Lombok Timur - Sudah tidak terhitung lamanya, krisis air bersih sudah melanda warga Desa Seriwe, Sekaroh, Kwang Rundun, Ekas, Pemongkong dan sebagian besar wilayah Jerowaru Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Puluhan tahun sudah waktu itu berlalu. Ribuan warga mencoba bertahan ditengah suasanya kekeringan.
“SEMENJAK kita lahir, air bersih ini sampai sekarang belum ada solusinya,” tutur Abdul Hamid Kepala Urusan Pemerintah pada Desa Seriwe kepada Suara NTB saat ditemui di kantornya, Kamis (28/6) kemarin. Mengatasi persoalan air bersih katanya sudah lama sekali diperjuangkan. Usulan tidak saja ke pemerintah daerah Kabupaten Lotim dan Provinsi NTB. Melainkan sudah tembus ke pemerintah pusat.
Tidak jarang, para penentu kebijakan tingkat daerah hingga pusat itu turun melihat kondisi ril masyarakat. Namun, terdengar sejauh ini hanya janji untuk segera menghadirkan fasilitas air bersih. Apa daya, kekuatan lobi yang lemah membuat warga hanya bisa menunggu janji manis dari pemerintah.
Kepala Dusun Temodo Desa Seriwe, Murdani menuturkan, pengadaan fasilitas air bersih pernah ada tahun 1995 silam. Hadir bantuan dari Jerman. Bahkan masih terpasang hingga sekarang, jaringan perpipaan dan bak penampungan yang cukup besar. Tiga tahun, proyek Jerman ini bisa dinikmati, tahun 1995 hingga 1997. Setelah itu, air yang dulu mengalir deras tidak terasa hanya sesaat. Sejak saat itu, warga kembali menjerit soal air.
Sepengetahuannya, air terputus di hulu. Terjadi perebutan air yang menyebabkan warga yang hidup di hilir ini hanya bisa termangu. Lesu kembali. Bak besar yang berada di Temodo pun saat ini terlihat hanya sebagai sarang laba-laba. “Padahal bak ini tinggal diisi saja,” ungkap Murdani.
Bantuan berupa ton besar pun pernah diterima warga dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Namun tangki besar warna biru yang bertuliskan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hanya menjadi penunggu halaman rumah. Tidak dapat dimanfaatkan. Pasalnya, tangki besar itu belum lama dipakai sudah rusak.
Menggali sumur atau membuat sumur bor jelas merupakan mimpi yang tidak mungkin bisa terwujud. Dimana, air sumur dengan kedalaman 30 meter ke bawah permukaan tanah terasa sangat asin. Terang saja, yang masuk adalah air laut. Sangat tidak mungkin bagi warga memanfaatkannya. Jadi, selama ini warga Seriwe dan sekitarnya hanya mengandalkan belasan prihatin dari pemerintah untuk menghadirkan air bersih.
Selanjutnya, Amaq Wirama dan Inaq Wirama, warga Temodo menuturkan semenjak hujan tak lagi turun, terpaksa mereka membeli air bersih dari para penjual air keliling. Rp 2.500/30 liter dibeli dari warga kampung sebelah yang sengaja keliling menjajakan air bersih ke warga-warga yang kekeringan ini. Dihitung, untuk memenuhi kebutuhan air saja, ratusan ribu harus tersedia.
Air yang dibeli sebatas digunakan untuk keperluan minum. Wajib dimasak, jika tidak rasanya katanya seperti air sawah. Adapun untuk keperluan, mandi dan mencuci warga harus rela jalan kaki sepanjang 1 km dari rumah. Bukan ke sungai. Melainkan ke embung yang sudah dibangun bersama warga.
Inaq Wirama menyampaikan, untuk tahun 2012 ini sudah dua bulan lamanya air bersih kembali menjadi emas bagi warga. Berkah saat hujan, karena air hujan selain untuk mandi dan mencuci juga bisa diminum. Minum air hujan? Jelas mungkin tidak pernah terbayang bagi warga yang hidup dikota yang diketahui menjadikan air hanya untuk siram kembang dan bunga yang tumbuh di halaman.
Selama ini, lanjut Wirama, pemerintah tidak kunjung datang memberikan bantuan air bersih. Air bersih gratis terasa mimpi untuk bisa didapat. Terkecuali, ada kampanye politik yang nyanggong ke tengah warga barulah air bersih datang dengan percuma. Ditanya soal peranan para wakil rakyat, katanya selama ini hanya bisa menjadi Dewan Penyengsara Rakyat saja, bukan sesuai nama sebenarnya, Dewan Perwakilan Rakyat.
Semenjak terpilih, ungkap Wirama, para wakil rakyat yang duduk manis dikursi terhormatnya tidak pernah datang lagi. Beda dengan waktu kampanye yang menjanjikan beragam fasilitas. Begitupun halnya, Bupati dan Gubernur. Janji manisnya hanya terdengar saat menginginkan suara rakyat memilihnya. Namun janji itu ntah lupa atau sengaja terlupakan.
Camat Jerowaru, Purnama Hadi yang dihubungi mengakui warganya yang tiap tahun diterjang persoalan krisis air bersih. Pembelaannya, tahun 2012 ini tidak separah tahun 2011 lalu. Katanya, warga tidak terlalu diribetkan oleh persoalan air bersih.
20 Ribu Liter Sehari
Warga Jerowaru, memang membeli air dari warga yang menjual air bersih. Upaya pemerintah kecamatan sendiri sudah tiap hari mengirim air bersih ke tengah warga. Sebanyak 20 ribu liter disalurkan pihak kecamatan tiap hari disalurkan. Sebanyak 37 titik di wilayah Jerowaru harus disamperin mobil dengan kapasitas 5 ribu liter.
Puluhan ribu liter ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga. Suplay dari kecamatan itu diakui masih kecil. Dibutuhkan tambahan suplay dari Pemerintah Provinsi. Utamanya, bantuan kendaraan dan operasionalnya.
Kemampuan pemerintah kecamatan menyediakan air bersih dengan jumlah dua mobil beroperasi dipandang masih kurang. Dibutuhkan tambahan untuk bisa memenuhi semua kebutuhan. “Kita makanya mohon tambahan Rp 75 juta lagi untuk operasional suplay air bersih ini,” ungkap Purnama Hadi. Harapannya, tambahan dana itu bisa disetujui.
Ditambahkan, sebenarnya memang sudah ada jaringan air bersih yang mengalir ke sejumlah wilayah yang langganan krisis air bersih di Jerowaru. Hanya saja, saat uji coba beberapa waktu lalu kemampuan pipa tidak mampu menampung besaran debut air yang dikeluarkan mesin dengan kapasitas 50 ribu watt. “Kala itu, banyak pipa yang pecah sehingga tidak bisa digunakan lagi,” tuturnya.
Ke depan, upaya mengatasi krisis air bersih di kawasan Lotim bagian selatan akan terus diupayakan. Ganti pipa-pipa yang rusak. Selanjutnya, mengatasi persoalan beberapa hari ke depan, suplay air bersih terus akan dilakukan. Seperti tahun lalu, hadir bantuan dari Dinas Sosial dan Catatan Sipil (Dukcapil) menyalurkan air bersih.
Terakhir, harapan warga sendiri. Agar bisa lebih permanen saluran air bersih yang dijanjikan dari kawasan Trengwilis segera mengalir ke wilayah Selatan. Sejauh ini, warga Lotim bagian selatan hanya bisa menunggu dan menanti kabar gembira wujud misi Pemkab Lotim mengalirkan air sampai jauh ke Selatan itu. (rus) www.suarantb.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar