Kamis, 08 September 2011

Lebaran Topat di Pulau Lombok

Dari ‘’Saur Niat’’ hingga Artis Ibu Kota 
BANYAK cara warga merayakan Lebaran Topat yang berlangsung Rabu (7/9) kemarin. Ada yang mendatangi keluarga untuk silaturahmi, ziarah ke makam, ke objek wisata dan menikmti panorama pantai. Di Karang Langu, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara (KLU) warga merayakan Lebaran Topat sambil ‘’Saur Niat’’ atau membayar nazar atas apa yang pernah diniatkan beberapa waktu lalu dan melangsungkan perang topat. 
Di Karang Langu perayaan Lebaran Topat berlangsung terasa beda dengan di tempat lain. Usai zikiran di masjid setempat, sejumlah warga mengambil ternak untuk dikumpulkkan di jalan depan masjid setempat. Pada leher ternak itu digantung sejumlah ketupat dan sebuah ayam panggang. 
Setelah pemilik ternak menyampaikan nazarnya, sejumlah warga kemudian merebut ketupat dan ayam panggang itu. Ketua Remaja Masjid Darussalam Karang Langu Budiawan menerangkan tradisi ini berlangsung sejak dahulu setiap perayaan Lebaran Topat. 
Usai warga memperebutkan ketupat dan ayam panggang, warga kemudian mengadakan perang topat dengan cara saling lempar menggunakan ketupat yang diperebutkan tadi. Kendati saling lempar tradisi ini tak pernah menimbulkan perkelahian antarwarga. Sebelum ternak dituntun ke jalan, pemilik ternak mengalungkan ternaknya dengan ketupat dan ayam panggang di rumahnya. Ini diakukan sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang dalam bahasa warga setempat disebut ‘’saur niat’’ atas apa yang pernah janjikan beberapa waktu lalu. 
Itu pula yang dialami Ririn (20) yang dikalungkan dengan ketupat dan ayam panggang. Ibu satu orang anak ini, kata Budiawan pernah sakit dan ia bersama suaminya kurang harmonis. Setelah diniatkan oleh keluarganya, kini Ririn sehat dan rukun bersama suaminya. 
Ada empat ekor sapi, dua ekor kuda dan seekor kambing dikalungkan dengan ketupat dan ayam panggang saat perayaan lebaran topat di Karang Langu, Rabu kemarin. Sejumlah ternak itu, sambung Budiawan pemiliknya pernah berniat akan mengalungkan ketupat dan ayam panggang jika ternak itu sehat dan melahirkan anak yang banyak. 
‘’Setelah nazar itu diucapkan oleh pemilik ternak, puluhan warga rebutan mengambil ketupat dan ayam panggang. Setelah itu baru dilakukan perang topat,’’ kata Budiawan. Perayaan Lebaran Topat di KLU berlangsung di sejumlah pantai, seperti Pantai Sira, Lempenge, Ketapang di Tampes dan di Pantai Tembobor. Demikian juga dengan di Teluk Nara, Kelui, Malimbu dan beberapa tempat di pinggir pantai Kecamata Pemenang juga ramai dikunjungi warga.
Tak kalah ramainya juga di Tiga Gili banyak dikunjungi wisatawan domestik. Di Lobar Lain di KLU, lain pula di Lombok Barat (Lobar). 
Seiring dengan perkembangan zaman, perayaan lebaran topat kini mulai dirangkai dengan beberapa kegiatan mulai dari ziarah makam hingga hiburan dari artis ibu kota. Seminggu setelah Lebaran, warga Lombok mengadakan Lebaran Topat yang juga sebagai penutup dari pelaksanaan Puasa Sunnah Syawal yang dilaksanakan sejak tanggal 2 sampai 7 Syawal. 
Dalam masyarakat Lombok, Lebaran Topat disebut juga sebagai Lebaran Nine (Lebaran Wanita). Sebutan Lebaran Nine pada hari raya ketupat merupakan cara masyarakat Lombok membedakan dengan lebaran yang dilaksanakan sesudah bulan Ramadhan atau yang disebut Lebaran Mame (Lebaran Pria). Pada Lebaran Nine ini yang dilakukan oleh masyarakat Lombok adalah bersilaturahmi dan berziarah ke makam keramat. Biasanya makam-makam yang dikunjungi adalah Makam Loang Baloq dan Makam Batu Layar yang berada di kawasan Batu Layar. 
Dalam perayaan Lebaran Topat (Lebaran Ketupat) atau Lebaran Nine ini biasanya masyarakat Lombok dan komunitas suku Sasak menggunakan ketupat yang disusun seperti tumpeng kemudian diarak bersama-sama menuju ke makam keramat dan nantinya dibagi-bagikan kepada seluruh masyarakat. Sedikit berbeda dengan perayaan dan prosesi Lebaran Topat yang digelar pihak Pemkab Lobar di tahun ini, setidaknya empat artis ibu kota dihadirkan saat perayaan Lebaran Topat yang dipusatkan di Pantai Duduk, Senggigi. 
Ironisnya lagi, acara sakral tersebut nampaknya tak berpengaruh bagi para artis yang di antaranya adalah Tiga Macan itu karena busana yang dikenakan menurut sebagian orang yang menyaksikan jauh dari kata sopan. Terlepas dari sexy atau tidaknya para penyanyi dangdut itu, prosesi Lebaran Topat yang digelar Pemkab Lobar berjalan cukup aman dan lancar. 
Masyarakat pun yang turut menyaksikan prosesi itu merasa puas, begitu juga dari kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara. Bupati Lombok Barat Dr. H. Zaini Arony MPd dalam sambutannya menyatakan, perayaan lebaran ketupat ini bukan semata-mata merupakan prosesi keagamaan. Tetapi seiring dengan perubahan waktu dan zaman, perayaan lebaran ketupat ini juga mengandung makna sosial budaya tanpa meninggalkan kesan religi atau keagamaan. 
“Dimensi religi dilakukan dengan ziarah makam ke salah satu tokoh yang merupakan penyebar agama islam di pulau Lombok,” ujarnya seraya menambahkan kegiatan Lebaran Topat ini telah menjadi calender of event pemkab Lobar dan akan terus dilestarikan. 
Lebih jauh dikatakan, momentum Lebaran Topat juga dianggapnya sangat penting jika dilihat dari segi sosial budaya dan religi. Mengawali proses Lebaran Topat, ritual ziarah makam di Batu Layar dilakukan. Camat Batu Layar Drs. Mudjitahidin bersama unsur muspika, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat menggelar selakaran dan upacara ngurisan di sekitar makam yang dipadati pengunjung. 
Agar lebih bernilai seni, rombongan berangkat menuju lokasi menggunakan cidomo yang telah dihias. Hadir dalam acara lebaran topat itu, Wakil Bupati Lobar Dr. H. Mahrip SE.MM, Ketua DPRD NTB H.L. Sujirman, Danrem 162/Wirabakti Kolonel Inf Heru Suryono, Danlanud Mataram Kolonel (Pnb) Antariksa Anondo, Kapolres Lobar AKBP Sigit Ari Widodo SIK, Dandim 1606 Letkol Inf. Waris Adi Nugroho, Ketua DPRD Lobar H. Umar Said S.Ag, serta beberapa jajaran pejabat Pemkab Lobar.
Di Loteng Meski Lebaran ketupat atau yang dikenal dengan istilah Lebaran Topat belum diakui sebagai salah satu hari besar nasional, namun bagi kalangan masyarakat pulau Lombok khususnya Lombok Tengah (Loteng), Lebaran itu justru memiliki arti penting. 
Berbagai macam kegiatan dan acara pun digelar hampir oleh seluruh elemen masyarakat untuk menyemarakkkan Lebaran khusus tersebut. Mulai menggelar rowah (dzikiran) di rumah sampai pelesiran ke berbagai objek wisata yang ada. Kalau dulu, perayaan Lebaran Topat hanya dikenal di Kabupaten Lombok Barat (Lobar). 
Tapi tahun 2011 ini tidak lagi. Pemkab Loteng sendiri juga tidak mau ketinggalan merayaan lebaran yang digelar pada seminggu setelah Idul Fitri ini. Dengan menggelar perayaan besar-besaran yang dipusatkan di lokasi Bendungan Batujai Praya Barat. Diisi dengan berbagai kegiatan dan lomba-lomba yang diikuti berbagai elemen masyarakat dan pemerintahan didaerah ini. Kegiatan perayaan 
Lebaran Topat tahun ini, memang bukan yang pertama kali digelar di Bumi Tatas Tuhu Trasne ini. Pasalnya, dua tahun yang lalu perayaan serupa juga pernah dilaksanakan. Meski kemudian tidak lagi digelar tahun 2010 lalu, karena alasan keamanan. Mengingat Loteng pada tahun itu tengah menggelar pesta politik berupa Pilkada. 
Namun kalau dibandingkan dengan perayaan sebelumnya, perayaan Lebaran Topat tahun ini terkesan jauh lebih semarak. Bukan hanya dilihat dari banyaknya kegiatan yang digelar tapi juga dari perhatian yang diberikan masyarakat. “Tahun ini perayaan lebaran topat jauh lebih meriah dan semarak,” aku seorang pengunjung. 
Animo masyarakat untuk datang menyaksikan perayaan Lebaran Topat di lokasi Bendungan Batujai tersebut, memang terbilang luar biasa. Aparat keamananpun harus dibuat kewalahan mengatur arus mobilisasi masyarakat yang mencapai ribuan orang sekaligus. Mereka yang datang pun bukan hanya dari masyarakat Loteng saja. Tapi juga dari daerah lain di pulau Lombok. “Yang datang bukan hanya dari Loteng saja. Tetapi dari daerah lain juga banyak,” ungkap Ketua Panitia kegiatan, H.L. Putria. 
Dikatakannya, perayaan Lebaran Topat kali ini digelar bukan bertujuan untuk hiburan semata. Akan tetapi lebih dari itu, kegiatan tersebut diharapkan bisa menjadi ajang silaturahmi antarmasyarakat. Maupun masyarakat dengan pemerintah daerah. Sekaligus untuk memperkenalkan dan melestarikan khasanah budaya masyarakat Loteng. Khususnya tradisi Lebaran Topat itu sendiri. “
Ke depan perayaan Lebaran Topat juga kita harapkan bisa menjadi salah satu even pariwisata yang memiliki peran penting dalam memajukan sektor pariwisata Loteng,” timpal Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Loteng ini. 
Perayaan Lebaran Topat sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak Selasa (6/9) malam kemarin, dengan pagelaran wayang kulit. Keesokan harinya, kegiatan dimulai dengan parase Pesaje yang diikuti oleh seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lingkup Pemkab Loteng, kecamatan hingga organisasi kemasyarakatan lainnya. Para peserta pun tampil percaya diri dengan menampilkan karya terbaiknya dalam menyusun dulang sesaji. 
Usai diarak, pesaje yang sudah dihias sedemikian rupa kemudian dinilai oleh tim juri. Keluar sebagai juara pertama BP4K Loteng, disusul Kecamatan Praya Timur dan juara ketiga SMPN 1 Praya. Usai parade pesaje, Bupati Loteng, H. Moh. Suhaili, didampingi anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Loteng, kemudian membelah topat tanda dimulainya perayaan. 
Tidak lama berselang, puluhan masyarakat terlihat berebut menangkap ikan khusus yang sudah dilepas oleh panitia. Bagi mereka yang berhasil menangkap ikan yang sudah diberikan tanda khusus tersebut, berhak atas hadiah yang sudah disiapkan oleh panitia. Sebagai penutup perayaan, masyarakat kemudian disuguhkan hiburan musik dangdut. 
Tidak tanggung-tanggung, sejumlah artis ibu kota termasuk penyanyi dangdut Rita Sugiarto, sengaja didatangkan untuk menghibur masyarakat yang datang menyaksikan perayaan lebaran topat. Bupati dan Wabup Loteng pun berkesempatan untuk berduet langsung dengan artis dangdut terkenal tersebut. Sebanyak 10 grup band lokal juga tampil menghibur masyarakat hingga sore hari. (sam/smd/kir) @Copyright Suara NTB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar