Kamis, 10 November 2011

Keamanan BIL Perlu Ditingkatkan

MATARAM – Pejabat Pemprov NTB Lalu Sajim Sastrawan, meminta pihak-pihak terkait meningkatkan keamanan Bandara Internasional Lombok (BIL).

Hal itu disampaikan Kepala Biro Pemerintahan Seketariat Daerah Nusa Tenggara Barat itu, karena dia sendiri sempat mengalami nasib apes ketika kembali dari Jakarta dalam urusan dinas. Tas koper berisi berkas-berkas dan pakaian miliknya dijebol maling. Selain itu, di perjalanan dia juga mendapat hadangan.

“Sudah berulang kali saya menyampaikan keluhan tentang kondisi keamanan demikian itu, tapi tetap saja kurang mendapat perhatian. Kiranya aparat keamanan kita jangan hanya menjaga di pos. Mereka harus menjaga di setiap persimpangan, sebab di situlah sering terjadi kerawanan,” katanya kepada Gomong.Com, di Mataram, beberapa hari lalu.

Dijelaskan, pada Kamis (3/11) dini hari, pukul00 .03 Wita, dengan menumpang pesawat Lion tiba BIL bersama para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang baru saja kembali dari Malaysia dan Timur Tengah.

Saat mengambil barang bagasi, dirinya sangat terkejut melihat tas koper miliknya sudah dijebol maling. Resletingnya dirusak, pakaian dan sejumlah berkas kerja yang baru saja dibahas di Jakarta diacak-acak. Bahkan tas ransel di dalam tas koper juga ikut diacak-acak maling.

“Kejadian itu sangat mengesalkan. Sayangnya tidak ada petugas yang bisa tempat pengaduan, kecuali hanya dua orang petugas pengecek barang-barang yang hendak keluar dari ruang kedatangan. Barang penumpang menjadi rawan ketika ada pihak  ketiga yang berusaha masuk ke bagian barang yang baru diturunkan dari pesawat,” katanya.

Selain itu, dirinya juga sempat mengalami penghadangan. Dikatakan,  penghadangan itu terjadi sekitar lima kilometer sebelum perempatan masjid menuju BIL. Kepada  sopir ataupun keluarga yang akan menjemput telah diingatkan, supaya berhati-hati bila menemukan dua atau tiga orang menghadang dengan pura-pura tertidur di tengah jalan.

Sebab, saat penghadangan itu sopir pribadi langsung menancap gas, dan ternyata ketiga orang pura-pura tidur itu bangkit dan lari terbiri-birit. Yang lebih anehnya lagi, pada saat kembali dari Bandara Internasional, penghadangan kembali terjadi di tempat yang sama. “Saat mobil melintas, sejumlah orang yang ada di lokasi tersebut berteriak, meneriaki mobil yang  kami tumpangi,” tandasnya.

“Jadi apa yang dikuatirkan sejumlah masyarakat selama ini, benar-benar telah saya alami sendiri. Bahwa situasi kamtibmasnya masih perlu dibenahi,” katanya.

Menjawab pertanyaan wartawan, Sajim menegaskan, aparat keamanan yang bertugas jangan hanya berdiri dan berkumpul di pos saja, tetapi aktivitas patrolinya  harus lebih ditingkatkan. Polisi juga harus ditempatkan di setiap persimpangan jalan yang menuju ke perkampungan.

Bila perlu, patroli polisi lebih ditingkatkan frekwensinya dan tidak tidak dibatasi waktunya. Kalau dalam patroli itu sudah dibatasi dengan waktu, akhirnya beginilah jadinya. “Polisi Lombok Tengah dengan Polisi Lombok Barat bisa saling berkoordinasi. Artinya, kalau setiap 20 menit ada dua polisi bersepeda motor dari Lombok Tengah, dan juga dari Lombok Barat  yang dilepas, maka dipastikan, tidak ada kesempatan bagi orang yang berniat jahat di sepanjang jalan dari BIL hingga pertigaan Patung Sapi di Lombok Barat,” katanya. (Alf/won) Sumber: www.gomong.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar