Minggu, 12 Juni 2011

Wayang Kurang Diminati Anak-Anak

KESENIAN tradisional memang masih identik digemari oleh kalangan tua. Jarang ada anak muda atau pun anak-anak yang berminat menonton pertunjukan wayang. Apalagi memahami, mempelajari dan menguasai pewayangan. Misalnya menjadi dalang.

”Jarang ada yang mau. Keliatannya jarang ada ana-anak yang berminat terhadap wayang,” ujar Karte Manila Dadan Kuswara (15) menjawab Suara NTB apakah anak-anak sebayanya banyak yang menggemari wayang.

Laki-laki yang baru beranjak remaja yang akrab disapa Kuswara ini akan bertarung membawa nama NTB pada Festival Dalang Cilik di Jakarta pada bulan Juli mendatang. Kuswara memang baru belajar tentang wayang dan teknik menjadi dalang. Namun ia telah akrab dengan wayang sejak kecil karena ayahnya adalah seorang dalang wayang Sasak.

Ia sering menonton pertunjukan wayang yang dibawakan oleh dalang Lalu Nasib AR. ”Saya juga tertarik untuk mempelajari asal-usul dan jenis wayang Sasak,” jelas anak yang baru lulus SMP ini.

Tiga bulan belakangan ini ia sibuk menyiapkan diri dengan rutin mengikuti latihan empat kali seminggu untuk persiapan dalang cilik. Selain latihan dalang, ia juga mempersiapkan diri dengan rajin membaca naskah yang akan ia bawakan nanti yakni Negara Bangsinah.

Kuswara sempat meragukan kemampuan dirinya dan sempat tidak mau latihan lagi karena patah semangat. ”Karena saingannya banyak se-Indonesia. Apalagi bersaing dengan daerah-daerah di Jawa yang memang terkenal dengan wayang dan dalang-dalangnya. Namun banyak orang ang menyemangati agar saya jangan gampang menyerah,” urai remaja yang pernah menjuarai lomba bercerita Bahasa Sasak ini.

Kendala yang masih dihadapi remaja kelahiran 5 Mei 1996 ini ialah masih sulitnya memahami bahasa-bahasa pewayangan dan bagaimana menciptakan banyolan-banyolan tentang pendidikan. Biasanya pementasan wayang menghadirkan pesan-pesan melalui banyolan-banyolan agar pesannya bisa sampai kepada pendengar.

”Cara berperang wayang yang susah. Juga bagaimana mempersiapkan wayang mempersiapkan senjata. Ribet.” tambahnya. Sang ayah, Ki Ageng Sadarudin mengutarakan bahwa Kuswara telah menghafal dan memahami alur cerita. ”Tinggal bagaimana berimprovisasi,” ujar Sadaruddin.

Kuswara berharap, pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap keberadaan wayang Sasak. Apalagi sekarang ia menjadi wakil NTB dalam lomba berskala nasional. Ia berharap pemerintah memberi perhatian khususnya terkait pendanaan agar ia dan timnya lebih siap untuk bertarung di Jakarta nanti.

Bulan Oktober nanti, ia juga akan mengikuti Festival Dalang Remaja di Jakarta. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk regenerasi kesenian tradisional khususnya Wayang Sasak agar tidak mati digilas modernisasi. (yan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar