Sabtu, 19 November 2011

Tolak Tarif PDAM, Warga Ngamuk

TANJUNG—Kekecewaan masyarakat Kecamatan Bayan atas kenaikan tarif air PDAM akhirnya memuncak kemarin. Ratusan warga yang mendatangi kantor cabang PDAM Menang merusak kantor tersebut.

Seluruh kaca jendela dan kaca pintu rusak akibat lemparan warga yang aksi di depan kantor PDAM yang berhadapan dengan kantor Polsek Bayan tersebut. Selain itu warga yang emosi merobohkan pagar besi serta membongkar papan kantor PDAM Menang Cabang Bayan. Beruntung seluruh karyawan PDAM Menang Cabang Bayan sudah mengamankan diri terlebih dahulu sehingga selamat dari amukan warga.

Aksi warga ini dipicu oleh kenaikan tarif PDAM yang mulai berlaku bulan lalu. Ketika terjadi kenaikan awal, masyarakat di Bayan termasuk juga di kecamatan lainnya di KLU menyuarakan protes. Malahan di Tanjung sendiri sempat berkembang isu warga tidak mau membayar kenaikan tarif yang tidak pernah disosialisasikan ke masyarakat KLU.

Awalnya aksi yang dimulai pukul 08.30 Wita ini berjalan damai. Warga yang aksi kumpul di depan terminal Anyar Kecamatan Bayan. Dari arah terminal warga kemudian jalan ke Utara menuju Kantor PDAM. Setidaknya sekitar 30 orang warga yang ikut dalam aksi tersebut.

Sesampainya di depan kantor PDAM yang sudah dijaga aparat kepolisian dan TNI itu warga melakukan orasi sambil membentangkan spanduk, pamflet. Dalam orasinya mereka menolak kenaikan tarif PDAM Menang. Mereka menuntut tarif PDAM diturunkan.

‘’Mereka mengambil air dari Bayan. Mereka enak saja mengambil air yang dijaga oleh masyarakat,’’ kata Korlap Aksi L Lukman Hakim.
Saat melakukan orasi di depan kantor PDAM, massa meminta dipertemukan dengan pimpinan PDAM. Saat melakukan orasi inilah warga lainnya yang tinggal di sekitar Anyar keluar rumah. Selain itu beberapa warga yang melintas juga turun dari kendaraan mereka. Lambat laun jumlah massa bertambah banyak. Setidaknya 200 orang lebih berdiri di depan kantor PDAM.

Saat itulah massa yang emosi mulai beringas. Awalnya mereka meminta masuk ke kantor PDAM untuk mencari karyawan untuk dialog. Entah siapa yang memulai tiba-tiba saja terdengar suara kaca pecah. Rupanya ada yang melempar. Saat itulah warga yang sejak awal terlihat marah ikut melempar. Tidak hanya menggunakan batu, mereka juga membongkar trotoar dan menggunakan paving untuk melempar.

Warga juga merangsek masuk. Aparat kepolisian dan TNI yang jumlahnya sedikit tidak bisa membendung massa yang jumlahnya ratusan dan terus bertambah banyak. Pagar besi kantor PDAM pun roboh. Termasuk papan kantor yang kokoh dirobohkan massa. Warga yang masuk ke halaman kantor PDAM makin beringas melempar.

Sementara di atas sound system, masyarakat yang orasi dan meminta untuk tidak anarkis tidak diindahkan massa yang sudah terlanjur marah. Rupanya tidak hanya massa yang berkumpul di depan kantor PDAM saja yang melempar. Warga yang berada di belakang dan gang samping kantor PDAM pun ikut melempar. Aparat berusaha mencegah mereka, namun warga tidak bisa dibendung lantaran terlalu banyak.

Camat Bayan Fahri yang turun menenangkan massa tidak digubris. Begitu juga Kades Anyar Windi Al Bayani dicueki warga yang demo. Warga makin beringas dan terus melempar tanpa bisa dibendung aparat.

‘’Yang demo ini tidak semuanya dari Anyar. Hampir seluruh kecamatan Bayan,’’ kata Windi.

Kapolsek Bayan Ipda Kadek Metria yang beberapa kali menenangkan massa dan meminta untuk tidak melempar tidak dihiraukan massa. Bahkan ketika aparat berdebat dengan salah satu tokoh pemuda yang dicurigai memprovokasi, massa mengarahkan amarahnya pada aparat. 
Bahkan warga mengancam akan merusak kantor Polsek Bayan jika ada masyarakat yang diperiksa terkait perusakan tersebut. Begitu juga dengan Danramil Bayan Kapten R Sugondo dan anak buahnya yang membantu berjaga tidak bisa mencegah aksi anarkis tersebut. Jumlah personil di lapangan memang terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jumlah warga yang aksi. Setiap menit, jumlah warga yang aksi bertambah banyak.

Hingga pukul 09.40 wita, massa terus saja melakukan pelemparan. Negosiasi yang dilakukan aparat tidak mempan. Seruan para orator agar tidak anarkis dicueki warga yang terlanjur marah. Bahkan massa makin beringas. Setelah berhasil membobol pagar besi kantor PDAM, warga membawa lari pagar itu.

Sekitar pukul 90.50 wita, kemarahan warga mulai reda. Namun dialog yang diharapkan tidak bisa dilakukan, mengingat tidak ada satu pun karyawan yang ada di kantor. Selain itu dikhawatirkan masyarakat yang emosi bisa meluapkan kemarahannya pada karyawan PDAM.

‘’Jangan sampai kita mengganggu karyawan PDAM. Mereka saudara kita juga, mereka orang KLU. Mereka tidak tahu apa-apa tentang kenaikan tarif. Pejabat PDAM itu dari Lombok Barat dan Mataram,’’ teriak Nasrudin salah seorang orator.

Sempat terjadi perdebatan ketika massa meminta untuk melakukan penyegelan kantor PDAM. Aparat yang berjaga melarang dengan alasan khawatir warga akan lebih anarkis kalau sampai masuk ke dalam kantor. Warga lalu meminta aparat yang menyegel kantor tersebut. Setelah ada negosiasi, perwakilan warga lah yang kemudian menyegel kantor PDAM tersebut dengan memasang spanduk.

‘’Kami berharap tidak ada aktivitas dulu di kantor PDAM sampai masalah ini selesai,’’ katanya.

Dalam orasi beberapa tokoh pemuda saat aksi kemarin mereka menyerukan untuk menolak kenaikan tarif PDAM. Yanis menyebutkan masyarakat kecamatan Bayan yang masih miskin dicekik dengan harga air yang mahal. Padahal selama ini sumber air yang dijual PDAM tersebut berasal dari Bayan.

‘’Masyarakat kita yang menjaga hutan dan mata air,’’ katanya.(fat)


Warga Boikot Pembayaran

DALAM aksi kemarin, warga juga menyerukan pemboikotan pembayaran air PDAM. Bagi warga yang belum membayar diminta jangan membayar dulu. Selain itu warga diminta untuk tetap kompak menyuarakan penolakan terhadap tarif air.

Koordinator lapangan aksi ini L Lukman Hakim menegaskan warga Bayan dan bahkan seluruh warga di KLU menolak kenaikan tarif air PDAM. Menurutnya kenaikan tarif tidak pernah disosialisasikan. Selain itu kenaikan tarif PDAM tidak transparan. Masyarakat tidak tahu komponen biaya apa yang naik.

‘’PDAM ini mengambil air dari KLU. Mereka tidak butuh solar untuk operasikan mesin, mereka tidak keluar biaya untuk membeli air. Tapi mereka menjualnya dengan harga mahal, lebih mahal dari listrik,’’ katanya.

Selain itu warga juga mendesak agar PDAM Menang yang saat ini masih dikuasai oleh Lombok Barat dan Mataram diambil alih pemerintah KLU. Dikatakan Lukman dengan diambil alihnya PDAM oleh pemerintah KLU tarif air tidak akan mencekik seperti saat ini. Menurutnya, selama ini masyarakat KLU tidak lebih sekadar menjadi sumber keuangan pemerintah Lombok Barat dan Mataram. ‘’Pemerintah KLU harus mengambil alih,’’ katanya.

Sekitar pukul 10.00 Wita Wakapolres Lombok Barat Kompol Cheppy AH dan Kabag Ops Polres Lobar Kompol Muhamad Lutfi tiba di lokasi demo. Saat itu massa sudah membubarkan diri.

‘’Tadi kami ada operasi imbangan di Pelabuhan Bangsal, begitu dapat kabar keributan kami langsung meluncur kesini,’’ kata Cheppy.
Cheppy bersama Lutfi meninjau langsung kondisi bangunan yang sudah rusak. Beberapa aparat kepolisian memasang police line di sekitar kantor PDAM.

‘’Sebagian besar aparat memang berada di Bangsal dalam kegiatan tersebut,’’ katanya. (fat) www.lombokpost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar