Lombok Utara - Dusun Leong di Lombok Utara menyimpan potensi perkebunan yang melimpah, namun untuk datang ke tempat itu sulit dilalui kendaraan roda empat mengingat kondisi jalan yang parah. Tempat ini kaya dengan potensi perkebunan seperti kakao, kopi, cengkeh dan kelapa. Potensi yang besar ini ternyata tak didukung dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai, sehingga angkutan yang beroperasi hanya kendaraan ojek.
Hampir tiap hari ojek mangkal di Tenangga. Mereka mengangkut penumpang dan barang ke Leong yang berjarak sekitar 3 Km. Ongkos ojek tergolong tinggi, sebesar Rp 15 ribu per orang. Ini belum termasuk ongkos angkut barang. Semakin banyak barang yang diangkut, ongkosnya makin mahal.
Kades Tegal Maja, Bobi Rahman di kediamannya, Minggu (6/3) kemarin menerangkan kendaraan yang bisa ke Leong saat ini hanya roda dua. Dibanding dengan jaraknya memang ongkosnya tak sebanding, tapi karena kondisi jalan yang dilalui rusak berat, pengguna jalan tak mempermasalahkan ongkos ojek Rp 15 ribu per orang.
Keinginan warga agar jalan ke Leong diperbaiki cukup beralasan, mengingat di tempat itu kaya dengan potensi perkebunan. Kendati Bobi tak memiliki data produksi hasil perkebunan setiap tahun, namun ia memperkirakan produksi perkekbunan sangat membantu perekononiam masyarakat Leong dan sekitarnya.
‘’Warga tak mempermasalahkan soal ongkos angkutan karena jalan yang dilalui masih rusak,’’jelas Bobi.
Beberapa warga berharap jalan ke Leong secepatnya diperbaiki guna memperlancar arus kendaraan ke tempat itu. Apalagi, Leong terkenal dengan potensi perkebunan perlu mendapat perhatian pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU). Menurut Bobi, memang ada rencana pemerintah KLU akan meningkatkan jalan ke Leong tahun ini, hanya saja ia tak tahu kapan rencana itu dilaksanakan.
Kepala Dinas PU Pertambangan dan Energi KLU Ir. Ali Ansari yang dihubungi membenarkan jalan jurusan Tenangga yang Leong akan ditingkatkan tahun ini. Tapi, ia tak ingat berapa dana yang dialokasikan untuk peningkatan jalan tersebut. (051/suarantb)
Hampir tiap hari ojek mangkal di Tenangga. Mereka mengangkut penumpang dan barang ke Leong yang berjarak sekitar 3 Km. Ongkos ojek tergolong tinggi, sebesar Rp 15 ribu per orang. Ini belum termasuk ongkos angkut barang. Semakin banyak barang yang diangkut, ongkosnya makin mahal.
Kades Tegal Maja, Bobi Rahman di kediamannya, Minggu (6/3) kemarin menerangkan kendaraan yang bisa ke Leong saat ini hanya roda dua. Dibanding dengan jaraknya memang ongkosnya tak sebanding, tapi karena kondisi jalan yang dilalui rusak berat, pengguna jalan tak mempermasalahkan ongkos ojek Rp 15 ribu per orang.
Keinginan warga agar jalan ke Leong diperbaiki cukup beralasan, mengingat di tempat itu kaya dengan potensi perkebunan. Kendati Bobi tak memiliki data produksi hasil perkebunan setiap tahun, namun ia memperkirakan produksi perkekbunan sangat membantu perekononiam masyarakat Leong dan sekitarnya.
‘’Warga tak mempermasalahkan soal ongkos angkutan karena jalan yang dilalui masih rusak,’’jelas Bobi.
Beberapa warga berharap jalan ke Leong secepatnya diperbaiki guna memperlancar arus kendaraan ke tempat itu. Apalagi, Leong terkenal dengan potensi perkebunan perlu mendapat perhatian pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU). Menurut Bobi, memang ada rencana pemerintah KLU akan meningkatkan jalan ke Leong tahun ini, hanya saja ia tak tahu kapan rencana itu dilaksanakan.
Kepala Dinas PU Pertambangan dan Energi KLU Ir. Ali Ansari yang dihubungi membenarkan jalan jurusan Tenangga yang Leong akan ditingkatkan tahun ini. Tapi, ia tak ingat berapa dana yang dialokasikan untuk peningkatan jalan tersebut. (051/suarantb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar