dusun ini pernah mengangkat Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan dengan hasil fanili, sehingga kita bisa membangun jalan dan jembatan dengan swadaya masyarakat. Kemudian menyusul lagi kakau (coklat), kopi dan mangga, dan itu termasuk hasil unggulan disini (Pawang Tenun-red). Kalau kita bicara tentang hasil cukup lumayan, sehingga masalah jalan, jembatan, tidak pernah kita namanya dapat bantuan, sehingga pembangunan beberapa ruas jalan kita bangun dengan swadaya, dan saya bersama beberapa tokoh disini yang menggerakkannya.

P: Dengan jauhnya jangkauan dan tidak lancarnya sarana transfortasi ini, apakah tidak membuat harga hasil petani menurun?

RM: Tentu sangat menurun, karena para pembeli menghitung ongkos pengangkutan. Karenanya kami harapkan kepada pemerintah supaya memperhatikan masalah jalan. Karena kalau kita lihat di dusun ini, satu-satunya sumber pendapatan khususnya untuk desa Akar-Akar yang hasilnya cukup lumayanlah terutama hasil pertanian dan perkebunannya.

P: Ada berapa jumlah penduduk di Dasan Pawang Tenun?

RM: Jumlah penduduknya kalau kita lihat dari KK sebanyak 210, tapi kalau dihitung jiwanya cukup banyak, sehingga pada setiap Pemilu, dusun ini dijadikan dua Tempat Pemungutan Suara (TPS)

P: Apakah semua ruas jalannya dari pertigaan Embar-Embar Desa Akar-Akar itu belum di aspal?
 
RM: Belum itu semuanya, dan saya melihat jalan menuju tempat ini masih morat-marit dan banyak jurang dan belum mendapat perhatian sama sekali dari pemerintah. Mungkin karena di sini dianggap dusun yang sangat terpencil, sehingga ketika datang bapak wakil bupati Lombok Utara (H. Najmul Akhyar,SH.MH-pen) itulah yang kita usulkan dan kami angkat, supaya dusun yang jauh dai pusat kota ini tidak lagi menjadi dusun terpencil selamanya. Dan kami minta akses jalannya diperhatikan, karena dengan kondisi jalan yang rusak membuat hasil petani sangat menurun.

P: Bagaimana dengan rata-rata penghasilan masyarakat?


RM: Kalau dihitung penghasilan masyarakat, cukuplah untuk kesehariannya, bila didukung dengan prasarana jalan memadai. Tapi dengan keadaan seperti sekarang ini jalannya rusak disana-sini yang akibatnya harga jual menurun, akhirnya kita tetap serba kekurangan. Padahal kalau kita lihat luasnya dusun Batu Jingkiran dan Pawang Tenun ini 4 kilo meter persegi.

P: Contoh harga hasil petani yang menurun itu seperti apa?

RM: Ya, kita ambil saja satu contoh seperti kakau, kalau dipasaran harganya mencapai Rp. 30000/kg. Tapi kalau beli disini harganya hanya berkisar 15000-17000 per kilonya. Kalau seperti ini kan beda harganya cukup jauh dan ini disebabkan ongkos angkutnya yang mahal.

P: Apa harapan anda terhadap pemerintah?

RM: Sebagai masyarakat kecil tentu sangat mengharapkan perbaikan jalan dan jembatan yang sudah kami awali pembangunannya dengan swadaya ini. Jalannya sudah jadi, tinggal pengaspalannya saja. Saya yakin bila jalan ini sudah bagus tentu harga barangpun akan meningkat. Selain itu yang perlu juga mendapat perhatian dari bapak-bapak kita diatas masalah penerangan listrik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar