LOMBOK TENGAH,lombokfm.com - Janji pulang 3 hari lagi, ditepati dengan pulang tanpa nyawa. Begitulah kisah tragis Sulis Fahriana 16tahun warga Dusun Kowang Jukut, Desa Pringgarata, Kecamatan Pringgarata. Almarhumah setelah menikah 3 bulan ke Dompu, menyampaikan rasa rindunya kepada Ibu dan berjanji pulang 3 hari lagi. Setelah 3 hari, ternyata Sulis Fahriana pulang tanpa nyawa.
Sulis, sapaan akrab almarhumah menikah sekitar 3 bulan lalu dengan seorang pria dari Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat bernama Ramdhan, 35 tahun, menikah dengan cara dilarikan ke Kabupaten Dompu. “Suaminya itu asli orang Bonjeruk tetapi transmigrasi ke Dompu. Orang tuanya disana, makanya dilarikan ke dompu dan dinikahkan kesana,”Tutur Ibu tirinya, Nil 40 tahun Sabtu (9/1) 2016.
Sejumlah keluarga, kemudian berangkat ke Dompu menikahkan Sulis waktu itu. Sejak dinikahkan itu, tidak ada kabar dari Sulis dan kelurga suaminya. Baru sekitar 3 bulan kemudian, Sulis menelpon Ibu kandungnya dan mengatakan sangat rindu ingin bertemu, namun saat itu belum punya uang untuk ongkos pulang.”Kepada ibunya, sulis berjanji akan pulang sekitar 3 hari lagi saat dia sudah punya uang ongkos,”Ungkapnya.
Namun apa hendak dikata, keesokan harinya, ibunya justeru mendapat kabar kalau Sulis sudah meninggal di Dompu dengan penyebab yang membuat keluarga sulit mempercayainya. Yakni meninggal akibat bunuh diri karena kesal tidak punya uang, padahal ingin pulang menemui ibunya di Lombok.”Katanya Sulis minum racun yang sangat ampuh. Darimana dia tahu racun seampuh itu hingga membuatnya meninggal cepat seperti itu,”Ujar Ayah Sulis, Pardi 39 tahun.
Yang membuat kelurga Sulis semakin curiga, kalau almarhumah meninggal tidak wajar, karena saat sejumlah keluarga melayat ke Dompu dihari Sulis meninggal, mereka tidak diijinkan melihat jenazah almarhumah dengan berbagai macam alasan yang tidak diterima keluarga.”Kita tidak boleh melihat kondisi jenazah saat itu, katanya tidak boleh karena sudah dimandikan dan lain sebagainya. Dan alasanya harus segera dimakamkan di Dompu,”Ceritanya.
Atas semua yang dinilai janggal tersebut, keluarga Sulis sepakat untuk membawa jenazah Almarhumah ke Lombok dan dimakamkan dikampung halaman. Namun oleh pihak keluarga suaminya waktu itu dihalang-halangi kecuali dengan mau menandatangani surat perjanjian agar jenazah setibanya di Lombok segera dimakamkan dan tidak boleh dibuka.” Kami akhirnya mengiyakan saja, agar jenazah bisa dibawa pulang ke Lombok,”Tandasnya.
Setelah melakukan berbagai macam proses, jenazah almarhumah akhirnya diberangkatkan ke Lombok dan tiba dirumah orang tuanya sekitar pukul 19.00 Wita Sabtu lalu. Puluhan warga setempat dan keluarga besar sangat menantikan kedatangan jenazah yang menyimpan misteri, karena kabar kematianya yang dinilai misteri itu telah tersebar keseluruh warga desa.
Begitu jenazah tiba dan dibaringkan disebuah dipan dihalaman rumah orang tuanya, hamper semua warga menangis sedih dan meminta agar jenazah dibuka. Walau sejumlah keluarga suami korban melarang membuka jenazah, namun keinginan puluhan warga untuk membuka jeazah itu tidak bisa dibendung. Dan akhirnya oleh ibu kandung almarhum sambil menangis histeris, membuka jenazah tersebut.”Astagfirullah, keadaan jenazahnya sangat mengerikan. Matanya keluar, lidahnya terjulur dan rambutnya tidak ada seperti habis dijabut paksa,”Ungkap salah seorang warga, Hamidah 50 tahun kepada Lombok FM yang langsung melihat jenazah korban.
Selain itu, ada noda-noda hitam dan lebam-lebam disekujur tubuh jenazah. Dari mulutnya keluar darah segar yang terus mengalir. Ada juga busa warna putih terlihat keluar dari hidung dan mulutnya imbuh warga tadi.
Atas peristiwa tersebut, keluarga almarhummah akhirnya sepakat agar jenazah segera dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk segera diotopsi oleh pihak kepolisian. Hari itu juga, sejumlah keluarga almarhummah melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Pringgarata ditemani oleh salah seorang anggota polisi setempat.
Salah seorang kelurga almarhum. Abdul Hakim 50 tahun, menyayangkan sikap mertua dan suami almarhummah yang dinilai menutup-nutupi penyebab kematian korban. Mertua korban justeru memberitahukan seseorang di Dompu lebih dahulu, ketimbang langsung menelpon kami. Orang dompu itulah yang kemudian menghubungi kami.”Kalau almarhum meninggal dengan baik-baik, kenapa mertua dan suaminya itu tidak langsung mengantar jenazah itu kesini. Tetapi malah minta diturunkan dijalan dan menghilang,”Ujarnya.
Seorang warga setempat, Mila 40 tahun, terenyuh dengan peristiwa tersebut. Sejak tiga bulan menikah itu tidak pernah “Bejango” atau “Polek Ones Naen” yang merupakan salah satu prosesi nikah adat suku sasak, yakni datangnya kedua mempelai kerumah orang tua si perempuan setelah pesta pernikahan dilakukan.”Dia berjanji akan pulang 3 hari lagi kepada ibunya, tetapi naas, ia pulang tanpa nyawa dengan kondisi yang tragis. Kepulangnya yang tanpa nyawa ini, sekaligus sebagai Bejango-nya,”Lirih warga itu kepada Lombok FM. |001|5
Sulis, sapaan akrab almarhumah menikah sekitar 3 bulan lalu dengan seorang pria dari Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat bernama Ramdhan, 35 tahun, menikah dengan cara dilarikan ke Kabupaten Dompu. “Suaminya itu asli orang Bonjeruk tetapi transmigrasi ke Dompu. Orang tuanya disana, makanya dilarikan ke dompu dan dinikahkan kesana,”Tutur Ibu tirinya, Nil 40 tahun Sabtu (9/1) 2016.
Sejumlah keluarga, kemudian berangkat ke Dompu menikahkan Sulis waktu itu. Sejak dinikahkan itu, tidak ada kabar dari Sulis dan kelurga suaminya. Baru sekitar 3 bulan kemudian, Sulis menelpon Ibu kandungnya dan mengatakan sangat rindu ingin bertemu, namun saat itu belum punya uang untuk ongkos pulang.”Kepada ibunya, sulis berjanji akan pulang sekitar 3 hari lagi saat dia sudah punya uang ongkos,”Ungkapnya.
Namun apa hendak dikata, keesokan harinya, ibunya justeru mendapat kabar kalau Sulis sudah meninggal di Dompu dengan penyebab yang membuat keluarga sulit mempercayainya. Yakni meninggal akibat bunuh diri karena kesal tidak punya uang, padahal ingin pulang menemui ibunya di Lombok.”Katanya Sulis minum racun yang sangat ampuh. Darimana dia tahu racun seampuh itu hingga membuatnya meninggal cepat seperti itu,”Ujar Ayah Sulis, Pardi 39 tahun.
Yang membuat kelurga Sulis semakin curiga, kalau almarhumah meninggal tidak wajar, karena saat sejumlah keluarga melayat ke Dompu dihari Sulis meninggal, mereka tidak diijinkan melihat jenazah almarhumah dengan berbagai macam alasan yang tidak diterima keluarga.”Kita tidak boleh melihat kondisi jenazah saat itu, katanya tidak boleh karena sudah dimandikan dan lain sebagainya. Dan alasanya harus segera dimakamkan di Dompu,”Ceritanya.
Atas semua yang dinilai janggal tersebut, keluarga Sulis sepakat untuk membawa jenazah Almarhumah ke Lombok dan dimakamkan dikampung halaman. Namun oleh pihak keluarga suaminya waktu itu dihalang-halangi kecuali dengan mau menandatangani surat perjanjian agar jenazah setibanya di Lombok segera dimakamkan dan tidak boleh dibuka.” Kami akhirnya mengiyakan saja, agar jenazah bisa dibawa pulang ke Lombok,”Tandasnya.
Setelah melakukan berbagai macam proses, jenazah almarhumah akhirnya diberangkatkan ke Lombok dan tiba dirumah orang tuanya sekitar pukul 19.00 Wita Sabtu lalu. Puluhan warga setempat dan keluarga besar sangat menantikan kedatangan jenazah yang menyimpan misteri, karena kabar kematianya yang dinilai misteri itu telah tersebar keseluruh warga desa.
Begitu jenazah tiba dan dibaringkan disebuah dipan dihalaman rumah orang tuanya, hamper semua warga menangis sedih dan meminta agar jenazah dibuka. Walau sejumlah keluarga suami korban melarang membuka jenazah, namun keinginan puluhan warga untuk membuka jeazah itu tidak bisa dibendung. Dan akhirnya oleh ibu kandung almarhum sambil menangis histeris, membuka jenazah tersebut.”Astagfirullah, keadaan jenazahnya sangat mengerikan. Matanya keluar, lidahnya terjulur dan rambutnya tidak ada seperti habis dijabut paksa,”Ungkap salah seorang warga, Hamidah 50 tahun kepada Lombok FM yang langsung melihat jenazah korban.
Selain itu, ada noda-noda hitam dan lebam-lebam disekujur tubuh jenazah. Dari mulutnya keluar darah segar yang terus mengalir. Ada juga busa warna putih terlihat keluar dari hidung dan mulutnya imbuh warga tadi.
Atas peristiwa tersebut, keluarga almarhummah akhirnya sepakat agar jenazah segera dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk segera diotopsi oleh pihak kepolisian. Hari itu juga, sejumlah keluarga almarhummah melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Pringgarata ditemani oleh salah seorang anggota polisi setempat.
Salah seorang kelurga almarhum. Abdul Hakim 50 tahun, menyayangkan sikap mertua dan suami almarhummah yang dinilai menutup-nutupi penyebab kematian korban. Mertua korban justeru memberitahukan seseorang di Dompu lebih dahulu, ketimbang langsung menelpon kami. Orang dompu itulah yang kemudian menghubungi kami.”Kalau almarhum meninggal dengan baik-baik, kenapa mertua dan suaminya itu tidak langsung mengantar jenazah itu kesini. Tetapi malah minta diturunkan dijalan dan menghilang,”Ujarnya.
Seorang warga setempat, Mila 40 tahun, terenyuh dengan peristiwa tersebut. Sejak tiga bulan menikah itu tidak pernah “Bejango” atau “Polek Ones Naen” yang merupakan salah satu prosesi nikah adat suku sasak, yakni datangnya kedua mempelai kerumah orang tua si perempuan setelah pesta pernikahan dilakukan.”Dia berjanji akan pulang 3 hari lagi kepada ibunya, tetapi naas, ia pulang tanpa nyawa dengan kondisi yang tragis. Kepulangnya yang tanpa nyawa ini, sekaligus sebagai Bejango-nya,”Lirih warga itu kepada Lombok FM. |001|5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar