Lombok Utara – Sebanyak tiga dusun di Desa Loloan Kecamatan Bayan Kabuapten Lombok Utara, belakangan ini mulai mengalami krisis air bersih akbibat musim kemarau yang berkepanjangan.
Ketiga dusun tersebut antara lain, Montong Serubuh, Montong Kemuning dan Dusun Telaga Segoar. “Masyarakat di ketiga dusun tersebut mulai menampung air yang mengalir sekali seminggu dari dusun Torean dengan menggunakan terpal”, ungkap Kaepala Desa Loloan, R. Nyakrasana ketika ditemui 27/9.
Dikatakan, kekeringan yang melanda sebagian dusun di Desa Loloan betu-betul sangat terasa dampaknya ditingkat masyarakat, dan ini butuh perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Lombok Utara.
Selain itu, petani desa setempat juga tidak bisa lagi menanam di lahan pertanian mereka karena ketiadaan air untuk menyiram tanaman.
Loloan bagian utara memang diberikan sumbangan sumur dangkal sebanyak dua buah dari Dinas Pertanian yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah seluas 18 Ha. Sayang, kedua sumur tersebut tidak bisa lagi dimamfaatkan karena pengelolaan dan pengawasannya yang tidak teratur.
R. Nyakrasana meminta kepada pemerintah daerah dalam hal ini Dinas PU KLU, tanggap dalam persoalan ini, jangan hanya mengambil keuntungan dari proyek- proyek yang sekarang ditangani. “ Jangan menunggu sampai ada warga yang mati baru buru- buru menangani warga, dan ini merupakan kebiasan buruk yang harus dihilangkan”, tegasnya. (riasukandi)
Ketiga dusun tersebut antara lain, Montong Serubuh, Montong Kemuning dan Dusun Telaga Segoar. “Masyarakat di ketiga dusun tersebut mulai menampung air yang mengalir sekali seminggu dari dusun Torean dengan menggunakan terpal”, ungkap Kaepala Desa Loloan, R. Nyakrasana ketika ditemui 27/9.
Dikatakan, kekeringan yang melanda sebagian dusun di Desa Loloan betu-betul sangat terasa dampaknya ditingkat masyarakat, dan ini butuh perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Lombok Utara.
Selain itu, petani desa setempat juga tidak bisa lagi menanam di lahan pertanian mereka karena ketiadaan air untuk menyiram tanaman.
Loloan bagian utara memang diberikan sumbangan sumur dangkal sebanyak dua buah dari Dinas Pertanian yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah seluas 18 Ha. Sayang, kedua sumur tersebut tidak bisa lagi dimamfaatkan karena pengelolaan dan pengawasannya yang tidak teratur.
R. Nyakrasana meminta kepada pemerintah daerah dalam hal ini Dinas PU KLU, tanggap dalam persoalan ini, jangan hanya mengambil keuntungan dari proyek- proyek yang sekarang ditangani. “ Jangan menunggu sampai ada warga yang mati baru buru- buru menangani warga, dan ini merupakan kebiasan buruk yang harus dihilangkan”, tegasnya. (riasukandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar