Selasa, 05 Juli 2011

Terancam ‘’Nganggur’’

TAK kurang dari 210 Perusahaan Pengerah TKI Swasta (PPTKIS) akan menganggur pascamoratorium pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi. Pemerintah perlu segera membuat nota kesepahaman dengan negara lain seperti Brunai Darussalam dan Singapura. Selama ini, perusahaan penyalur memang memperoleh keuntungan besar dari memasok TKI.

Ketua APJATI NTB, H. M. Muazzim Akbar, SIP, dalam keterangan persnya, Senin (4/7) kemarin menyatakan dukungannya terhadap rencana moratorium pengiriman TKI ke Arab Saudi. Bahkan, ia meminta agar moratorium dilakukan terhadap seluruh negara di kawasan Timur Tengah.

Meski demikian, Muazzim menegaskan bahwa pemerintah perlu segera mencarikan negara lain sebagai alternatif sasaran pengiriman TKI. Jika tidak, ada sekitar 210 PPTKIS yang akan menganggur. Selama ini, ungkap Muazzim, proses pengiriman TKI telah memberikan banyak keuntungan bagi pengusaha maupun para sponsor.

Muazzim mengungkapkan, untuk memperoleh seorang pembantu, para majikan di Arab Saudi dapat membayar hingga 2.500 dolar Amerika kepada agen – agen tenaga kerja setempat. Setelah dapat, majikan juga masih harus mengeluarkan uang untuk menggaji para TKI tiap bulan. Gaji yang diperoleh sekitar 600 real.

Muazzim menjelaskan, para agen yang ada di Saudi, biasanya membayar sebesar 1.800 dolar Amerika kepada PPTKIS di Indonesia untuk setiap TKI yang diberangkatkan. Jika dirupiahkan, kira – kira uang yang dibayarkan agensi kepada PPTKIS mencapai Rp 15 juta untuk tiap kepala. PPTKIS biasanya tidak turun tangan langsung untuk mencari TKI. Di sinilah para calo atau yang juga sering disebut sponsor atau PL (petugas lapangan) bermain.

Setiap sponsor biasanya memperoleh uang sekitar Rp 6 juta untuk satu TKI yang ia bawa hingga ke Jakarta. Uang sebesar Rp 6 juta itu nantinya digunakan untuk biaya cek kesehatan (Rp 300 ribu), asuransi (Rp 50 ribu), transport Mataram – Jakarta (Rp 1 juta) dan uang saku TKI (Rp 1 juta). Sisanya, adalah keuntungan yang dikantongi sponsor. Beberapa sponsor bisa mengantongi keuntungan lebih besar jika ia mampu memangkas ongkos.

Muazzim mengakui bahwa keuntungan yang diperoleh dari bisnis TKI memang sangat menggiurkan. Ia menyebutkan, salah satu PPTKIS besar di Jakarta, bisa memberangkatkan hingga 2000 TKI tiap bulannya. Menurut Muazzim, tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri, sebagian besar memang tidak punya keahlian khusus.

“Tenaga kerja yang kita kirim memang banyak non skill. Sebagian besar juga broken home, misalnya baru cerai dari suaminya, dari pada malu di desa, dia kerja ke luar negeri,” ungkapnya. (aan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar