Bayan-Primadona: Bambu ternyata bukan saja bisa dibuat jadi kursi, tapi juga dapat dibuat bedeg (pagar). Salah satu dusun yang sebagian warganya membuat bedeg yang terkenal kuat dan tahan lama adalah di Dusun Mandala Desa Bayan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara-NTB.
Para pembuat bedeg di Dusun Mandala ini rata-rata penduduk pendatang yang berasal dari Desa Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Salah satu diantaranya adalah A. Joharni (55) yang mengaku menekuni usaha bedegnya ini sejak masih usia muda.
Melihat prospek usaha bedeg ini cukup bagus di Desa Bayan, maka sejak tahun 1988, A. Joharni pun memboyong keluarganya untuk hijrah ke Desa Bayan Lombok Utara, tepatnya di Dasan Kebon Seler Dusun Mandala.
Di tempat inilah, dia mulai hidup baru yaitu selain sebagai pembuat anyaman bedeg, juga sekaligus sebagai pengusaha dengan mempekerjakan puluhan orang untuk menganyam bambu menjadi bedeg yang hasilnya terkenal kuat dan tahan lama.
Banyak pemakai mengaku, bahwa bedeg buatan A. Joharni ini cukup kuat dan tahan lama walaupun diterpa hujan ataupun panas, lebih-lebih jika yang digunakan sebagai dinding (pagar) rumah, bedeg yang terbuat dari kulit bambu yang dikenal dengan sebutan “pagar made” yang harganya cukup lumayan yakni berkisar Rp. 150.000 per lembar dengan ukuran 2,5 X 1,5 meter. Sementara bedeg kelas II, yaitu campuran antara kulit dan bagian dalamnya dijual dengan harga Rp. 80.000,- per biji. Sedangkan untuk kelas III yang terbuat dari isi dalamnya saja seharga Rp. 35.000 per lembar.
Menurut A. Joharni, keuntungan hasil usahanya ini digunakan untuk membiayai beberapa anaknya yang sekolah. Bahkan dirinya sudah berhasil membeli tanah sawah. “Jadi selain sebagai pembuat dan pengusaha bedeg juga sekaligus sebagai petani” ungkapnya pada pasar Komunitas.
“Untuk dua potong bambu, bisa menjadi satu lembar bedeg yang kelas III. Sedangkan untuk 10 potong bambu dapat dibuat bedeg satu lembar yang kelas I (pagar made). Dan keuntungan bersih dari 10 potong bambu bisa mencapai Rp. 150.000,- Dan untuk membuat 10 lembar bedeg membutuhkan waktu tiga hari”, tambah Amak Joharni yang paruh baya ini.
Menganyam bedeg ternyata bukan saja dikerjakan oleh kaum laki-laki, tapi juga oleh para ibu-ibu rumah tangga dusun setempat, yang katanya untuk membantu suami. Dan kaum ibu ini rata-rata mengambil upah Upah perlembar bedeg Rp. 5.000. “Kalau melulu bedeg ini dikerjakan perhari kami mampu menganyam sampai 5 lembar”, ungkap Miftahul Jannah sambil mengatur bambu yang dianyamnya.
Bedeg yang sudah jadi, dibawa ke beberapa pasar yang ada di Kecamatan Bayan maupun pasar yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Selain itu para pembuat bedeg di Dusun Mandala juga melayani pesanan seperti sekolah, hotel, home stay dan lain-lainnya.
Kendati sudah lama menekuni usaha ini, namun Amak Joharni bersama warga lainnya belum pernah mendapat bantuan modal dari pemerintah. Usahanya ini dimodali sendiri, mulai dengan modal Rp. 10.000 pada tahun 1988 hingga dapat membangun sebuah rumah dan membeli lahan pertanian, tidak pernah mendapat perhatian secara khusus dari pemerintah, baik dari kabupaten apalagi dari propinsi. “Padahal puluhan warga yang sepropesi dengan dirinya masih banyak kekurangan modal usaha untuk membuat bedeg ini”, katanya.
(M.Syairi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar