Senin, 09 Mei 2011

Eks NII Diduga Tersebar di NTB

Mataram (Suara NTB)
Sikap paranoid terhadap kelompok Negara Islam Indonesia (NII) agaknya beralasan, termasuk di NTB. Sebab ada dugaan alumni NII sudah menyebar juga di beberapa kabupaten dan kota. Namun masih diselidiki kaitan keberadaan mereka, apakah menyebarkan ajaran atau eks NII yang terpaksa keluar karena tidak tahan.

EG, salah satu alumni Brawijaya Malang ditemui di Mataram, Sabtu (7/5) mengaku pernah diculik kelompok yang dipastikan NII. Pada masa itu, di salah satu pegunungan di Malang, dirinya dihadapkan pada seorang trainner NII asal Jakarta. “Saya lalu diberikan pemahaman – pemahaman tentang logika Negara Islam,” tuturnya. Seperti proses perekrutan anggota NII lainnya, setelah diberikan doktrin, ada kewajiban berupa bai’at atau disumpah. Setelah dibai’at, dia kemudian diwajibkan membayar uang Rp 5 juta.

Namun diakui EG yang kini bekerja di perusahaan swasta, saat itu tidak sampai pada proses pembai’atan. Pemahaman – pemahaman yang diberikan seolah “mental” dengan logika berpikirnya. Sampai akhirnya dia bisa lepas dari jeratan kelompok NII. Namun tidak demikian dengan rekannya. “Teman saya itu sudah di bai’at bahkan sudah membayar sejumlah uang,” tuturnya.

Masa lalu itu meski sudah tidak membuatnya trauma, namun masih tetap diingatnya. Karena tidak sempat di bai’at, dirinya pun mustahil menyebarkan ajaran kelompok tersebut. “Saya konsen dengan pekerjaan saya sekarang,” ujar pria yang kini mengabdi di perusahaan swasta Jakarta untuk wilayah tugas NTB ini. Namun dia tidak menjamin dengan rekannya, eks NII lainnya. Saat ini rekannya itu bekerja di salah satu pondok pesantren di Lombok. Sepengetahuannya, ketika proses doktrinisasi, rekannya mengapresasi penyampaian si trainner. “Dia sekarang bekerja di pondok pesantren di Lombok. Tapi sepengetahuan saya dia hanya mengajar di sana,” tuturnya.

Sumber Suara NTB menyebutkan, sangat sulit melacak keberadaan NII, tapi disisi lain potensi keberadaanya cukup besar. “Saya masuk ke kampus-kampus, sementara ini belum ditemukan ada dugaan doktrin NII itu sudah masuk,” ujarnya. Namun diantara kampus itu, salah satunya masih dicurigai. Potensi ajaran NII masuk di dalamnya sangat besar, selain karena keberadaan organisasi internal kampus yang mengedepankan ajaran agama, juga jumlah mahasiswanya banyak. “Saya masih mencoba untuk menelusuri,” ujarnya. Salah satu kesulitan yang dihadapinya untuk melacak, karena NII ada tidak secara terstruktur, melainkan dalam model doktrin pemahaman dengan sasaran remaja yang baru tamat SMA atau yang baru semester pertama.

Merebaknya isu NII memang cukup santer belakangan ini. Keberadaan kelompok ini kemudian dikaitkan dengan sebuah yayasan. Demikian juga di NTB, juga diduga masuk dalam daerah penyebaran. Sedikit informasi yang diperoleh, personel NII telah masuk ke NTB. Bahkan kini telah melalui proses pemburuan aparat. Proses penangkapan tidak akan berlangsung di NTB, melainkan di luar daerah sambil menunggu moment yang tepat.

Selain EG dan rekannya, eks NII salah satunya adalah Mahatir Rizky (19), asal Kecamatan Woha Kabupaten Bima. Lazimnya orang yang pernah dirasuki ajaran ini, Rizky mengalami perubahan psikologis. Bahkan sekarang dalam kondisi linglung.

Ahmad Bahtiar, eks Camat NII Komandemen IX asal Surabaya, kini berbalik haluan menjadi konselor bagi korban kelompok itu. Setelah sadar bahwa itu semuanya salah, dia berusaha membuat banyak pihak bahwa ajaran NII itu sesat. “Sekarang modelnya sudah lain. Modusnya dengan menawarkan ajaran Islam, ujung ujungnya duit,” ujar Bahtiar kepada Suara NTB via Hanphone, Sabtu (7/5) lalu.

Kini, setelah berbalik arah, diirnya membuka blog untuk pengaduan masyarakat, sekaligus menyediakan link untuk penyadaran ajaran NII live 24 jam. Ada puluhan yang masuk dan mengadu, diantaranya yang menjadi korban langsung, ada juga orang tua mengaku kehilangan anaknya dan diduga menjadi korban penculikan kelompok sama. “Korban yang mengadu langsung itu dari NII Zaytun,” sebutnya. Curhat yang diterimanya dari korban, NII Zaytun menafsirkan ayat – ayat Al-Quran dengan seenaknya. Inilah menurutnya yang menjadi alasannya, NII menghalalkan segala cara. Ada proses yang diketahuinya, seperi ditaftis, bai’at hijrah, berani hijrah harta dan jiwa.

Korban mengaku takut keluar dari NII. Namun disarankannya agar menjadi pemberani, sebagaimana keberanian korban saat masuk menjadi anggota. “Niatkan dalam hati sedalam-dalamnya untuk keluar dari NII, ceritakan kepada keluarga dan teman- teman,” sarannya. Dari sekian banyak pengaduan itu, tidak bisa dipastikannya apakah ada yang berasal dari NTB. Sebab dari pelapor tidak melampirkan identitas dan alamat langsung, namanya pun diinisialkan. “Tapi bisa saja salah satunya ada, apalagi sekarang sudah ada satu korban si Mahatir Rizky,” sebutnya.

Kini sedikitnya 10 orang mengadukan anak dan anggota keluarganya hilang. Salah satunya Ananda Forest Guhareza alias Reza. Dia diduga menjadi korban penculikan NII dari kampusnya Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB). “Dia terakhir pulang tanggal 5 Februari 2011. Waktu itu sempat berdebat dengan orang tuanya soal Tuhan. Reza mengaku percaya dengan Tuhan, namun mempertanyakan apakah Allah kah Tuhan itu,” kenangnya.

Kabid Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Husein yang dikonfirmasi sebelumnya, belum bisa memastikan keberadaan NII di NTB. Kendati demikian, dengan mengedepankan fungsi intelijen, tetap ada kegiatan pengintaian. Apalagi pekan lalu sudah digelar apel besar untuk siaga I, salah satunya antisipasi penyebaran NII di NTB. “Itu menjadi pekerjaan intelijen,” sebutnya. Selain Rizky, adakah alumni NII lainnya? Sukarman belum mendapat informasi detail. Dirinya hanya mengetahui keberadaan Rizky asal Bima, eks NII Malang. Keberadaan Rizky pun hingga kini masih dalam pantauannya, baik secara langsung atau melalui keluarganya. (ars)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar