Senin, 07 Maret 2011

Bupati KLU Aprisasiasi Kelestarian Adat dan Budaya

Lombok Utara - Bupati Lombok Utara, H. Djohan Sjamsu, SH, mengapresiasi kegiatan kelestarian adat dan budaya, karena merupakan salah satu kearifan lokal yang perlu dipertahankan dalam rangka mengantisipasi pengaruh budaya asing.

Hal tersebut dikemukakan dalam sambutannya pada acara peletakan bartu pertama pembangunan fasilitas fisik pusaka “Sebaya Tanta” di Gubug Adat Karang Bajo, Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan, 7/3.

Orang tua kita dulu, tentu meninggalkan warisan budaya yang berlangsung secara terus menerus segingga menjadi adat bagi generasi penerus. Karenanya, budaya yang bagus agar dipelihara dan dikembangkan untuk anak cucu kedepan.

“Saya yakin para orang tua kita di Karang Bajo sudah paham seluruh aspek yang berkaitan dengan budaya yang ada”, jelasnya.

Berkaitan dengan kelestarian budaya, khususnya bangunan fisik yang memamfaatkan limbah batu apung, yang mungkin selama ini kita buang, perlu kita pelajari terutama proses pemamfataannya untuk kepentingan pembangunan di KLU.

“Generasi penerus kita bisa menimba ilmu dari semua prosesi pemamfaatan limbah batu apung ini untuk kepentingan pembangunan di daerah kita”, katanya.

Dijelaskan, bila budaya kita ini, bisa ditanamkan kepada anak-anak sebagai generasi penerus untuk membentengi mereka dari pengaruh budaya asing, tentu sangat bagus, lebih-lebih budaya yang berkembang di Bayan ketat dengan adat yang patut dipelihara dan dipertahankan dalam rangka mengantisipasi budaya asing yang datang bertubi-tubi.

Lebih-lebih belakangan ini, perkembangan teknologi diera globalisasi semakin canggih yang dapat membawa dampak positif maupun negatif.

Disisi lain, Bupati juga menyoroti keindahan alam yang dimiliki KLU. Dan hal ini juga diakui oleh beberapa pejabat yang pernah berkunjung ke Dayan Gunung. Sebut saja seperti di Gili, kalau dulu harga lahannya sangat murah, namun setelah menjadi daerah parisiwisata, harganya meningkat tajam hingga mencapai Rp. 150 juta per are.

Bupati mengajak warga KLU untuk memelihara alam lingkungan yang kita miliki dengan baik. Jangan sampai kita menebang pohon-pohon pelindung dan memiliki sumber mata air, hanya menuruti keinginan sesaat. “Sebab bila pohon-pohon yag ada ditebang, lama-kelamaan hutan kita akan menjadi gundul yang menyebabkan longsor dan banjir”, tegasnya.

Di hutan adat, lanjut Bupati, tetap lestari, karena awig-awig (aturan adat) ditegakkan. Dan seandainya, semua hutan ini menjadi hutan adat, maka akan amanlah lingkungan kita. Selain itu, beberapa pantai di KLU juga sudah mengalami abrasi, yang bila kita sebagai khalifah tidak menjaganya tentu lama-kelamaan akan habis terkikis.

Diakhir sambutannya, Bupati meminta untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan guna membangun KLU. “Bila saya salah sebagai bupati, silahkan ditegur, dan bila benar, dukunglah”, pintanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar