Sumbawa Besar - Gempa berkekuatan 6,6 Skala Richter (SR) mengguncang NTB Jumat (11/3) sekitar 00.08.36 Wita. Pusat gempa berada di posisi 7.12 Lintang Selatan (LS), 116,85 BT Bujur Timur (BT) atau 165 Kilometer barat laut Sumbawa Besar. Tidak ada korban jiwa maupun luka-luka serta kerusakan rumah maupun fasilitas umum akibat gempa tersebut. Namun dampak lain, sebagian warga yang berada di pesisir Pulau Sumbawa panik dan mengungsi. Mereka khawatir, menyusul informasi adanya tsunami , dampak gempa berkekuatan 8,9 SR yang mengguncang Jepang.
Seperti yang dialami sebagian warga Desa Bajo, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. Menurut Kepala Desa Bajo, Hanan MT, akibat gempa terutama gempa di Jepang yang dikabarkan menimbulkan tsunami sampai ke Indonesia ( termasuk Sumbawa) membuat warganya panik. ‘’Memang warga kami sebagian besar berada di pesisir pantai. Sebagian dari mereka panik dan memilih mengungsi ke Utan (wilayah yang lebih tinggi),’’ jelasnya kepada Suara NTB yang menghubunginya via HP, Jumat (11/3) malam kemarin.
Menyadari warganya panik, Kades Bajo termasuk Camat Utan, Tajuddin, SH langsung turun ke lapangan mendatangi warganya. ‘’Saya sekarang berada di Desa Bajo. Saya mendengar warga kami panik, khawatir dampak tsunami Jepang yang disiarkan lewat televisi,’’ jelasnya. Tajuddin katanya, sengaja menunggu hingga pukul 19.35 Wita baru turun ke Bajo, mengingat informasi yang diperoleh dari BMKG bahwa pada jam itu batas akhir pemberitahuan dampak tsunami. ‘’ Informasi terakhir yang kami terima, peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa di Jepang dinyatakan telah berakhir di seluruh Indonesia,’’ katanya.
Karena itu, ia mengimbau warga untuk tidak panik lagi. ‘’Warga yang meninggalkan Desa Bajo, kami imbau untuk kembali,’’ pesannya.
Dampak tsunami Jepang tak hanya membuat panik warga di Pulau Sumbawa. Informasi tsunami Jepang yang katanya berdampak ke Indonesia juga membuat warga Kota Mataram dan sekitarnya panik. Warga yang berada di kawasan pinggir pantai juga memilih menjauhi pantai dan mengungsi.
Juaini dan keluarganya yang tinggal di sekitar Pantai Tanjung Karang sudah mengungsi sejak sore hari. Juaini tinggal tak jauh dari pantai memilih mengungsi ke tempat saudaranya di Gerung. Ia harus berjaga-jaga, karena khawatir dampak tsunami Jepang yang sampai ke Lombok.
Menanggapi kepanikan warga, Gubernur NTB, Dr.TGH.M.Zainul Majdi, MA meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga harus tetap bersikap waspada dan mempersiapkan diri terhadap sejumlah kemungkinan bencana yang bisa datang. Aparatur yang bertanggungjawab dalam menanggulangi dampak bencana sudah disiagakan.
Demikian keterangan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, MA, ketika dimintai konfirmasi soal kepanikan yang sempat melanda masyarakat NTB menyusul terjadinya gempa dan tsunami di Jepang, Jumat (11/3) kemarin.
Kepanikan melanda masyarakat NTB setelah sejumlah media elektronik memberitakan soal kemungkinan adanya dampak tsunami Jepang ke sejumlah daerah di Indonesia. Pukul 00.08 dini hari kemarin, sebuah gempa berkekuatan 6,6 skala richter juga sempat mengguncang NTB.
Informasi resmi yang dikirimkan Kepala BMG Mataram, AA. Gde Trikumara, menyebutkan adanya peringatan kemungkinan tsunami untuk daerah Irian Jaya (Irja), Maluku Utara (Malut), Papua dan Sulawesi Utara (Sulut).
Meski informasi resmi BMG menyebutkan demikian, namun masyarakat NTB tetap merasakan kecemasan akan ancaman tsunami tersebut. Kondisi ini diperburuk dengan menyebarnya pesan singkat yang berisi prediksi datangnya gempa dan tsunami yang tidak sesuai dengan informasi aslinya.
Menanggapi kondisi ini, Gubernur meminta masyarakat tetap tenang namun juga memasang kewaspadaan akan adanya ancaman bencana. Gubernur mengakui bahwa NTB memang berada di daerah pertemuan lempeng bumi. Karenanya, NTB juga tetap bisa dilanda gempa. “Sebaiknya masyarakat tetap tenang, tapi waspada,” ujarnya.
Mengenai langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah daerah, Gubernur menegaskan bahwa ia telah menyiagakan aparatur penanggulangan bencana di NTB. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) selaku aparatur yang menjadi leading sector dari urusan ini juga dimintanya terus berkoordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk pemerintah pusat.
“Jadi BPPD saya minta terus koordinasi. Dengan pusat, juga melalui BNPB dan dari jalur Kementerian Dalam Negeri, yaitu Direktur Penanggulangan Bencana. Di tingkat daerah juga ada koordinasi yang terus berlangsung antara BPPD dengan Dinas Perhubungan,” ujarnya. Untuk mengantisipasi merebaknya informasi yang keliru, pihaknya juga mendorong sosialisasi lewat radio – radio yang ada.
Sosialisasi ditujukan untuk menyampaikan imbauan kesiagaan, khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir. Imbauan kewaspadaan penting karena berdasarkan polanya, potensi (gempa) di Indonesia timur bersifat rambatan.
Mengenai kesiapan logistik jika terjadi bencana gempa atau tsunami di NTB, Gubernur menegaskan bahwa BPPD sudah memiliki cukup banyak logistik. “Tapi Insya Allah, Allah SWT melindungi kita. Paling tidak masyarakat kita, kita berikan pemahaman bahwa memang ada potensi itu, khususnya untuk wilayah pesisir. Tapi masyarakat juga tidak boleh panik, harus tetap tenang,” harap Gubernur.
Terkait ancaman tsunami ada hubungannya dengan gempa 6,6 SR yang mengguncang NTB Jumat pagi kemarin, Kepala BMKG Bandara Selaparang membatahnya. ‘’ Tidak ada hubungannya. Karena wilayah kita berada di lempeng yang berbeda dengan Jepang,’’ terang Trikumara.
Informasi terakhir yang diperoleh Suara NTB dari BMKG Bandara Selaparang pukul 21.00 Wita bahwa peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa di Jepang untuk seluruh Indonesia telah berakhir. Sebelum peringatan dicabut menurut Trikumara, gelombang tsunami di Indonesia terdeteksi di Bitung pada pukul 18.50 WIB dengan ketinggian 0,1 meter dan di Halmahera pada pukul 19.05 WIB dengan tinggi 0,1 meter. (arn/049/aan/nia)Suara NTB
Seperti yang dialami sebagian warga Desa Bajo, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. Menurut Kepala Desa Bajo, Hanan MT, akibat gempa terutama gempa di Jepang yang dikabarkan menimbulkan tsunami sampai ke Indonesia ( termasuk Sumbawa) membuat warganya panik. ‘’Memang warga kami sebagian besar berada di pesisir pantai. Sebagian dari mereka panik dan memilih mengungsi ke Utan (wilayah yang lebih tinggi),’’ jelasnya kepada Suara NTB yang menghubunginya via HP, Jumat (11/3) malam kemarin.
Menyadari warganya panik, Kades Bajo termasuk Camat Utan, Tajuddin, SH langsung turun ke lapangan mendatangi warganya. ‘’Saya sekarang berada di Desa Bajo. Saya mendengar warga kami panik, khawatir dampak tsunami Jepang yang disiarkan lewat televisi,’’ jelasnya. Tajuddin katanya, sengaja menunggu hingga pukul 19.35 Wita baru turun ke Bajo, mengingat informasi yang diperoleh dari BMKG bahwa pada jam itu batas akhir pemberitahuan dampak tsunami. ‘’ Informasi terakhir yang kami terima, peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa di Jepang dinyatakan telah berakhir di seluruh Indonesia,’’ katanya.
Karena itu, ia mengimbau warga untuk tidak panik lagi. ‘’Warga yang meninggalkan Desa Bajo, kami imbau untuk kembali,’’ pesannya.
Dampak tsunami Jepang tak hanya membuat panik warga di Pulau Sumbawa. Informasi tsunami Jepang yang katanya berdampak ke Indonesia juga membuat warga Kota Mataram dan sekitarnya panik. Warga yang berada di kawasan pinggir pantai juga memilih menjauhi pantai dan mengungsi.
Juaini dan keluarganya yang tinggal di sekitar Pantai Tanjung Karang sudah mengungsi sejak sore hari. Juaini tinggal tak jauh dari pantai memilih mengungsi ke tempat saudaranya di Gerung. Ia harus berjaga-jaga, karena khawatir dampak tsunami Jepang yang sampai ke Lombok.
Menanggapi kepanikan warga, Gubernur NTB, Dr.TGH.M.Zainul Majdi, MA meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga harus tetap bersikap waspada dan mempersiapkan diri terhadap sejumlah kemungkinan bencana yang bisa datang. Aparatur yang bertanggungjawab dalam menanggulangi dampak bencana sudah disiagakan.
Demikian keterangan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, MA, ketika dimintai konfirmasi soal kepanikan yang sempat melanda masyarakat NTB menyusul terjadinya gempa dan tsunami di Jepang, Jumat (11/3) kemarin.
Kepanikan melanda masyarakat NTB setelah sejumlah media elektronik memberitakan soal kemungkinan adanya dampak tsunami Jepang ke sejumlah daerah di Indonesia. Pukul 00.08 dini hari kemarin, sebuah gempa berkekuatan 6,6 skala richter juga sempat mengguncang NTB.
Informasi resmi yang dikirimkan Kepala BMG Mataram, AA. Gde Trikumara, menyebutkan adanya peringatan kemungkinan tsunami untuk daerah Irian Jaya (Irja), Maluku Utara (Malut), Papua dan Sulawesi Utara (Sulut).
Meski informasi resmi BMG menyebutkan demikian, namun masyarakat NTB tetap merasakan kecemasan akan ancaman tsunami tersebut. Kondisi ini diperburuk dengan menyebarnya pesan singkat yang berisi prediksi datangnya gempa dan tsunami yang tidak sesuai dengan informasi aslinya.
Menanggapi kondisi ini, Gubernur meminta masyarakat tetap tenang namun juga memasang kewaspadaan akan adanya ancaman bencana. Gubernur mengakui bahwa NTB memang berada di daerah pertemuan lempeng bumi. Karenanya, NTB juga tetap bisa dilanda gempa. “Sebaiknya masyarakat tetap tenang, tapi waspada,” ujarnya.
Mengenai langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah daerah, Gubernur menegaskan bahwa ia telah menyiagakan aparatur penanggulangan bencana di NTB. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) selaku aparatur yang menjadi leading sector dari urusan ini juga dimintanya terus berkoordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk pemerintah pusat.
“Jadi BPPD saya minta terus koordinasi. Dengan pusat, juga melalui BNPB dan dari jalur Kementerian Dalam Negeri, yaitu Direktur Penanggulangan Bencana. Di tingkat daerah juga ada koordinasi yang terus berlangsung antara BPPD dengan Dinas Perhubungan,” ujarnya. Untuk mengantisipasi merebaknya informasi yang keliru, pihaknya juga mendorong sosialisasi lewat radio – radio yang ada.
Sosialisasi ditujukan untuk menyampaikan imbauan kesiagaan, khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir. Imbauan kewaspadaan penting karena berdasarkan polanya, potensi (gempa) di Indonesia timur bersifat rambatan.
Mengenai kesiapan logistik jika terjadi bencana gempa atau tsunami di NTB, Gubernur menegaskan bahwa BPPD sudah memiliki cukup banyak logistik. “Tapi Insya Allah, Allah SWT melindungi kita. Paling tidak masyarakat kita, kita berikan pemahaman bahwa memang ada potensi itu, khususnya untuk wilayah pesisir. Tapi masyarakat juga tidak boleh panik, harus tetap tenang,” harap Gubernur.
Terkait ancaman tsunami ada hubungannya dengan gempa 6,6 SR yang mengguncang NTB Jumat pagi kemarin, Kepala BMKG Bandara Selaparang membatahnya. ‘’ Tidak ada hubungannya. Karena wilayah kita berada di lempeng yang berbeda dengan Jepang,’’ terang Trikumara.
Informasi terakhir yang diperoleh Suara NTB dari BMKG Bandara Selaparang pukul 21.00 Wita bahwa peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa di Jepang untuk seluruh Indonesia telah berakhir. Sebelum peringatan dicabut menurut Trikumara, gelombang tsunami di Indonesia terdeteksi di Bitung pada pukul 18.50 WIB dengan ketinggian 0,1 meter dan di Halmahera pada pukul 19.05 WIB dengan tinggi 0,1 meter. (arn/049/aan/nia)Suara NTB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar