Selasa, 18 Oktober 2011

Pekerjaan Tambahan Pewarta Warga, Menggali dan Menyampaikan Informasi

Foto Ilustrasi
“Tikus mati di lumbung padi” sebuah pribahasa  yang  populer di kalangan masyarakat Indonesia. Sejatinya kita bisa memaknai  ungkapan tersebut secara lebih mendalam saat mana kita kehilangan arah dalam mengelola negara dan segala sumber kekayaan alam yang dimilikinya.

Dalam panggung politik di negeri ini,  kita masih melihat dan mendengar betapa carut marutnya persoalan yang saling mempengaruhi  antara satu masalah dengan masalah lainnya. Legiislatif menyerang eksekutif, legislatif menghantam yudikatif, yudikatif mengejar legislatif, para pengamat menyerang eksekutif, sehingga  eksekutif kalangkabut. Semakin kacau dan mengacaukan dengan hadirnya berbagai media yang berperan sebagai event organizer  dan provokator agar pertarungan politik semakin sengit sehingga menambah rating dan semakin banyak pemirsanya.

Idealnya trias politika (eksekutif, legislatif dan yudikatif) adalah sistem untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, sehat , sejahtera aman dan damai. Namun apa yang terjadi?  Faktanya kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi  tidak mengarah, jauh panggang dari api. Eksekutif hanya berfikir bagaimana mempertahankan kekuasaan, legislatif hanya bertindak bagaimana menjatuhkan lawan politik dan yudikatif hanya bertindak sesuai arah angin berhembus, sehingga melupakan tujuan utamanya untuk kepentingan rakyat secara menyeluruh.

Dari NTB diwartakan adanya bayi yang meninggal karena gizi buruk, padahal keluarga si bayi adalah tetangga bupati setempat (http://suarakomunitas.net/baca/18315/bayi-gizi-buruk-meninggal-dunia--rumahnya-satu-kampung-dengan-bupati.html)  Fenomena ini menunjukkan  betapa kurang pekanya para pemimpin di negeri ini. Ketika seseorang sudah menduduki singgasana, banyak yang lupa akan janji-janjinya . Persoalan lupa atau melupakan ini bisa disebabkan oleh para  pemimpin yang munafik (ingkar janji , berkata dusta, tidak jujur) atau dia tidak munafik melainkan panik akibat posisinya selalu ‘digoyang’ oleh lawan politiknya.

Dalam kondisi seperti ini,  betapa pentingnya media warga yang betul-betul objektif dan berpihak kepada warga dalam menyuarakan berbagai ketimpangan sosial yang senantiasa terjadi  di sekitar kita. Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah bagaimana media tersebut dapat terakses oleh berbagai kalangan yang dapat mempengaruhi  kebijakan sehingga para penentu kebijakan  menjadi betul-betul peduli  terhadap masalah di sekitarnya.

Penggabungan berbagai media bisa menjadi sebuah upaya untuk memperkuat akses informasi dan komunikasi  dengan memanfaatkan  media online (website/facebook/twetter), media cetak (koran/majalah/bulletin), media elektronik (radio/televisi/handphone) dan media lainnya yang bisa digunakan semisal pertemuan diskusi kelompok atau forum warga.

Memastikan informasi bisa sampai kepada pihak yang berkepentingan merupakan  pekerjaan tambahan bagi para pegiat pewartaan warga, sehingga berbagai temuan yang diperoleh dapat bermanfaat bagi kepentingan yang lebih luas, terhindar dari hiruk-pikuk kepentingan kelompok-kelompok politik tertentu yang biasanya membiaskan tujuan utama berbangsa dan bernegara. Negeri ini kaya dan subur, jangan ada lagi warga yang mati karena kelaparan atau pun gizi buruk. Karena jika informasi dan komunikasi terjalin harmonis  di antara semua elemen bangsa, niscaya masih banyak orang-orang berhati mulia untuk saling membantu meringankan beban penderitaan sesama tanpa bergantung kepada para pemimpin yang mungkin sedang lupa atau berusaha lupa akan janji-janjinya.
Administrator - Administrator - COMBINE Resource Institution (www.suarakomunitas.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar