Senin, 31 Oktober 2011

Digagas, Festival Teruna Dedare Dayan Gunung

Lombok Utara - Kabupaten Lombok Utara (KLU) mengklaim diri sebagai daerah pariwisata dan memegang tradisi adat istiadat. Sayangnya klaim itu tidak diimbangi dengan upaya-upaya pelestarian yang berkelanjutan. Sering kali berbagai kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan budaya sekadar sebagai memeriahkan acara tertentu.

Atas dasar itulah, kelompok yang menamakan diri Tim 11 menggagas sebuah even untuk melestarikan budaya di Lombok Utara. Melalui kegiatan yang diberikan nama Festival Terune Dedare Dayang Gunung diharapkan upaya pelestarian budaya di KLU berjalan terus menerus.  ‘’Even di KLU memang sangat kurang dibandingkan daerah lain,’’ kata salah seorang tim penggagas yang masuk dalam tim 11 ini, Kamardi.
Dikatakan Kamardi, selama ini even-even budaya di KLU sifatnya lebih pada kegiatan sisipan dalam acara tertentu. Misalnya tarian, musik, ritual, menjadi ‘’penghias’’ kegiatan-kegiatan lain. Sangat jarang digelar pertunjukan musik dan tari khusus.

Pada akhirnya, berbagai kekayaan tradisi budaya KLU berupa tari, musik dan lainnya itu tidak diteruskan ke generasi muda. Hanya sebagian kecil masyarakat yang tahu tentang tradisi itu. Jika ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan terjadi kepunahan. ‘’Nembang saja sekarang sudah tidak banyak yang bisa, apa lagi generasi muda,’’ kata aktivis AMAN ini memberikan contoh.

Melalui Festival ini, berbagai  kekayaan budaya di KLU bisa dipertahankan dan diteruskan dari generasi ke generasi. Melalui ajang festival, generasi muda memiliki ruang untuk mengapresiasi seni musik, tari dan berbagai warisan budaya lainnya. ‘’Di tempat-tempat lain pemerintah cukup rutin menggelar acara seperti ini,’’ kata Hamid Chaniago, salah seorang inisiator tim 11.

Dituturkan Hamid, saat dirinya pernah menjadi GM Hotel di Sumatera, kegiatan pentas budaya sering dilakukan. Pemerintah daerah juga sering menggelar lomba-lomba yang berkaitan dengan kebudayaan setempat. Dengan cara ini, kebudayaan itu bisa lestari. ‘’Saya dengar di sini ada tradisi rambut panjang, tapi saya tidak lagi melihat ada gadis rambut panjang sekarang ini. Nah, ini bagus menjadi ajang lomba untuk menari minat orang berambut panjang,’’ kata Project Directur PT Suar Investindo Capital yang saat ini sedang membangun PLTMH di KLU.

Pengalaman Hamid selama tinggal di KLU, dia melihat banyak tradisi masyarakat di KLU yang tidak diketahui anak muda. Bahkan, ketika ditanya, banyak di antara mereka yang tidak tahu. ‘’Ini ironi sebagai daerah yang menekankan budaya, tapi banyak generasi muda yang tidak tahu,’’ katanya.

Even seperti festival bisa menjadi salah satu cara untuk menarik minat generasi muda pada budaya mereka. Melalui festival yang digelar rutin itu, generasi muda bisa menyiapkan diri mereka sejak awal. Mereka pun akan tertarik untuk mencari ilmunya pada tokoh-tokoh tua, tokoh adat.

‘’Bayangan saya nanti tiap desa menampilkan warisan budaya mereka dalam festival ini,’’ katanya. (fat) Sumber: Lombok Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar