Kepala Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara (KLU), Atsah Subagio minta kepada pemerintah agar pengaspalan jalan yang menghubungkan antar desa dengan dusun dusun terpepencil dijadikan skala prioritas pembangunan.
“Selama ini pemerintah KLU sering mendengungkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan akan menjadi skala prioritas, namun kenyataannya masih jauh dari harapan. Kita sebuat saja misalnya Desa Akar-Akar, dimana sekitar 30 km lebih jalan kabupaten belum diaspal”, cetus Atsah disela-sela mengikuti pembinaan penguatan kelembagaan desa siaga aktif di Bay Marina Tanjung (22/8/13).
Dikatakan, setiap tahun khususnya di Desa Akar-Akar pengaspalan jalan diprogramkan sepanjang 1,5 km. sementara jalan yang belum diaspal yang menghubungkan antar dusun yang satu dengan dusun lainnya 30 km lebih. “Kalau hanya programnya 1,5 km pertahun maka untuk pengaspalan jalan di Desa Akar-Akar saja akan membutuhkan waktu kurang lebih 20 tahun atau sekitar 4 kali pergantian kepemimpinan di KLU”, katanya.
Padahal, lanjut Atsah, program pemerintah KLU cukup bagus yakni meningkatkan kesehatan dan ekonomi masyarakat dengan cara melakukan perbaikan infrastruktur jalan. “Tapi kalau seperti ini, bagaimana ekonomi dan kesehatan masyarakat meningkat, kalau sarana dan prasarana transfortasi tidak dibangun”, tegasnya.
Apakah poengaspalan semua jalan itu sudah diusulkan? Menjawab pertanyaan tersebut, Atsah tersenyum. “Saya rasa kepala desa sebelum saya juga sudah mengusulkan pengaspalan ini, hanya saja tampaknya belum mendapat respon dari pemerintah. Dan saya terus terang, selama ini bantuan yang masuk di desa Akar-Akar lebih banyak dari bantuan pusat, seperti sarana perpipaan air bersih, listrik dan bantuan lainnya”, jawab Atsah.
Rusaknya jalan ini, lanjut Atsah juga sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat terutama ibu-ibu hamil, terutama yang tinggal di dusun-dusun terpencil sebagiannya melahirkan di dukun, dan tindakan itu merupakan alternatif. Sebab bila dibawa ke bidan, selain harus mengeluarkan biaya transfortasi yang tinggi juga harus menahan sakit di perjalanan. Bahkan ada juga ibu melahirkan dijalan ketika akan dibawa ke bidan.
Selain itu, pengaspalan jalan yang dilakukan pemerintah juga harus mendapat pengawasan yang ketat, karena banyak jalan yang sudah diaspal belum satu tahun sudah berlubang. “Jadi kalau melakukan pengaspalan sebaiknya mengutamakan kualitas daripada kuantitas sehingga dapat dimamfaatkan sampai puluhan tahun mendatang”, pungkasnya.
“Selama ini pemerintah KLU sering mendengungkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan akan menjadi skala prioritas, namun kenyataannya masih jauh dari harapan. Kita sebuat saja misalnya Desa Akar-Akar, dimana sekitar 30 km lebih jalan kabupaten belum diaspal”, cetus Atsah disela-sela mengikuti pembinaan penguatan kelembagaan desa siaga aktif di Bay Marina Tanjung (22/8/13).
Dikatakan, setiap tahun khususnya di Desa Akar-Akar pengaspalan jalan diprogramkan sepanjang 1,5 km. sementara jalan yang belum diaspal yang menghubungkan antar dusun yang satu dengan dusun lainnya 30 km lebih. “Kalau hanya programnya 1,5 km pertahun maka untuk pengaspalan jalan di Desa Akar-Akar saja akan membutuhkan waktu kurang lebih 20 tahun atau sekitar 4 kali pergantian kepemimpinan di KLU”, katanya.
Padahal, lanjut Atsah, program pemerintah KLU cukup bagus yakni meningkatkan kesehatan dan ekonomi masyarakat dengan cara melakukan perbaikan infrastruktur jalan. “Tapi kalau seperti ini, bagaimana ekonomi dan kesehatan masyarakat meningkat, kalau sarana dan prasarana transfortasi tidak dibangun”, tegasnya.
Apakah poengaspalan semua jalan itu sudah diusulkan? Menjawab pertanyaan tersebut, Atsah tersenyum. “Saya rasa kepala desa sebelum saya juga sudah mengusulkan pengaspalan ini, hanya saja tampaknya belum mendapat respon dari pemerintah. Dan saya terus terang, selama ini bantuan yang masuk di desa Akar-Akar lebih banyak dari bantuan pusat, seperti sarana perpipaan air bersih, listrik dan bantuan lainnya”, jawab Atsah.
Rusaknya jalan ini, lanjut Atsah juga sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat terutama ibu-ibu hamil, terutama yang tinggal di dusun-dusun terpencil sebagiannya melahirkan di dukun, dan tindakan itu merupakan alternatif. Sebab bila dibawa ke bidan, selain harus mengeluarkan biaya transfortasi yang tinggi juga harus menahan sakit di perjalanan. Bahkan ada juga ibu melahirkan dijalan ketika akan dibawa ke bidan.
Selain itu, pengaspalan jalan yang dilakukan pemerintah juga harus mendapat pengawasan yang ketat, karena banyak jalan yang sudah diaspal belum satu tahun sudah berlubang. “Jadi kalau melakukan pengaspalan sebaiknya mengutamakan kualitas daripada kuantitas sehingga dapat dimamfaatkan sampai puluhan tahun mendatang”, pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar