Jumat, 06 Mei 2011

Pendapat Tokoh Adat Tentang Pemanasan Global

Lombok Utara - Perubahan iklim atau istilah bahasa adat Bayan Madang Dunia yang terjadi sekarang ini, adalah akibat ulah manusia yang tidak mampu menjaga lingkungannya, sehingga kita tidak bisa lagi membedakan musim hujan dan panas.

Hal tersebut terungkap, ketika puluhan tokoh adat duduk bersama 4/5, membahas perubahan iklim di Balai Sebaya Tanta Gubung Adat Karang Bajo, Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.

Acara Roadshow Peningkatan Kesadaran Masyarakat Adat Tentang Perubahan Iklim yang digelar Persekutuan Masyarakat Adat Lombok Utara (Perekat Ombara), diawali dengan pemutaran film yang berjudul Demam, yang menggambarkan penyebab-penyebab terjadinya perubahan iklim.

Seusai pemutaran film, ketua Perekat Ombara, Kamardi, SH, meminta tanggapan puluhan tokoh adat yang hadir khsususnya tentang pemanasan global.

H. Abdurrahman, salah seorang tokoh dari desa Karang Bajo mengaku, kalau cuaca saat ini sudah tidak menentu, karena hampir tidak ada bedanya antara musim tahun dan panas. "Sekarang ini hujan setiap hari turun, namun apapun yang ditanam entah itu di sawah maupun di ladang hasilnya menurun drastis, dan ini semua akibat kita tidak mampu menjaga dan melestarikan hutan dan lingkungan kita", katanya.

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Rianom, S.Sos. Menurutnya, apa yang terjadi sekarang ini akibat ulah manusa (manusia), sehingga jika hujan turun terjadi bencana banjir, tapi jika panas, rasanya menyengat di badan.

Sementara Budanom menegaskan, bahwa kejadian seperti sekarang ini sebenarnya sudah diceritakan oleh para tetua (tokoh) kita yang ada di Bayan. Dan secara adat, masih ada cara untuk mengatasi perubahan iklim ini, yaitu dengan melakukan upacara Aksara Alip (Pesta Alip). Acara ini sudah lama tidak dilakukan oleh masyarakat adat, sehingga gumi-langit (bumi dan langit) ini marah.

Dikatakan, untuk melaksanakan Pesta Alip, harus diawali pembicaraannya di Bencingah Agung Bayan Beleq oleh para Mak Lokaq dan tokoh adat. "Para tetua kita sudah meramalkan, bahwa pada tahun sekian akan terjadi hujan, angin, gempa dan panas yang menyebabkan akan terjadinya bencana. Dan secara adat di Bayan, untuk mengatasinya kita perlu melakukan acara ritual Pesta Alip", jelasnya.

Remadi, salah seorang tokoh muda adat Desa Sukadana mengatakan, sekarang ini generasi muda (penerus) sudah banyak yang melupakan adatnya. Karenanya perlu dilakukan pembinaan, pendidikan dan pelatihan, sehingga adat dan budaya yang kita miliki di Dayang Gunung ini tetap terjaga sepanjang masa.

Lihat saja misalnya, kegiatan Pesta Alip yang dulu selalu dilaksanakan untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa agar bumi yang kita pijak dan langit sebagai atapnya tidak mendatangkan malapetaka. Namun semua itu sudah hampir terlupakan.

Acara Roadshow ini selain dihadiri oleh ketua Perekat Ombara, Kamardi, SH, juga tampak hadir Ketua PD AMAN KLU, Husnul Munadi, Kepala Desa Karang Bajo, Kertamalip dan para tokoh adat yang datang dari beberapa desa di Kecamatan Bayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar