Jumat, 15 April 2011

Kementerian Agama NTB, Budayakan Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji

Mataram - Sejak 27 Februari 2011, Kementerian Agama RI telah mencanangkan di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) gerakan masyarakat maghrib mengaji. Karenanya diminta kepada semua orang tua, antar waktu Maghrib dan Isya jangan sampai ada anak yang tidak mengaji.
Harapan tersebut dikemukakan Kepala Kementerian Agama Kanwil NTB, HL. Suhaimi Ismi. Menurutnya, bila anak-anak dibiarkan tidak mengaji pada waktu magrib, maka dikhawatirkan akan banyak anak-anak yang tidak bisa membaca Al-Qur'an.
“Dimanapun anak-anak itu sekolah entah itu di pondok pesantren, SMP, SMA dan lainnya, jangan sampai anak itu tidak bisa membaca Al-Qur'an. Namun bila gerakan ini tidak dipaksakan, tentu akan sulit berjalan. Jadi budaya magrib mengaji ini perlu dibangkitkan, jangan sampai kita kalah dengan televisi”, tegasnya.
Menyoroti acara televisi belakangan ini, HL. Suaimi mengakui, antar waktu magrib dan isya', hampir semua acara televisi menayangkan sinetron atau filem yang disukai anak-anak, sehingga banyak anak yang enggan belajar mengaji. “Ini merupakan cobaan bagi kita orang tua, bila anak-anak itu tidak dipaksakan mengaji, maka tentu mereka tidak akan bisa membaca Al-Qur'an serta ilmu agama lainnya.”, jelas Suhaimi.
“Jangan harap anak itu akan menjadi anak yang shaleh, bila waktu magrib tidak diisi dengan belajar mengaji agama, lebih-lebih di sekolah sekarang ini pelajaran agamanya hanya dua jam per minggu. Jadi jangan sampai kita dijajah oleh acara-acara televisi”, tambahnya.
Di provinsi Aceh, lanjut Suhaimi, pemerintah telah mengeluarkan Perda tentang larangan menghidupkan televisi antar waktu magrib dan isya. Kalau kita di NTB memang tidak dilarang menghidupkan TV, namun sebagai orang tua perlu menyadari akan pentingnya bagi anak-anak belajar ilmu agama.
Lebih lanjut, Suhaimi memberi contoh, datangnya peringatan Allah kepada umatnya, seperti sekarang ini datangnya ulat bulu yang sudah melanda beberapa daerah di Indoensia, yang semua berawal dari pulau Jawa, lalu ke Bali dan bahkan sekarang sudah di Lombok.
“Inilah teguran dari yang Maha Kuasa, dan cara untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan iman dan taqwa serta do'a kita kepada Allah”, pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar