Lombok Utara - Salah satu tradisi lempar uang logam pada saat acara ngurisan atau potong rambut bagi bayi yang baru lahir khususnya di beberap daerah di Pulau Lombok, hingga saat masih tetap dilestarikan.
Uang logam lima ratusan rupiah ini biasanya dicampur dengan segenggam beras dan parutan kepala serta kunyit, kemudian ditaruh pada sebuah tempat seperti piring. Dan pada saat acara ngurisan, yang diiringi dengan pembacaan shalawat Nabi, uang logam inipun dilempar kepada warga atau anak-anak kecil yang sudah siap memungutnya.
Sebagian orang tua meyakini, bahwa hasil pungutan pada saat acara ngurisan bila dibawa berjualan, dagangannya akan cepat laku atau laris.
Tradisi seperti ini, masih tetap lesatri di tengah-tengah masyarakat, karena dengan membuang uang, kemudian dipungut oleh anak-anak ataupun ibu-ibu, bertujuan, agar bayi yang dipotong rombutnya menjadi orang yang pemurah atau rajin bersedekah yang sekaligus membuang sial. Wallahu'alam.
“Ini adalah tradisi yang berlangsung secara turun temurun dari nenek moyang kita, jadi kita perlu pertahankan”, uangkap Sumi salah seorang ibu setengah baya yang biasa membantu warga melahirkan atau sebagai dukun beranak terlatih. (Ari)
Uang logam lima ratusan rupiah ini biasanya dicampur dengan segenggam beras dan parutan kepala serta kunyit, kemudian ditaruh pada sebuah tempat seperti piring. Dan pada saat acara ngurisan, yang diiringi dengan pembacaan shalawat Nabi, uang logam inipun dilempar kepada warga atau anak-anak kecil yang sudah siap memungutnya.
Sebagian orang tua meyakini, bahwa hasil pungutan pada saat acara ngurisan bila dibawa berjualan, dagangannya akan cepat laku atau laris.
Tradisi seperti ini, masih tetap lesatri di tengah-tengah masyarakat, karena dengan membuang uang, kemudian dipungut oleh anak-anak ataupun ibu-ibu, bertujuan, agar bayi yang dipotong rombutnya menjadi orang yang pemurah atau rajin bersedekah yang sekaligus membuang sial. Wallahu'alam.
“Ini adalah tradisi yang berlangsung secara turun temurun dari nenek moyang kita, jadi kita perlu pertahankan”, uangkap Sumi salah seorang ibu setengah baya yang biasa membantu warga melahirkan atau sebagai dukun beranak terlatih. (Ari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar