Pada zaman dahulu, Wali songo menggunakan media seni wayang dan gamelan sebagai media menyampaikan pesan. Namun ternyata metode ini masih kondang sampai sekarang, termasuk di NTB. Kesenian wayang Sasak yang menjadi salah satu kesenian warisan leluhur, kini semakin marak dijadikan media sosialisasi pada masyarakat karena dinilai lebih efektif.
“Saya anggap dengan pagelaran wayang ini lebih efektif sebagai media pendekatan bahasa ibu atau bahasa inaq di masyarakat Sasak,” terang Kepala BNN Kota Mataram Drs. Abdul Latif Najib kepada Suara NTB disela-sela pagelaran wayang Sasak Sabtu (30/6) kemarin.
Pagelaran wayang sasak kali ini adalah rangkaian dari acara Hari Anti Narkoba Indonesia (Hani), yang digelar sebagai salah satu media sosialisasi pencegahan peredaran narkoba, penyalahgunaan narkoba dan pemberantasan narkoba di Kota Mataram.
Menurutnya, pagelaran wayang dianggap lebih efektif karena dengan penyampaian menggunakan bahasa ibu, diyakini akan lebih mengena kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan menggunakan lakon tertentu dalam pagelaran wayang, sang dalang yang telah piawai memainkan tokoh pewayangan menyisipkan pesan dan sosialisasi tentang bahaya narkoba dengan ramuan bahasa ibu yang sederhana dan mengena. Oleh karenanya, pagelaran wayang sering menjadi salah satu media kesenian yang dipilih sebagai media penyampaian pesan.
Namun kesenian wayang Sasak bukan satu-satunya media penyampai informasi, drama Sasak dikenal dengan nama Cupak Gerantang yang juga menggunakan bahasa ibu dalam penyampaiannya.Kini media ini kian dilirik menjadi salah satu media tradisional yang dianggap efektif untuk menyampaikan sosialisasi kepada masyarakat. (nia)
@Copyright Suara NTB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar