Dua Mobil dan Satu Rumah Seorang Pengacara Hancur Diamuk Massa
LOTIM - Ratusan massa pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan aparat kepolisian di Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Rabu 28 Agustus 2013. Akibatnya, dua buah mobil dan satu rumah milik seorang pengacara hancur dirusak massa. Tiga orang pengunjuk rasa terpaksa di amankan polisi karena melawan dan menolak dibubarkan.
"Saya dan petugas PDAM sedang perbaiki keran air yang rusak. Tiba-tiba mereka datang dan berteriak bunuh-bunuh. Kemudian mereka lempar rumah saya," tutur H. Hulaen, pemilik rumah. Pria paruh baya yang juga seorang pengacara ini mengaku sempat mau dipukul massa, namun Ia berusaha menghindar.
Pada rabu siang itu, dari pantauan media ini, massa rencananya akan menuju gedung DPRD Kabupaten Lotim. Mereka akan mendesak DPRD untuk membatalkan rencana pelantikan Bupati terpilih Ali Bin Dahlan (Ali BD) yang akan dilaksanakan Jumat (30/8/2013) mendatang. Namun sebelum sampai di kantor dewan, ratusan massa yang pro Bupati terpilih menghadang massa yang kontra. Beruntung polisi segera menengahi hingga bentrok masa berhasil dihindarkan.
Masa yang kontra kemudian melanjutkan aksi mereka di wilayah Pancor, Lotim. Sepanjang jalan masa konvoi menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Tidak sedikit yang membawa senjata tajam (sajam).
"Mati sekarang mati besok. Ayok kita pulang ambil kelewang (pedang red.). Serang sudah!," seru seorang pengunjuk rasa menyemangati rekan-rekannya. Sejumlah pengunjuk rasa nampak membawa sajam jenis pedang dan tombak.
Masa aksi kemudian memblokir jalan dengan membakar ban bekas. Polisi berusaha membubarkan masa dengan melepaskan tembakan gas air mata serta menyemprotkan air watercanon.
Para pengunjuk rasa pun, lari tunggang langgang menyelamatkan diri setelah dikejar ratusan aparat bersenjata lengkap. Bahkan, beberapa orang lari kocar kacir hingga ketengah sawah. Pengunjuk rasa yang tertangkap aparat tak pelak menjadi bual-bualan tindakan refresif aparat.
Sebuah mobil milik pengunjuk rasa dirusak polisi yang kesal. Kaca mobil dipecah menggunakan pentungan polisi. Dua orang penumpang mobil pingsan terkena gas air mata yang ditembakan polisi kedalam mobil tersebut.
Seluruh penumpang dipaksa keluar dari dalam mobil. Di dalam mobil, polisi menemukan sejumlah senjata tajam, dan batu.
"Kita telah melakukan pendekatan dan memberikan himbauan. Tapi karena mereka melawan, ya terpaksa kita bertindak tegas", ungkap Kapolres Lombok Timur, AKBP D. Alamsyah, rabu sore. Polisi juga menuding masa pengunjuk rasa tidak memiliki ijin sehingga polisi terpaksa membubarkan.
(lan/imam) www.mataramnews.com
"Saya dan petugas PDAM sedang perbaiki keran air yang rusak. Tiba-tiba mereka datang dan berteriak bunuh-bunuh. Kemudian mereka lempar rumah saya," tutur H. Hulaen, pemilik rumah. Pria paruh baya yang juga seorang pengacara ini mengaku sempat mau dipukul massa, namun Ia berusaha menghindar.
Pada rabu siang itu, dari pantauan media ini, massa rencananya akan menuju gedung DPRD Kabupaten Lotim. Mereka akan mendesak DPRD untuk membatalkan rencana pelantikan Bupati terpilih Ali Bin Dahlan (Ali BD) yang akan dilaksanakan Jumat (30/8/2013) mendatang. Namun sebelum sampai di kantor dewan, ratusan massa yang pro Bupati terpilih menghadang massa yang kontra. Beruntung polisi segera menengahi hingga bentrok masa berhasil dihindarkan.
Masa yang kontra kemudian melanjutkan aksi mereka di wilayah Pancor, Lotim. Sepanjang jalan masa konvoi menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Tidak sedikit yang membawa senjata tajam (sajam).
"Mati sekarang mati besok. Ayok kita pulang ambil kelewang (pedang red.). Serang sudah!," seru seorang pengunjuk rasa menyemangati rekan-rekannya. Sejumlah pengunjuk rasa nampak membawa sajam jenis pedang dan tombak.
Masa aksi kemudian memblokir jalan dengan membakar ban bekas. Polisi berusaha membubarkan masa dengan melepaskan tembakan gas air mata serta menyemprotkan air watercanon.
Para pengunjuk rasa pun, lari tunggang langgang menyelamatkan diri setelah dikejar ratusan aparat bersenjata lengkap. Bahkan, beberapa orang lari kocar kacir hingga ketengah sawah. Pengunjuk rasa yang tertangkap aparat tak pelak menjadi bual-bualan tindakan refresif aparat.
Sebuah mobil milik pengunjuk rasa dirusak polisi yang kesal. Kaca mobil dipecah menggunakan pentungan polisi. Dua orang penumpang mobil pingsan terkena gas air mata yang ditembakan polisi kedalam mobil tersebut.
Seluruh penumpang dipaksa keluar dari dalam mobil. Di dalam mobil, polisi menemukan sejumlah senjata tajam, dan batu.
"Kita telah melakukan pendekatan dan memberikan himbauan. Tapi karena mereka melawan, ya terpaksa kita bertindak tegas", ungkap Kapolres Lombok Timur, AKBP D. Alamsyah, rabu sore. Polisi juga menuding masa pengunjuk rasa tidak memiliki ijin sehingga polisi terpaksa membubarkan.
(lan/imam) www.mataramnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar