Lombok Utara - Tingginya biaya transfortasi karena jalan bebatuan tak beraspal menyebabkan beberapa hasil komoditi di beberapa dusun di Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, harganya menurun.
Demikian dikatakan Kepala Urusan Pemerintahan (Kaur-pem) Desa Sambik Elen, H. Husnawadi, ketika ditemui Suara Komunitas (24/10) di kediamannya di DusunLenggorong. Menurut H. Husnawadi, dusun yang kini jalannya mengalami rusak berat antara lain, jalan lingkar dari dusun Lenggorong ke dusun Batu Santek dan Long, Kebung Rengkuh serta dasan Bakong.
“Dusun-dusun tersebut merupakan pusat perkebunan bagi masyarakat Desa Sambik Elen dengan beberapa hasil unggulan antara lain, panili, coklat, mente, pepaya dan pisang. Namun karena kondisi jalannya yang rusak sehingga harga hasil petanipun menurun drastis, artinya jika dijual ke pasar jauh lebih tinggi biaya transfortasi daripada harga barangnya”, tutur H. Husnawadi.
Misalnya harga papaya, per bijinya di pasaran bisa mencapai Rp. 1000. Tapi ongkos membawanya ke pasar perkarungnya mencapi Rp. 45000. “Sementara isinya perkarung paling banyak 20 biji buah papaya. Jadi jika dihitung biaya transfortasinya, kan petani akan rugi dan mines sampai Rp. 25000, dan ini disebabkan karena jalannya yang belum diaspal”, katanya.
H. Husnawadi mengakui, kalau pada akhir tahun 2010 ini, Desa Sambik Elen mendapat pengaspalan jalan sepanjang 2,5 km. Sementara jalan yang menuju ke beberapa dusun tersebut belum tersentuh oleh pemerintah.. Dan sedikitnya sekitar 7 km yang belum mendapat proyek pengaspalan. “Jadi kalau bisa, barangkali ini dapat diprogramkan melalui dana PNPM, karena selama ini saya melihat PNPM lebih banyak mengarah ke program fisik rabat jalan. Itu sih memang penting, tapi rasanya lebih penting membangun jalan untuk masyarakat tani yang jauh dari pusat kota desa”, tambahnya.
Menyoroti tentang kesehatan masyarakat, menurut H. Husnawadi, selama ini program pemerintah khususnya dibidang kesehatan sudah cukup bagus yakni menggratiskan masyarakat miskin. Akan tetapi bagi masyarakat yang jauh dari Puskemas tetap saja mengeluarkan biaya transfortasi. “Lebih-lebih bagi dusun yang terpencil, yang jalannya belum diaspal, tentu ongkos ojeknya bisa mencapai Rp. 50.000 pulang pergi Puskesmas, sehingga terpaksa banyak masyarakat berobat menggunakan dukun. Jadi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah”, harapnya.
“Alangkah baiknya pemerintah memperhatikan dan membangun infrastrutur jalan ini. Karena saya yakin bila jalannya sudah bagus, tentu hasrga hasil petani akan meningkat, yang pada akhirnya kehidupan petani menjadi sejahtera dan kesehatannya pun akan terjamin karena biaya transfortasinya yang murah”, pungkas Husnawadi.
“Dusun-dusun tersebut merupakan pusat perkebunan bagi masyarakat Desa Sambik Elen dengan beberapa hasil unggulan antara lain, panili, coklat, mente, pepaya dan pisang. Namun karena kondisi jalannya yang rusak sehingga harga hasil petanipun menurun drastis, artinya jika dijual ke pasar jauh lebih tinggi biaya transfortasi daripada harga barangnya”, tutur H. Husnawadi.
Misalnya harga papaya, per bijinya di pasaran bisa mencapai Rp. 1000. Tapi ongkos membawanya ke pasar perkarungnya mencapi Rp. 45000. “Sementara isinya perkarung paling banyak 20 biji buah papaya. Jadi jika dihitung biaya transfortasinya, kan petani akan rugi dan mines sampai Rp. 25000, dan ini disebabkan karena jalannya yang belum diaspal”, katanya.
H. Husnawadi mengakui, kalau pada akhir tahun 2010 ini, Desa Sambik Elen mendapat pengaspalan jalan sepanjang 2,5 km. Sementara jalan yang menuju ke beberapa dusun tersebut belum tersentuh oleh pemerintah.. Dan sedikitnya sekitar 7 km yang belum mendapat proyek pengaspalan. “Jadi kalau bisa, barangkali ini dapat diprogramkan melalui dana PNPM, karena selama ini saya melihat PNPM lebih banyak mengarah ke program fisik rabat jalan. Itu sih memang penting, tapi rasanya lebih penting membangun jalan untuk masyarakat tani yang jauh dari pusat kota desa”, tambahnya.
Menyoroti tentang kesehatan masyarakat, menurut H. Husnawadi, selama ini program pemerintah khususnya dibidang kesehatan sudah cukup bagus yakni menggratiskan masyarakat miskin. Akan tetapi bagi masyarakat yang jauh dari Puskemas tetap saja mengeluarkan biaya transfortasi. “Lebih-lebih bagi dusun yang terpencil, yang jalannya belum diaspal, tentu ongkos ojeknya bisa mencapai Rp. 50.000 pulang pergi Puskesmas, sehingga terpaksa banyak masyarakat berobat menggunakan dukun. Jadi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah”, harapnya.
“Alangkah baiknya pemerintah memperhatikan dan membangun infrastrutur jalan ini. Karena saya yakin bila jalannya sudah bagus, tentu hasrga hasil petani akan meningkat, yang pada akhirnya kehidupan petani menjadi sejahtera dan kesehatannya pun akan terjamin karena biaya transfortasinya yang murah”, pungkas Husnawadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar