Sabtu, 04 April 2015

Perbatasan KLU Harus Mendapat Perhatian Khsusus

Lombok Utara - Desa Sambik Elen Kecamatan Bayan merupakan desa perbatasan antar Kabupaten Lombok Utara dengan Kabupaten Lombok Timur.  Sebagai desa perbatasan sudah seharusnya mendapat perhatian khusus dari Pemda sehingga mampu bersaing dengan kabupaten sebelahnya.

Demikian ditegaskan Kepala Desa Sambik Elen, Lalu Alwan Wijaya didepan beberapa pejabat KLU pada acara peresmian pembangunan kantor desa 2/4. Menurutnya, Desa sambik Elen memiliki potensi alam dan pariwisata yang cukup untuk dikembangkan menjadi desa percontohan di KLU.

“Desa ini cukup luas dan banyak menyimpan potensi pariwisata dan cagar budaya yang saat ini masih terpendam dan perlu dikembangkan untuk peningkatan prekonomian masyarakat, seperti masjid kuno Barung Birak, sumur Majapahit dan jalur pendakian ke Gunung Rinjani”, katanya.

Potensi ini, lanjut Alwan sudah ada investor masuk ke Desa Sambik Elen yang mau membantu mengembangkan potensi yang ada, hanya saja masih terbentur soal perijinan. “Jadi dalam soal ini kami minta bantuan pemerintah agar dalam proses perijinan diberikan kemudahan, sehingga potensi yang dimiliki desa yang terletak di ujung timur KLU ini dapat berkembang serta bisa menjadi desa percontohan di KLU”, harapnya.

Terkait dengan pembangunan kantor desa Sambik Elen, menurut Alwan, merupakan program utamanya pada tahun pertama dirinya menjadi kepala desa. “Ini program peratama saya setelah dilantik sebagai kepala desa pada awal tahun 2014 lalu. Dan Alhamdulillah dengan dana sekitar Rp. 700 juta lebih, pembangunan kantor ini dapat selesai dengan bantuan semua masyarakat. Dan dalam membangun kami memiliki motto “Kalah Lile Isik Melet” artinya hilang rasa malu karena ingin memiliki kantor desa yang memadai”, jelasnya.

Sementara Bupati KLU yang diwakili Asisten II, Ir Melta dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada kepala desa dan masyarakat Desa Sambik Elen, karena telah berhasil membangunan kantor desa yang cukup megah dalam waktu 7 bulan dengan anggaran Rp.700 juta lebih dari rancangan anggaran biaya sekitar Rp.  1,1 miliar.

“Saya melihat Kepala Desa sambik Elen ini adalah pemimpin masa depan, karena dengan umur 27 tahun, ia mampu diberi amanat oleh masyarakat, dan ini sangat luar biasa. Dan saya teringat gubernur NTB ketika pertama menjadi gubernur umurnya 37 tahun, beda sepuluh tahun dengan kades Sambik Elen dan kebetulan belakangnya sama-sama angka 7”, katanya Melta memuji.

Dikatakan, kantor desa yang megah ini tidak akan bermakna kalau tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Karenanya diminta kepada kepala desa dan jajarannya untuk mengedepankan budaya yang pada intinya adalah musyawarah. “Dan dengan adanya kantor desa ini silahkan dimamfaatkan agar masyarakat kita merasa dilayani, jangan sampai ada masyakat masuk ke kantor desa memiliki aturan untuk mendapatkan sesuatu. Artinya dalam memberdayakan masyarakat itu jangan semata-mata diberikan ikan, tapi kita harus memberikan masyarakat kailnya”, pintanya.

Merespon persoalan perijinan, Melta minta agar mengikuti sesuai prosedur yang berlaku dan jangan sampai mengambil jalan pintas yaitu melalui calo sehingga terkesan mahal. “ Kalau mau mengurus ijin silahkan datang langsung ke dinas terkait, dan Insya Allah prosesnya akan cepat dan murah”, tandasnya.

Peresmian pembangunan kanor desa ini ditandai dengan pengguntingan fita dan dilanjutkan dengan melihat pameran produk-produk yang dikembangkan di desa sambik elen, seperti jajan mente, madu, kerepek dan berbagai produk pertanian lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar