Lombok Utara - Wakil Bupati Lombok Utara, H. Najmul Akhyar, SH.MH, meminta kepada masyarakat untuk tidak melihat pemerintah hanya dari sisi substansi, namun harus dilihat bagaimana mereka memegang amanah dikantor tempat ditugaskan.
Hal tersebut dikatakan pada acara silaturrahmi dan sosialisasi program seratus hari kerja yang berlangsung di aula kantor camat Bayan (23/9), setelah dilantik pada awal Agustus lalu.
Menurut wakil bupati yang juga salah satu pimpinan pondok pesantren di Lombok Utara ini, jangan terlalu bangga dengan istilah ‘pejabat’, karena istilah ini akan berorientasi kepada kekuasaan. “Tapi bila kita menyebut sebagai pemegang amanah, tentu orientasinya pada pelayanan terhadap masyarakat”, jelasnya seraya mengutip sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya: “pemimpin itu adalah pelayan bagi orang yang dipimpin”
Bila sabda Nabi Saw. Ini dapat diterjemahkan dalam menjalankan roda pemerintahan, maka terjadi tidak ada lagi jarak antara masyarakat dengan si pemegang amanah. Jangan sampai setelah menjadi pemimpin justru semakin jauh dengan masyarakat”, tegasnya didepan ratusan tokoh masyarakat se kecamatan Bayan.
Lebih jauh wakil Bupati yang juga mantan anggota DPRD Lombok Barat ini mengatakan, Lombok Utara, sekarang ini tidak lagi pada masa transisi, namun kita sudah berada pada ranah tugas yang sesungguhnya. Karenanya sipapun yang diberi amanah paling tidak memegang PIN (percepatan, inovasi dan nilai tambah) dalam setiap aktifitas pembangunan KLU kedepan.
Percepatan artinya apa yang bisa dilakukan hari ini, maka harus diselesaikan hari ini juga, jangan sampai menunggu hari esok. “Karena tidak mungkin percepatan pembangunan itu akan selesai jika kita tidak menghargai waktu yang tersedia”, tegasnya.
Sementara Inovasi sendiri berarti tidak hanyut dalam rutinitas kantor saja, maksudnya jangan sampai bekerja hanya menunggu perintah dari atasan, karena inovasi itu sendiri akan membuat kita kaya dengan ide. Dan dengan ide-ide yang muncul itu paling tidak akan mendatangkan nilai tambah.
“Dan apabila PIN ini dapat kita jalankan maka akselarasi percepatan pembangunan di KLU akan bisa berjalan dengan baik”, imbuhnya.
Menurut wakil bupati yang juga salah satu pimpinan pondok pesantren di Lombok Utara ini, jangan terlalu bangga dengan istilah ‘pejabat’, karena istilah ini akan berorientasi kepada kekuasaan. “Tapi bila kita menyebut sebagai pemegang amanah, tentu orientasinya pada pelayanan terhadap masyarakat”, jelasnya seraya mengutip sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya: “pemimpin itu adalah pelayan bagi orang yang dipimpin”
Bila sabda Nabi Saw. Ini dapat diterjemahkan dalam menjalankan roda pemerintahan, maka terjadi tidak ada lagi jarak antara masyarakat dengan si pemegang amanah. Jangan sampai setelah menjadi pemimpin justru semakin jauh dengan masyarakat”, tegasnya didepan ratusan tokoh masyarakat se kecamatan Bayan.
Lebih jauh wakil Bupati yang juga mantan anggota DPRD Lombok Barat ini mengatakan, Lombok Utara, sekarang ini tidak lagi pada masa transisi, namun kita sudah berada pada ranah tugas yang sesungguhnya. Karenanya sipapun yang diberi amanah paling tidak memegang PIN (percepatan, inovasi dan nilai tambah) dalam setiap aktifitas pembangunan KLU kedepan.
Percepatan artinya apa yang bisa dilakukan hari ini, maka harus diselesaikan hari ini juga, jangan sampai menunggu hari esok. “Karena tidak mungkin percepatan pembangunan itu akan selesai jika kita tidak menghargai waktu yang tersedia”, tegasnya.
Sementara Inovasi sendiri berarti tidak hanyut dalam rutinitas kantor saja, maksudnya jangan sampai bekerja hanya menunggu perintah dari atasan, karena inovasi itu sendiri akan membuat kita kaya dengan ide. Dan dengan ide-ide yang muncul itu paling tidak akan mendatangkan nilai tambah.
“Dan apabila PIN ini dapat kita jalankan maka akselarasi percepatan pembangunan di KLU akan bisa berjalan dengan baik”, imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar