Kamis, 22 Desember 2011

Mendorong Kemandirian Desa

LOMBOK UTARA - Koordinator Program Access dari YLKMP, R. Agus Hadianto mengatakan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan acces dalam inplementasi program di lapangan untuk mendorong kemandirian desa.

Hal tersebut dikemukakan ketika membuka acara workshop dan Pelatihan Tim Pelaksana Program Penguatan Keberdayaan Warga, Organisasi Warga dan Pemerintahan Desa dalam Mendorong Desa Mandiri,  di Medana Bay Marina,Selasa (20/12/2011).

Kegiatan workshop melibatkan 36 orang tim pelaksana yang terdiri dari Fasilitator Pendukung, Managemen Program, Fasilitator Pendamping dan Pendukung Metodology ini adalah berasal dari YLKMP,Perekat Ombara (PO), AMAN, PUGAR, Bareng Maju, Pelangi, Solidaritas Perempuan, Bappeda dan Kecamatan.

Tim pelaksana berjumlah 22 orang yang terdiri 11 perempuan dan 11 laki-laki ditambah 14 fasilitator pendamping yang menjadi mitra dalam implementasi program. Fasilitator tersebut terdiri dari 2 orang dari Bappeda,2 orang dari BPMD serta 2 orang per kecamatan se  Kabupaten Lombok Utara.

Menurut R.Agus Hadianto bahwa kegiatan workshop ini diselenggarakan guna memberikan pemahaman secara menyeluruh tentang Program Penguatan Keberdayaan Warga, Organisasi Warga dan Pemerintahan Desa dalam Mendorong Desa Mandiri.Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang program tersebut sangat penting bagi tim pelaksana dan fasilitator pendamping sebagai pembekalan tim yang akan menjalankan  rencana aksi mitra guna penguatan keberdayaan warga organisasi warga dan Pemerintahan Desa dalam mendorong desa mandiri.

Agus Hadianto mengharapkan hasil yang didapatkan dari pelaksanaan workshop yang pelaksanaannya berlangsung selama tiga hari ini, masing-masing tim pelaksana,fasilitator pendamping memahami konsep desa mandiri,memahami alur/siklus program, memahami prinsip dan nilai access, memahami makna SBA ABA AI dan mampu menyusun strategi membangun interaksi dinamis/pertautan para pihak.

Disamping itu, lanjut Agus bahwa proses dalam workshop dan pelatihan tersebut menggunakan metode partisipatif dan apresiatif, yang mana akan disesuaikan dengan kebutuhan orang dewasa, yaitu seluruh peserta adalah pelaku utama dalam proses.Sementara fasilitator hanya memandu jalannya proses sehingga lebih terarah dan memberi ruang bagi seluruh peserta untuk berperan aktif.

Sementara team access phase II Nehik, yang memang sengaja didatangkan dari Bali dalam penyampaian materinya mengatakan bahwa arah strategis yang diharapkan dalam pemberdayaan warga dan penguatan organisasi warga dan OMS lain adalah Kesadaran Kritis, Pengorganisasian dan Mobilisasi sumber daya.Interaksi dinamis para pihak (antara masyarakat sipil dengan pemerintah di berbagai level - membangun mekanisme, relasi, kepercayaan antara para pihak yang terlibat), serta Perluasan  dampak dan replikasi: perluasan dari praktek-praktek yang baik melalui kolaborasi dan mengembangkan relasi dengan kabupaten lain, proyek lain, dan sebagainya.

Kunci untuk interaksi dinamis Komunitas (OMS) dan Pemerintah menurut Nehik adalah memiliki 4 area, yaitu  Partisipasi masyarakat, Transparasi, Akuntabilitas, penyebaran informasi, Pelayanan Publik dan Keadilan Sosial.

“Fokus utama Access tahap II adalah Orang Miskin,Perempuan,Orang Muda dan Kelompok Marjinal lainnya,”kata Nehik.

Dijelaskan, bahwa Komitmen Access yang disumbangkan selama ini diantaranya Mendukung dan mendorong proses-proses perencanaan dan penganggaran desa yang partisipatif, inklusif jender dan social, Menyumbang pada sistem-sistem dan proses yang berjalan, Mendukung proses –proses interaksi yang inklusif dan berbasis aset/kekuatan, Memastikan warga  memiliki informasi  proses pembangunan sehingga dapat terlibat aktif  dalam mendorong pelayanan publik yang bermutu.

Disamping itu untuk Mendukung keterlibatan warga  dalam pengelolaan sekolah (Citizen Report Card) dan Puskesmas serta Memastikan orang miskin, perempuan dan kaum marjinal lain mendapatkan manfaat dari proses-proses pembangunan.

Nehik juga menyebut bahwa prinsip access adalah Mendorong keadilan gender dan keadilan sosial, Mengembangkan pendekatan pemberdayaan dan pendekatan berbasis sumberdaya setempat,Mendorong keberlanjutan, Berdasarkan kerjasama dan kolaborasi,Mendorong proses-proses yang lebih partisipatif, transparan, dan  akuntabel serta Pembelajaran terus menerus.

“Pendekatan berbasis aset menghasilkan Warga dan organisasinya yang memiliki power/kuasa serta Warga bisa menentukan arah proses-proses dan memimpin apa yang dimulainya,”jelas Nehik.

“Perubahan yang Berkelanjutan karena mereka bisa memutuskan hal-hal yang mempengaruhi kehidupan mereka, ”pungkasnya.(Eko)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar