Kamis, 02 Juni 2011

Wisata KLU Butuh Pengelolaan Maksimal

Oleh: Danu Putra


Terletak di daerah tanjungan (daratan yang condong ke laut) yang didominasi perbukitan dan pantai, memungkinkan Kabupaten Lombok Utara memiliki banyak potensi alam yang mampu menjadi daya tarik wisata, tidak hanya menjadi ikon wisata NTB, namun juga nasionals, bahkan dunia, namun kekayaan keindahan alam yang melimpah itu kurang mampu dimaksimalkan pemerintah daerah.

Sebagai salah satu daerah pariwisata di NTB, klu berupaya menegaskan eksistensinya dalam bidang pariwisata di tingkat nasional dan dunia, berbagai upaya promise dilakukan, baik melalui pagelaran wisata budaya dan kegiatan-kegiatan promo lainnya yang melibatkan pemerintahd aerah dan para pelaku wisata itus endiri.

Namun, seiring dilakukannya berbagai upaya promosi tersebut, masih banyak potensi keindahan yang belum mampu dimaksimalkan pengelolaannya oleh pemerintah setempat, salahs atunya adalah lambannya percepatan pembangunan infrastruktur pendudkung, seperti akses jalan dan tempat peristirahatan bagi para wisatawan.

Tidak hanya itu, beberapa obyek wisata yang menyimpan sejuta potensi keindahan hingga kini belum tersentuh pembangunan, seperti air terjun tiu teja dan beberapa obyek wisata di kawasan gangga. Bahkan pelsetarian terhadap situs-situs sejarah yang potensial dijadikan obyek wisata juga belum dilirik pemerintah.

Padahal, jika semua asset sisata itu dimanfaatkan secara berkelanjutan, seperti yang saat ini popular dilakukan beberapa daerah wisata nasional, yakni pemberdayaan wisata berkelanjutan, baik itu wisata alam, wisata religi dan wisata sejarah, akan mendartangkan keuntungan secara pinanasial bagi daerah, meski saat ini sector pariwisata merupakan pentumbang terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) KLU.

Jangankan untuk membangun sarana prasarana yang memadai di sektor pariwisata, untuk menciptakan kebersihan lingkungan di daerah-daerah wisata saja belum mampu dilakukan pemerintah, seperti yang terjadi di kawasan wisata Gili Terawangan, Meno dan Air (Tramena) dan kawasan waterfall Sindang Gila, dimana sampah-sampah berserakan, dan sangat menganggu para wisatwan yang datang.

Bahkan yang lebih ironis, beberapa pelang lokasi wisata sudah banyak yang rusak karena memang sudah lama dan hanya terbuatd ari kayu, dan sejauh ini belum ada upaya pemerintah untuk menganti serta memasang pleng yang lebih permanen.

Beberapa waktu lalau, saat sejumlah pecinta lingkungan yang datang dari beberapa Negara di dunia untuk membersihkan lingkungan pantai tramena, sesungguhnya bsia menjadi pelajaran dan pukulan bagi pemerintah daerah sebagai empu atau pemilik daerah, kanapa harus orang asing yang lebih memberikan perhatian dari pada daerah kita sendiri, meskipun hanya sebatas membersihkan sampah dan memberikan pembelajaran kepada masyarakat.

Salah seorang pemerhati pariwisata, yang juga sebagai ketua organisasi pecinta alam dan lingkungan (Opal) KLU, Jaharudin, S, Sos, menjelaskan, belum semua ptensi wisata yang ada di KLU dapat dimaksimalkan pemerintah, bahkan beberapa lokasi wisata sama sekali tiak belum di tersentuh pembangunan insprastruktur.

‘’Ironis memang disaat daerah ini menjadi salahs atu aikon wisata nasional, justru masih ada obyek-obyek wisata yang kurang mendapt perhatian,” jelasnya.

Sementara, Kepala Bidang Pariwisata Dishubparkominfo KLU, Abdul Azis, kepada wartawan beberapa waktu lalau mengatakan, semuanya akan kita kelola dengan maksimal, namun tentunya tidak bsia sekaligus, tapi harus bertahap, karena bagaimanapun juga harus disesuaikan dengan kemampuan anggaran daerah.

“Akan kita upayakn percepatan pembangunan inprastrukturnya, terutama pasilitas jalan yang harus dibenahi, tentunya dengan bertahap,” tandasnya

Saat ditanya terkait kedatangan orang asing yang membersihkan kawasan pantai tramena, azis menjawab, ya kita meski bersyukur ada orang asing yang mau membantu kita untuk membersihkan sampah disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar