Mataram – Berdasarkan data Departemen Kesehatan, dalam kurun waktu terakhir terdata NTB berada dalam posisi 10 besar daerah yang warganya banyak mengalami gangguan jiwa. Ribuan warga yang terindikasi terkena gangguan jiwa, didominasi masyarakat tidak mampu alias miskin.
Indikasi itu diperkuat hasil riset pihak terkait yang menyebutkan, sekitar 1 persen atau kurang lebih 4 ribu orang dari seluruh warga NTB mengalami gangguan jiwa berat, 12 persen lebih diantaranya gangguan jiwa ringan.
Demikian disampaikan Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) NTB, dr. Elly Rosila Wijaya, SpKj, Selasa (1/2) kemarin. Dikatakan, hasil riset itu menjadi salah satu acuan bahwa angka gangguan jiwa di NTB cukup tinggi dan mendominasi masyarakat yang mengalami gangguan jiwa adalah masyarakat ekonomi lemah dan terjerat kamiskinan.
Jika mengacu pada hasil riset itu, dari total 4 ribu lebih masyarakat NTB yang mengalami gangguan jiwa, 70 persen diantaranya diperkirakan dialami masyarakat miskin. Hal itu katanya bisa dibuktikan dari banyaknya masyarakat miskin yang menjadi pasien RSJ. ‘’Dari 100 pasien lebih di RSJ 70 persen diantaranya pasien Jamkesmas, artinya sebagian besar pasien berasal dari masyarakat miskin,’’ katanya.
Disebutkan, berdasarkan data di RSJ, sepanjang tahun 2010 jumlah pasien atau angka pemanfaatan tempat tidur mengalami peningkatan. Dari total jumlah 100 tempat tidur, sekiktar 70-80 tempat tidur terpakai setiap hari atau sekitar 70-75 persen.
Menurutnya, masyarakat ekonomi lemah memang lebih cenderung dan rentan terkena gangguan jiwa. Pasalnya, permasalahan ekonomi merupakan permasalahan kompleks dan bisa menjadi sumber berbagai permasalahan. Salah satu contoh katanya, di RSJ menangani lebih banyak pasien yang mengalami gangguan jiwa akibat ketidakmampuannya memebuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, sarana dan persarana serta kebutunan hidupnya.
‘’Ada juga pasien remaja yang mengalami gangguan jiwa karena dia tidak dibelikan motor orang tuanya,’’ ujarnya. Sejauh ini, masyarakat yang mengalami gangguan jiwa merata di seluruh daerah NTB. Pihaknya belum memetakan secara pasti daerah yang menjadi kantong gangguan jiwa.
Untuk itu katanya, ke depan ia akan membuat salah satu program pembinaan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memperhatikan kesehatan kejiwaan. Sejauh ini memang perhatian pemerintah dalam memperhatikan masalah gangguan jiwa belum menjadi prioritas. (her) SN
Indikasi itu diperkuat hasil riset pihak terkait yang menyebutkan, sekitar 1 persen atau kurang lebih 4 ribu orang dari seluruh warga NTB mengalami gangguan jiwa berat, 12 persen lebih diantaranya gangguan jiwa ringan.
Demikian disampaikan Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) NTB, dr. Elly Rosila Wijaya, SpKj, Selasa (1/2) kemarin. Dikatakan, hasil riset itu menjadi salah satu acuan bahwa angka gangguan jiwa di NTB cukup tinggi dan mendominasi masyarakat yang mengalami gangguan jiwa adalah masyarakat ekonomi lemah dan terjerat kamiskinan.
Jika mengacu pada hasil riset itu, dari total 4 ribu lebih masyarakat NTB yang mengalami gangguan jiwa, 70 persen diantaranya diperkirakan dialami masyarakat miskin. Hal itu katanya bisa dibuktikan dari banyaknya masyarakat miskin yang menjadi pasien RSJ. ‘’Dari 100 pasien lebih di RSJ 70 persen diantaranya pasien Jamkesmas, artinya sebagian besar pasien berasal dari masyarakat miskin,’’ katanya.
Disebutkan, berdasarkan data di RSJ, sepanjang tahun 2010 jumlah pasien atau angka pemanfaatan tempat tidur mengalami peningkatan. Dari total jumlah 100 tempat tidur, sekiktar 70-80 tempat tidur terpakai setiap hari atau sekitar 70-75 persen.
Menurutnya, masyarakat ekonomi lemah memang lebih cenderung dan rentan terkena gangguan jiwa. Pasalnya, permasalahan ekonomi merupakan permasalahan kompleks dan bisa menjadi sumber berbagai permasalahan. Salah satu contoh katanya, di RSJ menangani lebih banyak pasien yang mengalami gangguan jiwa akibat ketidakmampuannya memebuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, sarana dan persarana serta kebutunan hidupnya.
‘’Ada juga pasien remaja yang mengalami gangguan jiwa karena dia tidak dibelikan motor orang tuanya,’’ ujarnya. Sejauh ini, masyarakat yang mengalami gangguan jiwa merata di seluruh daerah NTB. Pihaknya belum memetakan secara pasti daerah yang menjadi kantong gangguan jiwa.
Untuk itu katanya, ke depan ia akan membuat salah satu program pembinaan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memperhatikan kesehatan kejiwaan. Sejauh ini memang perhatian pemerintah dalam memperhatikan masalah gangguan jiwa belum menjadi prioritas. (her) SN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar