Lombok Utara - Setiap memasuki bulan Rabiul Awal, hampir semua jama’ah masjid dan musalla di Pulau Lombok memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. yang dikenal dengan sebutan “Maulid Nabi”. Berbagai kegiatan keagamaanpun digelar, yang pada puncak acaranya diisi dengan ceramah dari para ulama atau ustazd.
Namun suasana yang sedikit berbeda adalah peringatan maulid secara adat wetu telu yang dilaksanakan oleh komunitas adat Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Kegiatan yang diawali dengan acara menutu pare oleh para perempuan adat, juga pada malam 15 Rabiul awal diisi dengan acara tradisional yaitu “Perisaian” dan diakhiri dengan acara puncak mengiring praja mulud ke masjid kuno Bayan.
Dalam kegiatan ritual maulid adat, semua komunitas ikut berpartisipasi dan saling bahu membahu memberikan sesuatu sekemampuannya untuk prosesi adat. Ada yang menymbang kambing, ayam dan lainnya untuk dipotong pada puncak acara. Maulid adat inilah sebagai wahana perekat komunitas yang ada di Kecamatan Bayan.
Seandainya ada persoalan, semuanya akan dilupakan oleh para tokoh adat baik yang berasal dari Desa Bayan, Karang Bajo, Loloan, Sukadana maupun dari desa-desa lainnya. Karena pada peringatan mauli d adat ini, mereka menyatu dalam proses ritualnya. “Antar tokoh adat Karang Bajo, Bayan, Loloan maupun dari desa lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan”, kata H. Amir Itrawati pada sebuah kesempatan.
Dalam pelaksanaan ritual adat,lanjut H. Amir para pemangku, mak lokak dan tokoh adat di Bayan tidak bisa berdiri sendiri, lebih-lebih pada pelaksanaan maulid adat semua komunitas adat harus terlibat. “Dan bila ada perbedaan pendapat maka semuanya bisa diselesaikan melalui gundem (pertemuan) di Bencingah Bayan Agung”, katanya.
Datu Artadi, salah seorang tokoh adat Lombok Utara menyebutkan, bahwa Bayan merupakan pusat adat dan budaya yang pada zaman dahulu merupakan salah satu nama kerajaan yang terkenal di Pulau Lombok, dan di Bayan inilah pusat pemerintahan paer daya. “Jadi jika bicara adat di Lombok Utara tentu kita akan lebih dulu bicara tentang Bayan”, kata tokoh setengah baya ini.
Dalam acara ritual maulid adat, menurut Datu Artadi, semua prosesnya memiliki makna secara filosofis, seperti perisaian yang dilaksanakan pada malam tanggal 15 Rabiul Awal di halaman beberapa masjid kuno yang ada di Lombok Utara itu menandakan, bahwa bagaimana Rasulullah Saw. menggembleng umatnya untuk mengahadapi perang Badar dan Uhud. “Jadi semua yang dilakukan pada mauled adat Bayan itu memiliki makna secara filosofis”, tegasnya.
Memang, timpal salah seorang tokoh dari Desa Sesait Kecamatan Kayangan, kita yang berasal dari Dayan Gunung seringkali dikatakan ketinggalan jaman oleh orang luar, tanpa mau mempelajari apa makna dari prosesi adat yang kita laksanakan.
Maulid adat pada tahun 2011 ini akan diselenggarakan pada 18-19 Februari mendatang yang dipusatkan di masjid kuno Bayan. Kendati demikian, kesibukan komunitas adat, sudah mulai tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad Saw yang akan dilaksanakan secara adat.
Satu hal yang tetap dipegang teguh oleh komunitas adat dalam melaksanakan berbagai ritual adat, yaitu ringan sama dijinjing dan berat sama dipikul. Artinya berapapun biaya proses ritual adat, bila bersama-sama akan menjadi ringan, sehingga dalam menyumbangkan sesuatu untuk kepentingan adat, mereka tidak pernah berhitung secara matematika. Dapat dikatakan bahwa maulid adat Bayan dan ritual adat lainya sebagai wahana perekat komunitas Dayan Gunung.
Namun suasana yang sedikit berbeda adalah peringatan maulid secara adat wetu telu yang dilaksanakan oleh komunitas adat Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Kegiatan yang diawali dengan acara menutu pare oleh para perempuan adat, juga pada malam 15 Rabiul awal diisi dengan acara tradisional yaitu “Perisaian” dan diakhiri dengan acara puncak mengiring praja mulud ke masjid kuno Bayan.
Dalam kegiatan ritual maulid adat, semua komunitas ikut berpartisipasi dan saling bahu membahu memberikan sesuatu sekemampuannya untuk prosesi adat. Ada yang menymbang kambing, ayam dan lainnya untuk dipotong pada puncak acara. Maulid adat inilah sebagai wahana perekat komunitas yang ada di Kecamatan Bayan.
Seandainya ada persoalan, semuanya akan dilupakan oleh para tokoh adat baik yang berasal dari Desa Bayan, Karang Bajo, Loloan, Sukadana maupun dari desa-desa lainnya. Karena pada peringatan mauli d adat ini, mereka menyatu dalam proses ritualnya. “Antar tokoh adat Karang Bajo, Bayan, Loloan maupun dari desa lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan”, kata H. Amir Itrawati pada sebuah kesempatan.
Dalam pelaksanaan ritual adat,lanjut H. Amir para pemangku, mak lokak dan tokoh adat di Bayan tidak bisa berdiri sendiri, lebih-lebih pada pelaksanaan maulid adat semua komunitas adat harus terlibat. “Dan bila ada perbedaan pendapat maka semuanya bisa diselesaikan melalui gundem (pertemuan) di Bencingah Bayan Agung”, katanya.
Datu Artadi, salah seorang tokoh adat Lombok Utara menyebutkan, bahwa Bayan merupakan pusat adat dan budaya yang pada zaman dahulu merupakan salah satu nama kerajaan yang terkenal di Pulau Lombok, dan di Bayan inilah pusat pemerintahan paer daya. “Jadi jika bicara adat di Lombok Utara tentu kita akan lebih dulu bicara tentang Bayan”, kata tokoh setengah baya ini.
Dalam acara ritual maulid adat, menurut Datu Artadi, semua prosesnya memiliki makna secara filosofis, seperti perisaian yang dilaksanakan pada malam tanggal 15 Rabiul Awal di halaman beberapa masjid kuno yang ada di Lombok Utara itu menandakan, bahwa bagaimana Rasulullah Saw. menggembleng umatnya untuk mengahadapi perang Badar dan Uhud. “Jadi semua yang dilakukan pada mauled adat Bayan itu memiliki makna secara filosofis”, tegasnya.
Memang, timpal salah seorang tokoh dari Desa Sesait Kecamatan Kayangan, kita yang berasal dari Dayan Gunung seringkali dikatakan ketinggalan jaman oleh orang luar, tanpa mau mempelajari apa makna dari prosesi adat yang kita laksanakan.
Maulid adat pada tahun 2011 ini akan diselenggarakan pada 18-19 Februari mendatang yang dipusatkan di masjid kuno Bayan. Kendati demikian, kesibukan komunitas adat, sudah mulai tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad Saw yang akan dilaksanakan secara adat.
Satu hal yang tetap dipegang teguh oleh komunitas adat dalam melaksanakan berbagai ritual adat, yaitu ringan sama dijinjing dan berat sama dipikul. Artinya berapapun biaya proses ritual adat, bila bersama-sama akan menjadi ringan, sehingga dalam menyumbangkan sesuatu untuk kepentingan adat, mereka tidak pernah berhitung secara matematika. Dapat dikatakan bahwa maulid adat Bayan dan ritual adat lainya sebagai wahana perekat komunitas Dayan Gunung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar